Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Wanda Larasaty
"ABSTRAK
Penelitian ini mengangkat tema program kerja di bawah pemerintahan Abe yang terkait dengan ketenagakerjaan di Jepang dan berfokus pada opini publik terhadap agenda reformasi pola kerja work style reform yang tertera dalam Strategi Revitalisasi Jepang dan sudah direvisi di tahun 2014. Reformasi pola kerja ini merupakan salah satu solusi yang diharapkan dapat menyelesaikan isu-isu ketenagakerjaan seperti praktik jam kerja yang panjang long working hours , perbaikan perlakuan yang irasional terhadap pekerja kontrak, dan kesejahteraan buruh. Prinsip lsquo;Upah yang sama atas pekerjaan yang sama rsquo; atau Equal Pay for Equal Wok ini diperkenalkan oleh Perdana Menteri Shinzo Abe dengan tujuan untuk menyetarakan upah antara pekerja tetap dan kontrak yang memiliki keahlian yang sama sehingga perbedaan perlakuan terhadap kedua pekerja ini dapat diminimalisasi.Data didapat dari kuesioner yang diberikan kepada pekerja Jepang baik pekerja tetap maupun kontrak. Dari 11 koresponden yang terdiri dari 9 pekerja tetap dan 2 pekerja kontrak, 7 orang di antaranya mendukung agenda ini baik yang mendukung penuh maupun yang mendukung dengan kondisi tertentu sedangkan 4 orang lainnya menyatakan keberatan. Agenda ini mungkin tepat sebagai solusi bagi pekerja kontrak yang menerima upah rendah, namun di satu sisi hal ini dapat memicu isu baru seperti menurunnya motivasi pekerja tetap karena dengan penyetaraan upah maka status pekerjaan menjadi tidak berarti.

ABSTRACT
This study explores Japanese Prime Minister Shinzo Abe rsquo s working program about Japanese employment and focuses on public opinion in related to work style reform agenda which included on Japanese Revitalization Strategy and it has been revised in year 2014. Work style reform is one of the solution that might possibly be able to solve certain employment issues such as long working hours, irrational treatment toward non regular workers, and labor welfare. Equal Pay for Equal Work is introduced by Shinzo Abe with the purpose of equalizing wages between regular and non regular workers that have the same extent level of skill thus the disparity of treatment toward both workers can be minimalized.Data is derived from questionnaire which was given to Japanese workers, both regulars and non regulars. From total 11 correspondents, 7 persons claimed that they agree and support this agenda both fully support and support with certain conditions while other 4 persons claimed that they issued an objection. This agenda might be the right solution to help non regular workers with the low wages but in other hand it can also trigger a new issue such as declining motivation of regular workers since equalizing wages can lead working status to be meaningless."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zuriah Sunarmi
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Untuk Mengetahui hubungan kuat penerangan dengan kelelahan mata dan produktivitas kerja, telah dilakukan penelitian kross seksional terhadap 264 tenaga kerja wanita yang bekerja sebagai penjahit di Industri Konveksi PT. Busana Rama Tekstil & Garment. Pengumpulan data dilakukan dengan cara Anamnesa, pemeriksaan fisik, khususnya kelelahan mata dengan menggunakan near point ruler serta pemeriksaan lingkungan terutama yang menyangkut penerangan tempat kerja dengan menggunakan lux meter.
Hasil dan Kesimpulan : Hasil penelitian mencatat kuat penerangan rata-rata di seluruh tempat kerja adalah 238.50 lux, dengan simpang baku 77.36. Prevalensi rate kelelahan mata setelah 4 jam adalah 84.5%. Tidak ditemukan hubungan antara timbulnya kelelahan mata dengan kuat penerangan, warna bahan pakaian, lama kerja, pendidikan, serta golongan umur. Produktivitas rata-rata seluruh pekerja setelah bekerja selama 4 jam adalah 72,65 potong pakaian per jam dengan simpang baku 38.47. Hasil uji statistik memperlihatkan hubungan yang bermakna antara produktivitas kerja dengan warna bahan pakaian serta dengan kuat penerangan, tetapi tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kelelahan mata, lama kerja, pendidikan, dan golongan umur.

The Relationship between Light Intensity and Asthenopia as well as Working Productivity of the Labor Working at Garment Industry of PT. Busana Rama Textile & Garment TangerangThe Scope and Method of Study. In order to find out the relationship between the light intensity with asthenopia and working productivity, a cross sectional study is conducted toward 264 female worker who are working as tailor in the garment industry of PT. Busana Rama Textile and Garment. The collection of data is carried out by anamneses, physical examination, especially related to asthenopia by using near point ruler, and environment examination regarding the light intensity at the working place by using the lux meter.
