Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Hidayat
"Studi ini bertujuan untuk menganalisis kegagalan yang terjadi pada proses lekuk botol (necking) dalam pembuatan selongsong munisi kaliber kecil (MKK) 5,56 mm yang terjadi pada PT Pindad. Kegagalan berupa wrinkle pada daerah neck selongong MKK 5,56 mm. Hipotesis penyebab kegagalan adalah bahwa kondisi material awal (brass cup) tidak memenuhi standar yaitu komposisi dan kekerasan. Analisis kegagalan dilakukan dengan membandingkan material yang mengalami kegagalan dan yang tidak. Serangkaian karakterisasi dilakukan untuk membuktikan hipotesa, meliputi pengamatan visual, pengujian komposisi, pengujian kekerasan mikro, dan pengamatan struktur mikro. Hasil analisis menunjukkan bahwa kemungkinan terbesar penyebab kegagalan wrinkle pada daerah neck selongsong MKK 5,56 mm pada saat proses lekuk botol adalah kekerasan mikro yang tinggi dan kandungan Bi yang melebihi standar yaitu 0,04 %. Kekerasan yang tinggi menyebabkan gaya yang diberikan oleh mesin tidak cukup menghasilkan aliran material yang baik sehingga menyebabkan wrinkle. Kelebihan kandungan Bi menyebabkan terbentuknya inklusi Bi pada struktur mikro. Keberadaan inklusi Bi ini dapat menyebabkan konsentrasi tegangan sehingga memicu terjadinya patahan prematur pada material.
This study is aimed to analyse the failure on the necking process in manufacturing of 5.56 mm calibre bullet shell at PT Pindad. The failure was found in the form of wrinkle on the neck area of the 5.56 mm bullet shells. The initial condition of the incoming material (brass cup) was thought to not meet the standard requirement, i.e. composition and hardness, and this was taken as the hypothesis of this study. The study was conducted by careful observation on the failed products and then compared with the good ones. The observation included, visual observation, compositional analysis by using Optical Emission Spectroscopy (OES), micro Vickers hardness measurement and microscopy. The study showed that the most probable cause for the wrinkle failure during the necking process of the 5.56 mm bullet shell was the high microhardness values and the high Bi content, which exceeded the maximum allowable standard of 0.04 %. The high hardness led to inadequacy of blank holder force applied by the deep drawing machine in necking process, therefore, the force could not result in good material flow and wrinkles occurred. The high Bi content introduced Bi inclusions in the microstructure, which resulted in stress concentration and might lead to premature fracture of the material."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59271
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Arumsari Asmara
"ABSTRAK
Kerutan nasolabial merupakan salah satu tanda penuaan wajah yang menonjol. Upaya mengurangi tanda penuaan wajah dengan metode invasif minimal belakangan semakin marak. Akupunktur tanam benang Polydioxanone (PDO) sering dipraktekkan untuk mengurangi kerutan, namun penelitian yang menilai efek obyektif akupunktur tanam benang terhadap perbaikan kerutan masih sedikit. Uji klinis open-label prospektif lengan tunggal dilakukan terhadap wanita usia 30-49 tahun, dengan Skala Glogau II-III. 13 subyek menerima 1 sesi akupunktur tanam benang dengan penjabaran sesuai Revised STandards for Reporting Interventions in Clinical Trials of Acupuncture (STRICTA). Penilaian utama yaitu perbedaan jarak kerutan nasolabial dilakukan 4 kali pada sebelum, tepat sesudah, 2 minggu dan 4 minggu sesudah tindakan. Penilaian sekunder adalah skor Modified Fitzpatrick Wrinkle Score (MFWS) dan skor kepuasan subyek. Tidak ada subyek yang dinyatakan gugur. Penilaian utama menunjukkan penurunan jarak rerata kerutan nasolabial kanan yang signifikan pada tepat sesudah (6.43 ± 7.15), 2 minggu (6.53 ± 6.07), dan 4 minggu (15.32 ± 6.21) dibandingkan dengan nilai awal (p<0.05), serta penurunan jarak rerata kerutan nasolabial kiri pada tepat sesudah (7.05 ± 5.23), 2 minggu (7.52 ± 4.29), dan 4 minggu (15.65 ± 6.25) dibandingkan dengan nilai awal (p<0.05). Didapatkan penurunan signifikan rerata skor MWFS pada 4 minggu dibandingan nilai awal baik pada kerutan nasolabial kanan maupun kiri. Sebelas subyek (84.62%) merasa sangat puas dengan tindakan akupunktur tanam benang PDO, sementara 2 subyek lainnya merasa cukup puas. Efek samping yang ditemui berupa eritema, hematoma, edema, gatal, dan nyeri, bersifat sementara dan menghilang tanpa intervensi. Akupunktur tanam benang PDO terbukti mengurangi jarak kerutan nasolabial kiri dan kanan, dimana pengurangan jarak kerutan lebih besar setelah 2 Minggu.

