Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wuryaningrum
Abstrak :
Xilitol merupakan gula alkohol berkarbon lima, yang secara alami terdapat dalam buah-buahan dan sayuran, serta memiliki manfaat kesehatan diantaranya adalah antikariogenik dan memiliki indek glukemik rendah. Xilitol dapat diproduksi dari xilosa, baik melalui proses kimiawi ataupun dengan fermentasi. Proses fermentasi dilakukan oleh khamir penghasil enzim xilosa reduktase, Candida fukuyamaensis UICC Y-247. Xilosa dihasilkan melalui proses hidrolisis hemiselulosa yang terkandung dalam limbah lignoselulosa seperti tanaman sorgum. Dalam penelitian ini dilakukan hidrolisis terhadap tangkai dan malai limbah sorgum untuk menghasilkan xilosa yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan xilitol melalui proses fermentasi dengan penambahan D(-) arabinosa sebagai kosubstrat. Sebelum hidrolisis pada sampel dilakukan proses dewax dan delignifikasi untuk menghilangkan senyawa-senyawa ekstraktif dan memecahkan lignin yang dapat menghambat proses hidrolisis ataupun fermentasi. Hidrolisis dilakukan dengan asam sulfat 0,3 molar, suhu 121°C. Berdasar hasil pengukuran didapatkan waktu optimum hidrolisis tangkai adalah 35 menit dan malai 45 menit, dengan masing-masing menghasilkan 4083,8 ppm atau 20,45% xilosa dari hidrolisat tangkai dan 4690,6 ppm atau 23,5% dari hidrolisat malai. Uji HPLC hasil fermentasi dalam penelitian ini, menunjukkan waktu optimum fermentasi adalah 12 jam. Konversi xilosa menjadi xilitol adalah 12,48%; 8,98% dan 2,66% masing-masing untuk hidrolisat malai, tangkai dan xilosa murni. Penambahan D(-) arabinosa sebagai kosubstrat menurunkan pembentukan xilitol.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29067
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfah Nurhidayah
Abstrak :
Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan tanaman yang mengandung hemiselulosa tinggi, namun pemanfaatannya belum optimal. Tujuan penelitian adalah pemanfaatan eceng gondok sebagai sumber substrat dalam biokonversi xilosa menjadi xilitol menggunakan khamir Debaryomyces hansenii. Penelitian dilakukan dua tahap yaitu pencarian kondisi optimum autohidrolisis dan biokonversi hidrolisat yang dihasilkan menjadi xilitol selama 3 hari dengan penggojokan 200 rpm pada suhu kamar. Kondisi optimum perolehan xilosa diperoleh melalui metode autohidrolisis selama 75 menit dengan rasio eceng gondok dan air 1:15 serta pasca hidrolisis selama 45 menit menggunakan asam sulfat 4%. Hasil hidrolisat yang didapatkan adalah 25,55 g/L xilosa. Biokonversi dengan konsentrasi xilosa 10% menghasilkan yield value xilitol sebesar 21,67%. Penambahan kosubstrat glukosa 1% dan gliserol 3% meningkatkan yield value xilitol masing-masing sebesar 25,95% dan 31,61%. ......Water hyacinth (Eichhornia crassipes) is a plant containing high hemicellulose, but its utilization was not optimal. The research purpose is the utilization of water hyacinth as substrate source in the bioconversion of xylose into xylitol using Debaryomyces hansenii yeast. The research was conducted into two stages. Firstly, searching an optimum autohydrolysis conditions. Secondly, bioconversion of the resulting hydrolyzate into xylitol which carried out for 3 days with shaking 200 rpm at room temperature. The optimum conditions for the acquisition of xylose obtained through autohydrolysis methods for 75 minutes with 1:15 water hyacinth and water ratio and posthydrolysis for 45 min using 4% sulfuric acid. Results obtained from hydrolyzate was 25.55 g / L xylose. Bioconversion of 10 % xylose produce 21.67% xylitol yield. Cosubstrates addition of 1% glucose and 3 % glycerol increase xylitol yield respectively 25.95% and 31.61%.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Faisal
Abstrak :
