Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bahrul Ulum
"Lapangan Wabu merupakan daerah prospek mineralisasi emas yang terletak di Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah. Investigasi lebih lanjut perlu dilakukan untuk memperkuat bukti keterdapatan zona prospek mineralisasi emas di wilayah tersebut sebelum dilakukan penambangan. Metode gravitasi dan resistivity-IP dimanfaatkan untuk mengetahui keberadaan struktur geologi dan pola sebaran mineralisasi emas di lapangan Wabu. Pada Penelitian ini data gravitasi GGMplus diolah hingga didapatkan peta anomali residual yang kemudian dilakukan filter FHD dan SVD.  Berdasarkan analisis FHD dan SVD pada data gravitasi didapatkan beberapa titik yang memiliki kemenerusan nilai FHD maksimum dan SVD nol yang diduga sebagai struktur berupa struktur F1 yang diduga merupakan sesar Derewo yang mengontrol mineralasisasi di Lapangan Wabu dan Struktur F2, F3, F4, dan F5 yang diduga merupakan patahan minor di lokasi penelitian. Berdasarkan intepretasi data resistivity-IP didapatkan empat zona prospek mineralisasi Emas.yang dicirikan dengan nilai respon IP tinggi sebesar 60-80 mrad yang diduga disebabkan oleh keterdapatan mineral sulfida yang konduktif. Korelasi antara data gravitasi dan resistivityIP didapatkan dua zona prospek mineralisasi yang direkomendasikan untuk dilakukan pengeboran untuk pengujian. Zona prospek tersebut adalah zona prospek P2 dan P4 yang memiliki nilai anomali gravitasi tinggi yang berasosiasi dengan garnet magnetite skarn dan respon IP tinggi yang berasosisasi dengan mineral sulfida.

The Wabu Field is a gold mineralization prospect area located in Intan Jaya Regency, Central Papua. Further investigation needs to be carried out to strengthen evidence of the existence of a prospect zone for gold mineralization in the area prior to mining. Gravity and resistivity-IP methods are used to determine the presence of geological structures and distribution patterns of gold mineralization in the Wabu field. In this study, the GGMplus gravity data was processed to obtain a residual anomaly map which was then filtered by FHD and SVD. Based on FHD and SVD analysis on the gravity data obtained at several points that have continuity of maximum FHD and zero SVD values that are identified as structures, namely structure F1 which is suspected to be the Derewo fault which controls mineralization in the Wabu Field and structures F2, F3, F4, and F5 which are identified as minor faults at the study site. Based on the Interpretation of the resistivity-IP data, four gold mineralization prospect zones are identified. These are characterized by a high IP response value of 60-80 mrad which is thought to be caused by the presence of conductive sulphide minerals. Correlation between gravity and resistivity-IP data identified two gold mineralization prospect zones recommended for drilling for testing. These prospect zones are prospect zones P2 and P4 which have high gravity anomaly values associated with magnetite garnets skarn and high IP responses associated with sulfide minerals."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanuel Marudut Lasniroha Lamsaor
"Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng yang menyebabkan munculnya jajaran busur magmatik. Pada jajaran busur magmatik terjadi pengendapan mineral emas. Endapan emas yang berada di Indonesia didominasi dengan endapan epithermal sulfidasi rendah. Untuk menemukan cadangan dan potensi endapan mineralisasi emas dibutuhkan analisis untuk mengetahui lokasi dan bentuk geometri dari zona endapan mineralisasi emas. Metode geofisika merupakan metode yang dapat menganalisisi zona endapan mineralisasi emas. Metode geofisika yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode resistivity dan induced polarization dengan konfigurasi dipole-dipole. Metode resistivity digunakan untuk mengidentifikasi jenis batuan yang berada diwilayah penelitian. Sedangkan metode induced polarization digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan volume zona pengendapan mineralisasi emas. Jumlah lintasan yang digunakan sebanyak 3 lintasan dengan masing masing lintasan memiliki panjang 405 m dengan 81 elektoda. Hasil data pengukuran metode resistivity dan induced polarization diinversi menggunakan software res2dinv dan dilakukan least square inversion untuk memperoleh penampang 2D. Hasil pengolahan data menunjukan variasi resistivity berkisar 4,5419-2787,6 Ωm dan induced polarization berkisar 36,720-833,92 msec. Berdasarkan korelasi penampang 2D dan peta geologi ditemukan bahwa sebaran jenis batuan wilayah penelitian adalah breksi tuff dengan kisaran nilai resistivity 70,557-1313,7Ωm dan andesit dengan kisaran nilai 595,8-1313,7 Ωm. Zona mineralisasi emas dengan nilai induced polarization ≥200 msec. Berdasarkan korelasi penampang 2D resistivity dan induced polarization ditemukan bahwa pengendapan mineralisasi emas berada pada breksi tuff dan andesit. Dari penampang 2D dilakukan pemodelan 3D untuk mengetahui estimasi volume zona mineralisasi emas software. Ditemukan hasil volume zona mineralisasi emas sebesar 289.452,6103 .

Indonesia is situated at the confluence of three tectonic plates, which gives rise to the emergence of a magmatic arc range. In the magmatic arc sequence, gold mineral deposition occurs. Gold deposits in Indonesia are dominated by low sulphidation epithermal deposits. In order to identify reserves and potential gold mineralization deposits, it is necessary to conduct an analysis to determine the location and geometry of the gold mineralization deposit zone. Geophysical methods are a type of analysis that can be used to analyse gold mineralization deposit zones. The geophysical methods employed in this research include resistivity and induced polarization methods with a dipole-dipole configuration. The resistivity method is utilized to identify the type of rock present in the research area, while the induced polarization method is employed to ascertain the location and volume of gold mineralization deposition zones. The number of tracks utilized was three, with each track measuring 405 m and comprising 81 electrodes. The measurement data obtained from the resistivity and induced polarization methods were inverted using the res2dinv software, and least square inversion was performed to obtain two-dimensional cross sections. The results of data processing indicate that the resistivity variation ranges from 4.5419 to 2787.6 Ωm, while the induced polarization ranges from 36.720 to 833.92 msec. Correlation of the 2D cross sections with geological maps revealed that the rock types present in the study area are tuff breccia and andesite, with resistivity values ranging from 70.557 to 1313.7 Ωm. Gold mineralization zones with induced polarization values ≥200 msec. Based on the correlation of 2D resistivity and induced polarization cross sections, it was determined that gold mineralization deposition occurred in tuff breccia and andesite. From the 2D cross section, 3D modelling was conducted to estimate the volume of the gold mineralization zone. The volume of the gold mineralization zone was determined to be 289,452.6103 m3."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library