ABSTRACT
Nasolabial folds are one of the most prominent facial aging signs. There is a growing trend on minimally invasive procedures to correct facial aging signs. While Polydioxanone (PDO) thread embedding acupuncture are often practiced in wrinkle treatment, the clinical trials with objective measurements are scarce. A single arm, prospective, open-label clinical trial was done to women aged 30-49 years, with Glogau scale II-III. Thirteen participants each receive a single thread embedding acupuncture reported according the Revised STandards for Reporting Interventions in Clinical Trials of Acupuncture (STRICTA). The primary outcome, length of nasolabial fold, were oberved 4 times; before, right after, 2 weeks, and 4 weeks after procedure. The secondary outcomes are Modified Fitzpatrick Wrinkle Score (MFWS) and patient satisfaction score. There was no dropout. Primary outcome analisis shows significant improvement in every mean difference of dextra nasolabial folds right after (6.43 ± 7.15), 2 weeks (6.53 ± 6.07), and 4 weeks (15.32 ± 6.21), as well on sinistra nasolabial folds right after (7.05 ± 5.23), 2 weeks (7.52 ± 4.29), and 4 weeks (15.65 ± 6.25) compared to baseline (p<0.05). Significant improvement in MWFS score was also observed in 4 week for both right and left nasolabial folds compared to baseline. Eleven participants (84.62%) scored very satisfied, while the rest scored quite satisfied. Side effects found were erythema, bruising, edema, itchiness, and pain were all brief and self limiting. PDO thread emnbedding acupuncture are effective in reducing both right and left nasolabial length, with higher decrease 2 weeks after post treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Nurmawati
"Pendahuluan: Kerut nasolabialis merupakan salah satu tanda penuaan yang mudah dikenali pada bagian tengah wajah. Bagi sebagian orang, perubahan pada wajah dapat memberikan efek samping pada komunikasi, daya tarik dan kepercayaan diri. Tehnik non-invasif yang ada saat ini masih memberikan efek samping yang cukup serius. Akupunktur sudah digunakan secara luas untuk terapi kecantikan termasuk rejuvenasi wajah untuk peremajaan kulit serta dikenal efektif dan minimal efek samping dalam mengurangi kerutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan garis kerut nasolabialis setelah tindakan akupunktur untuk facial rejuvenation.
Metode: Penelitian ini disusun dengan desain quasi eksperimental atau disebut juga one group pretest-postest design yang melibatkan 25 orang partisipan. Seluruh pasien yang memenuhi kriteria akan menerima terapi yang sama berupa akupunktur manual sebanyak tiga kali seminggu selama dua minggu. Akupunktur dilakukan pada titik akupunktur ST36. Akupunktur pada wajah dilakukan menggunakan teknik penetrating needling yaitu dari tepi superior arcus zygomaticus melewati ST2 ke arah LI20, pada os zygomaticum melewati ST3 ke arah pertengahan kerut nasolabialis, pada tepi inferior arcus zygomaticum melewati SI18 ke arah ST4, ST7 ke arah ST4, serta di titik ashi pada kulit temporal kepala di sepanjang tepi batas rambut pada m.temporoparietalis. Luaran yang dinilai adalah perubahan panjang kerut nasolabialis dalam millimeter, perubahan wrinkle severity rating scale, serta perubahan global aesthetic improvement scale. Luaran akan dinilai pada saat sebelum terapi, setelah akhir terapi, follow-up dua minggu dan follow-up 4 minggu setelah akhir terapi.