Xilitol (C5H12O5) merupakan pemanis alami yang mempunyai kelebihan dibandingkan gula lainnya. Xilitol mempunyai nilai kalori yang rendah, aman dikonsumsi, memiliki tingkat kemanisan yang sama dengan sukrosa dan juga bersifat non-kariogenik artinya tidak menyebabkan karies pada gigi. Umumnya xilitol diproduksi secara kimiawi melalui proses hidrogenasi xilosa, dengan bantuan katalis nikel pada suhu 80-140 0C dan tekanan 50 atm. Selain itu, terdapat alternatif lain untuk membuat xilitol, yaitu secara fermentasi menggunakan khamir. Sumber xilosa umumnya berasal dari limbah lignoselulosa yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya ampas tebu. Bila ampas tebu dihidrolisis, akan didapatkan komponen penyusunnya yang salah satunya adalah xilosa. Pada penelitian ini dilakukan hidrolisis ampas tebu menggunakan asam sulfat dan didapatkan xilosa sebesar 15,41% (w/w). Hidrolisat yang didapatkan kemudian difermentasikan menggunakan Candida fukuyamaensis dan Candida boidinii. Dari hasil fermentasi didapatkan bahwa C.fukuyamaensis lebih berpotensial dibandingkan Candida boidinii sebagai agen biologis untuk mengkonversi xilosa menjadi xilitol dengan persen konversi xilosa menjadi xilitol sebesar 7,3126 % (w/w).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30416
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harmanta
Abstrak :
Sorghum merupakan tanaman serealia yang sangat potensial untuk dibudayakan di Indonesia karena punya keunggulan dibandingkan dengan tanaman pangan yang lain. Di dalam limbah sorghum (malai dan tangkai) banyak terkandung hemiselulosa yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan monomermonomernya. Salah satu monomer yang dihasilkan adalah xilosa yang merupakan bahan baku pembuatan xilitol. Pada penelitian ini digunakan malai dan tangkai sorghum mandau sebagai bahan untuk pembuatan xilitol. Bahan tersebut dihidrolisis menggunakan asam sulfat (H2SO4) 0,3M pada suhu 121°C dengan waktu optimum 35 menit. Hasil pengukuran kadar xilosa dalam hidrolisat pada kondisi optimum 25,70 % (w/w) untuk malai dan 20,56 % tangkai. Hidrolisat optimum ini yang akan digunakan sebagai substrat dalam proses fermentasi oleh Candida fukuyamaensis UICC Y-247 khamir penghasil enzim xilose reduktase. Hidrolisat kemudian detoksifikasi dengan menambahkan arang aktif 1% (w/v) untuk menghilangkan senyawa toksik yang dapat menghambat pertumbuhan khamir. Produk xilitol hasil fermentasi tanpa kosubstrat, konsentrasi tertinggi didapatkan waktu fermentasi 12 jam dengan persen konversi xilitol 12,88% untuk malai dan 10,88% tangkai. Produk xilitol hasil fermentasi dengan kosubstrat 7,5%, konsentrasi tertinggi pada waktu fermentasi 12 jam dengan persen konversi xilitol 18,04 untuk malai dan 16,50 tangkai. Sedangkan produk xilitol hasil fermentasi dengan kosubstrat 15%, konsentrasi tertinggi waktu fermentasi 12 jam dengan persen konversi xilitol 8,22% untuk malai 4,88% tangkai. ......Sorghum is plant which is potential to be cultivated in Indonesia since it has many advantages compared with other plants. Sorghum?s waste (stem and branch) contains which can be hydrolyzed giving its monomers hidrolized, to produce xylose. One of the monomers is xylose which the materials of xylitol. In this research, stem and branch of sorghum are used as souce is the source for xylitol production. The material was hydrolyzed using sulfuric acid (H2SO4) 0,3M At 121 degree Celcius with optimal duration of 35 minutes. The result of measurement of xylosa contained in hydrolyzed at optimal condition 24,90 % for stem and 20,56 % for branch. This hydrolyzed was used as substrate for the process of fermentation by Candida fukuyamaensis UICC Y-247 khamir is the producer of "xylose reductate" enzyme. The hydrolyzed is then decolorized by adding active carbon 1 % (w/v) to remove toxin substance which can fermentation process by khamir growth. The product of xylitol fermentation without kosubstrat, from the highest fermentation duration 12 hours with percent coversion of xylitol 12,88 % for stem and 10,88 % or branch. The product of xylitol from fermentation with kosubstrat 7,5 %, from the highest concentration on fermented duration 12 hours with percentage of xylitol convention 18,04 for stem and 16,50 for branch. Where as the product of xylitol fermentation with 15 % kosubstrat, with the highest yealds fermentation duration 12 hours with the percentage of xylitol convention is 8,22 % for stem and 4,88 % for branch.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29072