Results and Conclusion: The study find out that the average light intensity for all working places is 238,50 lux, with standard deviation of 77.36. The prevalence rate of asthenopia after working for 4 hours is 84,5%. There are no relationship between asthenopia and light intensity, color of clothes raw-material, length of work, educational level, and age group of the female workers. The average productivity for all workers after working for 4 hours is 72,65 pieces of cloth per hour with the standard deviation of 38,47. The result of statistic shown that there are relationship between working productivity and color of cloths raw-material and light intensity. However with regards of asthenopia, length of work, educational level, and age group of the female workers there are no relationship with working productivity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Kreshna Reza
"Sumber daya manusia adalah merupakan aspek yang paling vital di dalam suatu penusahaan/organisasi akan tetapi sampai saat ini ungkapan tersebut masih merupakan slogan tanpa makna karena dari pihak perusahaan sumber daya manusia belum dapat dijadikan human investment. Bertitik tolak dari masalah tersebut, penulis mencoba menuangkan permasalahan sumber daya manusia dilihat dari aspek Budaya Perusahaan dengan fungsi Operasional Management Personalia. Permasalahan sumber daya manusia adalah bersifat dinamis artinya, permasaiahan cenderung bergerak naik, oleh karena itu solusinya tidak dititikberatkan pada gejala-gejala akan tetapi terpola dan terpadu. Sumber daya manusia yang baik adalah mampu menciptakan produktivitas kerja yang tinggi, oleh karena itu penulis mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan SPSS (Statiscal Package for the Social Science) guna dapat mengetahui pengaruh aspek budaya perusahaan dan fungsi operasional manajemen personalia terhadap produktivitas kerja.
Hasil yang diperoleh secara ringkas menunjukkan:
1. Tanggapan para karyawan/ti terhadap Budaya Perusahaan cenderung lemah.
2. Tanggapan para karyawan/ti terhadap Fungsi Operasional Management Personalia relatif sedang.
3. Secara keseluruhan baik untuk tingkat Top Manager dan Middle Manager serta Low Manager dan Staf (Non-Struktural) ternyata variabel Budaya Perusahaan tidak berpengaruh terhadap Produktivitas Kerja.
Secara keseluruhan ternyata variabel Fungsi Operasional manajemen Personalia untuk tingkat Top Manager dan Middle Manager mempunyai koefisien korelasi - .301 artinya berpengaruh terbalik terhadap Produktivitas Kerja sedangkan untuk tingkat Low Manager dan Staf (Non Struktural) tidak berpengaruh terhadap Produktivitas Kerja.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, kiranya perlu dilakukan langkah-langkah pembenahan, baik untuk membenahi pandangan terhadap Budaya Perusahaan, Fungsi Operasional Perusahaan maupun Produktivitas Kerja yang terpola, terpadu dan berkesinambungan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Riama Marlyn
"Nilai-nilai budaya di Rumah Sakit Umum Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (RSU FKUKI) dirasakan belum melekat karena proses sosialisasi nilai-nilai budaya rumah sakit belum optimal dan terprogram dengan baik sehingga nilai-nilai inti budaya tersebut belum dijadikan dasar setiap pegawai dalam melaksanakan pekerjaan. Pada satu sisi yang lain, dirasakan produktivitas kerja perawat belum optimal dan masih perlu ditingkatkan. Berbagai konsep teori menjelaskan bahwa nilai-nilai budaya organisasi yang dianut secara intensif akan memberikan dampak dalam pencapaian tujuan organisasi dan produktivitas kerja (Robbins, 1996; Ndraha, 1997). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran hubungan persepsi perawat pelaksana tentang budaya organisasi dengan produktivitas kerja di RSU FKUKI. Penelitian ini merupakan penelitian descriptive correlational yang pengumpulan datanya secara cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh perawat pelaksana yang bekerja di RSU FKUKI. Junnlah sampel 136 perawat. Instrumen yang digunakan adalah instrumen budaya organisasi dan produktivitas kerja perawat pelaksana yang telah dimodifikasi dan telah disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Instrumen budaya organisasi terdiri dani 60 pemyataan dan instrumen produktivitas keija terdiri Bari 41 pemyataan. Hasil uji coba validitas dan reliabilitas instrumen menggunakan Alpha Cronbach dengan hasil alpha antara 0,7194 --- 0,8566 (instrumen budaya organisasi) dan alpha antara 0,7684 - 0,8707 (instrumen produktivitas kerja). Metode analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif, chi square dan regresi logistik. Hasil penelitian adalah sebanyak 52,2% perawat pelaksana mempersepsikan produktivitas kerja kurang dan sebanyak 51,5% perawat pelaksana mempersepsikan budaya organisasi kurang. Perawat pelaksana yang mempunyai persepsi kurang terhadap budaya organisasi mempunyai produktivitas kerja rendah. Faktor yang berhubungan bermakna dengan produktivitas kerja perawat pelaksana adalah tingkat pendidikan dan keterlibatan. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana adalah keterlibatan .
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka saran yang dapat diberikan adalah melibatkan perawat dalam pembuatan kebijakan, tata tertib, peraturan, ritual yang berlaku di rumah sakit dan melibatkan perawat sebagai bagian dalam tim pelayanan di rumah sakit secara utuh, melibatkan perawat dalam sosialisasi budaya organisasi, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan perawat pelaksanan serta melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor lain yang diduga mempengaruhi produktivitas kerja dan budaya organisasi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
T18690
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library