Hasil: Panjang kerut nasolabialis berkurang setelah terapi dengan rerata perubahan sebesar 37,34%. Terdapat perbaikan satu tingkat pada skala wrinkle severity rating scale (WSRS) setelah terapi. Pada skala global aesthetic improvement scale (GAIS) terdapat perbaikan dua sampai tiga tingkat setelah terapi.
Kesimpulan: Garis kerut nasolabialis mengalami perbaikan setelah mendapatkan terapi akupunktur manual untuk facial rejuvenation.

Introduction:. Nasolabial fold are one of the most recognizable signs of aging in the midface. For some people, facial changes can have side effects on communication, attractiveness and self-confidence. The existing non-invasive techniques still have serious side effects. Acupuncture has been used widely for beauty therapy including facial rejuvenation for skin rejuvenation and is known to be effective and have minimal side effects in reducing wrinkles. The aim of this study was to determine the changes in nasolabial fold after manual acupuncture for facial rejuvenation.
Methods: This study is designed as a quasi experimental or also called as one group pretest-postest design involving 25 participants. Eligible patients will receive the same manual acupuncture therapy three times a week for two weeks. Manual acupuncture is performed at acupuncture point ST36. At face, acupuncture is performed using the penetrating needling technique, from the superior edge of the arcus zygomaticus through ST2 towards LI20, on the zygomaticum through ST3 towards the middle of the nasolabial fold, on the inferior edge of the arcus zygomaticum through SI18 towards ST4, ST7 towards ST4, and at ashi point on the scalp along the temporal hairline at the m.temporoparietalis.. The outcome are nasolabial length changes measured in millimeters, changes in wrinkle severity rating scale, and changes in global aesthetic improvement scale. The outcome will be evaluated at baseline, post therapy, two-week and four-weeks follow-up post therapy.
Results: The length of nasolabial fold decreased after therapy with a mean change of 37.34%. There was one level improvement on the wrinkle severity rating scale (WSRS) after therapy. On the global aesthetic improvement scale (GAIS) there is an improvement of two to three levels after therapy
Conclusion : Nasolabial fold improved after receiving manual acupuncture therapy for facial rejuvenation.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Auliyya
"ABSTRACT
Buah mengkudu (Morinda citrifolia L) memiliki kandungan ursolic acid dan 3,3’-bisdemethylpinoresinol yang berfungsi untuk mencegah terbentuknya kerutan pada kulit. Masker wajah hidrogel merupakan alternatif produk perawatan kulit untuk mengatasi kerutan. Ekstrak etanol buah mengkudu 0,1% diformulasikan menjadi produk masker wajah hidrogel dengan menggunakan basis natrium alginat 4% dan xanthan gum 0,5%. Masker wajah hidrogel dievaluasi stabilitas secara fisik melalui pengamatan organoleptis, pengujian konsistensi, daya mengembang, dan kekuatan peregangan. Hasil evaluasi menunjukkan masker wajah hidrogel memiliki kemampuan menahan air yang baik, kekuatan peregangan 35,6524 ± 0,8842 kgf/cm2, elongasi 272,00 ± 4,47%, dan tidak mengalami perubahan organoleptis selama 12 minggu penyimpanan. Pada penelitian ini dihasilkan masker wajah hidrogel yang mengandung ekstrak buah mengkudu dengan karakteristik yang baik dan stabil secara fisik dalam penyimpanan sehingga dapat digunakan sebagai produk perawatan kulit nutrakosmesetika.

ABSTRACT
Noni (Morinda citrifolia L) fruit contains ursolic acid dan 3,3’ bisdemethylpinoresinol has function as an anti-wrinkle agent. Hydrogel face mask is an alternative for skin care product. In this study, 0.1 % ethanol extract of noni fruit was formulated with concentration of 4% sodium alginate and 0.5% xanthan gum to form hydrogel face mask. Physical stability of hydrogel face mask evaluated by organoleptic observation, consistency, swelling index, and mechanical strength. The results showed that hydrogel face mask has good water holding capacity, tensile strength of 35.6524 ± 0.8842 kgf/cm2, elongation rate of 272.00 ± 4.47%, and stable in colour and odour for 12 weeks. This study revealed that hydrogel face mask which contains ethanol extract of noni fruit has good physical characteristic and stability, and thus good enough to be used as nutracosmeceutical product."
2014
S56581
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library