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jansen Wijaya Jap
Abstrak :
Senyawa gula poliol, seperti maltitol, manitol, xilitol dan sorbitol, merupakan bahan kimia yang sering ditambahkan ke dalam produk makanan maupun farmasi sebagai pemanis, sehingga diperlukan metode analisis untuk identifikasi dan penetapan kadar senyawa tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi yang optimal pada analisis campuran keempat senyawa gula poliol dan menetapkan kadar beberapa produk pemanis buatan yang beredar dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Analisis dilakukan dengan menggunakan kolom Shodex Sugar SZ5532 (150 x 6,0 mm), detektor indeks bias RID-10A, fase gerak asetonitril-air (85:15) dengan laju alir 1,2 mL/menit pada suhu kolom sebesar 65°C. Didapatkan koefisien korelasi (r) untuk xilitol, manitol, sorbitol, dan maltitol berturut-turut 0,9985; 0,9980; 0,9975; dan 0,9990 dengan rentang konsentrasi 2.000 μg/mL sampai dengan 7.000 μg/mL. Metode ini juga memenuhi kriteria uji selektivitas. Pada penetapan kadar sampel, sampel A, B, C, D, dan E yang dipreparasi menggunakan pelarut air, dilakukan pada kondisi analisis yang terpilih. Didapatkan bahwa sampel B dan C yang beredar di pasaran tidak memenuhi persyaratan kadar zat dalam sediaan, sedangkan sampel A, D, dan E memenuhi syarat. ......Polyol compounds, such as maltitol, mannitol, xylitol, and sorbitol, are chemical substances that often added into food and pharmaceutical products, therefore analytical method is required for its identification and for determining its concentration. This study is aimed to obtain an optimum analytical condition of the mixture of four polyol compounds and to determine its content in a few artificial sweetener products using High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Analysis was done by using Shodex Sugar SZ5532 column (150 x 6.0 mm) with refractive index detector RID-10A, acetonitrile-water (85:15) as the mobile phase, flow rate 1.2 mL/min, and the temperature of the column was 65°C. Correlation coefficient was obtained for xylitol, mannitol, sorbitol, and maltitol consecutively 0.9985; 0.9980; 0.9975; and 0.9990 with the range of concentration from 2,000 μg/mL to 7,000 μg/mL. This method has also passed the criteria of selectivity test. Assay of the five samples which was prepared by dissolving each sample contained polyol compounds with water, was determined using the chosen analytical condition. Sample B and C didn't meet the requirement of a chemical substance’s content in dosage form, whereas sample A, D, and E met the requirement of a chemical substance's content in dosage form.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55105
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalafi Xenon Abdullah
Abstrak :
Kilang bio dengan carbon capture and storage memiliki potensi dalam mengurangi emisi karbon dari atmosfer. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh efisiensi energi keseluruhan sistem, biaya produksi (etanol, xilitol, dan listrik), CO2 avoidance cost (CAC), serta nilai emisi CO2eq dari integrasi sistem kilang bio dengan carbon capture and storage(CCS). Aspen Plus v.11 digunakan untuk simulasi proses produksi etanol dan xilitol dengan teknologi hidrolisis asam, sedangkan unit CCS disimulasikan dengan Aspen HYSYS v.11. Penelitian ini menggunakan dua skema, yaitu skema produksi tunggal etanol (1) dan skema koproduksi etanol-xilitol (2). Analisis lingkungan dilakukan dengan metode life cycle assessment (LCA) dengan lingkup cradle-to-gate dan analisis keekonomian dilakukan dengan metode levelized cost. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi energi sistem keseluruhan  lebih tinggi pada skema 1 (35,8%) daripada skema 2 (33,7%). Nilai emisi sistem kilang bio dengan CCS pada skema 1 (-3,55 kgCO2eq/L etanol) lebih negatif daripada skema 2 (-2,20 kgCO2eq/L etanol). Skema 1 memiliki biaya produksi etanol dan nilai CAC (0,64 USD/L etanol dan 69,50 USD/ton CO2eq)  yang lebih besar daripada skema 2 (0,60 USD/L etanol dan 63,98 USD/ton CO2eq). Skema 1 menghasilkan nilai LCOE (0,15 USD/kWh) yang lebih tinggi daripada skema 2 (0,14 USD/kWh). Pada skema 2 diperoleh biaya produksi xilitol seharga 2,73 USD/kg xilitol. Oleh karena itu, skema 2 memiliki potensi komersial yang lebih baik. ......Biorefinery with carbon capture and storage has great potential in reducing carbon emissions from the atmosphere. This study aims to obtain the overall system energy efficiency, production costs (ethanol, xylitol, and electricity), CO2 avoidance cost (CAC), and CO2eq emission from the integration of biorefinery system with carbon capture and storage (CCS). Aspen Plus v.11 was used to simulate the ethanol and xylitol production processes using acid hydrolysis, while the CCS unit was simulated with Aspen HYSYS v.11. This study uses two schemes, namely a single ethanol production scheme (1) and an ethanol-xilitol coproduction scheme (2). Environmental analysis was conducted using the life cycle assessment (LCA) method with a cradle-to-gate scope, and economic analysis was conducted using the levelized cost method. The results showed that the overall system energy efficiency was higher in scheme 1 (35.8%) than scheme 2 (33.7%). The emission value of the biorefinery system with CCS in scheme 1 (-3.55 kgCO2eq/L ethanol) was more negative than scheme 2 (-2.20 kgCO2eq/L ethanol). Scheme 1 has higher ethanol production costs and CAC values (0.64 USD/L ethanol and 69.50 USD/ton CO2eq) than scheme 2 (0.60 USD/L ethanol and 63.98 USD/ton CO2eq). Scheme 1 produced a higher LCOE value (0.15 USD/kWh) than scheme 2 (0.14 USD/kWh). In scheme 2, the production cost of xylitol is 2.73 USD/kg xylitol. Therefore, scheme 2 has better commercial viability.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Bettivia
Abstrak :
Xilitol merupakan pemanis alami yang bersifat antikariogenik dan memiliki indeks glikemik rendah. Xilitol dapat diproduksi dari xilosa, baik melalui proses kimiawi ataupun proses fermentasi. Xilitol dihasilkan melalui proses fermentasi xilosa oleh Candida fukuyamaensis UICC Y-247. Xilosa diperoleh dari hidrolisis hemiselulosa dalam limbah sorgum manis yang telah dihilangkan senyawa ekstraktif dan ligninnya. Hidrolisis dilakukan secara kimiawi dengan katalis asam sulfat 0,3 M. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan kosubstrat terhadap yield xilitol. Yield xilitol tertinggi diperoleh dari fermentasi malai jam ke-12 sebesar 188 ppm dengan konversi xilosa menjadi xilitol 20,29%. Penambahan kosubstrat L-arabinosa 150 ppm menaikkan yield xilitol hingga 347 ppm dengan konversi sebesar 37,37%. Penambahan kosubstrat D-glukosa 150 ppm menghasilkan xilitol 287 ppm dengan konversi 30,93%. ......Xylitol is a natural sweetener that has anti-cariogenic properties and has a low glycemic index. Xylitol can be produced from xylose, either through a chemical process or fermentation process. Xylitol was produced through a process of xylose fermentation by Candida fukuyamaensis UICC Y-247. Xylose derived from hemi-cellulose hydrolysate of sweet sorghum waste in which the lignin and extractive compounds had been removed. The hydrolysis was done chemically with sulfuric acid catalyst 0.3 M. This research was conducted to determine the effect of adding cosubstrate on xylitol yield. The highest xylitol yield obtained from the fermentation tassel at the hour 12 by 188 ppm with the conversion of xylose into xylitol 20.29%. The addition of L-arabinose cosubstrate 150 ppm increased xylitol yield up to 347 ppm by a conversion of 37.37%. The addition of D-glukosa cosubstrate 150 ppm produced xylitol 287 ppm by a conversion of 30,93%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S750
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu Ningsih
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk membuat xilitol dari limbah batang/malai sorgum manis CTY-33. Xilitol dibuat melalui proses fermentasi xilosa menggunakan Candida fukuyamaensis UICC Y-247 penghasil enzim xilosa reduktase yang mereduksi xilosa menjadi xilitol. Xilosa didapat dari hidrolisis hemiselulosa dalam limbah batang/malai sorgum manis CTY-33 yang telah dilakukan delignifikasi. Hasil xilosa tertinggi dengan 30 ml larutan H2SO4 0,3M dicapai pada waktu hidrolisis 35 menit yaitu 22,71% dalam hidrolisat malai sorgum manis CTY-33, dan 15,30% dalam hidrolisat batang sorgum manis CTY-33. Yield xilitol tertinggi dicapai pada fermentasi jam ke-12 yaitu 191,07 ppm dari malai, dan yield xilitol dari batang 31,48 ppm. Penambahan kosubstrat glukosa menaikkan kadar xilitol, hasil tertinggi dicapai pada jam ke-12. Penambahan kosubstrat glukosa 300 ppm pada malai menghasilkan xilitol sebesar 291,17 ppm (konversi xilosa menjadi xilitol 38,86 %). dan penambahan kosubstrat glukosa 150 ppm pada batang sebesar 173,44 ppm (konversi xilosa mnjadi xilitol 26,20. ......Producing xylitol from the straw / panicle of sweet sorghum CTY -33 wastes was done. The xylitol produced through the fermentation process of xylose using Candida fukuyamaensis UICC Y-247 which reduced xylose to xylitol using xylose reductase enzyme. The hemicellulose in the straw/panicle sweet sorghum CTY-33 wastes was hydrolized by 30 mL sulfuric acid 0,3 M after delignification. The highest xylose in the hydrolyzate of panicle during 35 minutes was 22.71 % and from straw was15.30 %. The highest xylitol yield reached in 12-hours fermentation, panicle xylitol yield was 191.07 ppm and straw xylitol yield was 31.48 ppm. When glucose added as co-substrat, the xylitol yield increased. The panicle xylitol yield became 291.170 ppm (the xylose conversion to xylitol was 38,86 %) when it added glucose 300 ppm, and the straw xylitol yield became 173.44 ppm (the xylose conversion to xylitol was 26,20 %) when it added glucose 150 ppm.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29023
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riyanti Teresa Novitawati
Abstrak :
Gandum merupakan salah satu hasil pertanian yang dihasilkan di Indonesia dan banyak dimanfaatkan lebih lanjut menjadi bahan pangan. Pada umumnya, hasil samping dari penggilingan biji gandum adalah pollard dan bran. Pollard merupakan bagian yang paling dekat dengan endosperma biji gandum dan banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan pakan ternak. Di dalam pollard terkandung hemiselulosa yang apabila dihidrolisis dapat menghasilkan monomer-monomernya. Salah satu monomer yang dihasilkan adalah xilosa yang dapat diubah menjadi xilitol yang berfungsi sebagai pemanis seperti gula. Pada penelitian ini, digunakan pollard gandum sebagai bahan utama pembuatan xilitol dengan hidrolisis menggunakan H2SO4 0,3 M pada suhu 121ºC dengan waktu optimum 45 menit. Hasil pengukuran kadar xilosa dalam hidrolisat pada kondisi optimum adalah sebesar 9,48% (w/w). Hidrolisat ini digunakan sebagai substrat dalam proses fermentasi oleh khamir penghasil enzim xylose reductase, yaitu Candida fukuyamaensis U 62311 UICC Y–247. Sebelum dilakukan proses fermentasi, dibuat terlebih dahulu media aktivasi untuk mengaktifkan enzim xylose reductase. Hidrolisat diberi perlakuan detoksifikasi untuk menghilangkan senyawa toksik yang dapat menghambat pertumbuhan khamir dengan menambahkan arang aktif 1% (w/v). Produk xilitol hasil fermentasi tertinggi, didapatkan pada waktu fermentasi 24 jam untuk substrat yang didetoksifikasi yaitu dengan persen konversi xilitol tertinggi sebesar 8,65%. Waktu fermentasi optimum untuk substrat tanpa detoksifikasi diperoleh pada jam ke-12 dengan persen konversi xilitol tertinggi sebesar 5,31%. Persen yield xilitol tertinggi untuk 2 gram sampel, terdapat pada substrat yang didetoksifikasi, yaitu sebesar 0,70%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30502
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library