Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Linda Helena
Abstrak :
Peran seseorang dalam keluarga dan dalam pekeijaan biasanya dicapai oleh seorang individu yang telah berusia dewasa. Pekeijaan dan keluarga merupakan dua domain yang dominan bagj kebanyakan individu dewasa yang telah bekeqa dan berkeluarga. Pada masing-masing perannya itu, mereka diharapkan untuk bertingkah laku yang sesuai dengan perannya itu. Perannya dalam keluarga menuntut mereka untuk menyerahkan waktu dan perhatia kepada anggota keluarganya dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perannya dalam keluarga. Di pihak lain, perannya dalam pekeijaan juga menuntut mereka untuk menghabiskan sebagian waktunya untuk bekeija dan melakukan tugasnya dengan baik. Melaksanakan dua perannya itu seringkali menyulitkan mereka yang telah bekeija dan berkeluarga. Keadaan ini memungkinkan teijadinya work-family conflict. Work-family conflict adalah konflik antar peran (interrole conflict). Dalam menjalankan ke dua perannya, individu menghadapi berbagai macam kegiatan yang membutuhkan perhatian, waktu dan energi. Yang seringkali teqadi adalah terabaikannya peran yang satu jika individu memenuhi peran yang lainnya. Prioritas aktivitas mana yang didahulukan tentunya tergantung pada banyak hal dan tagantung pada individu yang menjalankannya. Karena si&tnya indhiidual, masingmasing individu dapat memberikan paiilaian mengenai seberapa pentingnya aktivitas tersebut bagi individu yang bersangkutan. Dei^at pentingnya suatu peran dapat ditandai dengan besamya keterlibatan individu dalam peraimya tersebut, dalam hal ini pelibatan keluarga dan pelibatan keija. Dengan demikian yang menjadi fokus dalam permasalahan ini adalah bagaimana hubungan antara ■worhfamify conflict, pelibatan keija dan pelibatan keluarga ? Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan antara dua kelompok yaitu kelompok pria (kaiyawan) dan kelompok wanita (kaiyawati). Ini dOakukan mengingat adanya kemungkinan perbedaan antara pria dan wanita terhadap pelibatan keija dan pelibatan keluarga. Dengan demikian, ada kemungkinan perbedaan pula antara pria dan wanita dalam hubungan worh-fcmify conflict dengan pelibatan keija dan hubungan work-family conflict dengan pelibatan kduarga. Dengan kriteria subyek penelitian yang telah bekeija penuh dan posisi tetap serta telah berkeluarga (mempimyai anak), penelitian ini berhasil memperoleh data dari 201 subyek yang terdiri dari 83 subyek piia dan 118 subyek wanita. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan incidentil sampling. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat kuesioner work-family conflict, pelibatan keija dan pelibatan keluarga. Setelah hasil diolah dengan metode kuantitatif peneliti memperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kaiyawan dan kaiyawati dalam pelibatan keija dan pelibatan keluarga, dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kaiyawan dan kaiyawati dalam work-family conflict. Pada masing-masing kelompok ditemukan pula adanya hubungan positif yang signifikan antara pelibatan keluarga dengan workfamily corflict, dan diketahui pula tidak ada hubungan yang signifikan antara pelibatan keija dan work-family conflict dalam masing-masing kelompok. Selain itu, peneliti memperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan'antara karyawan dan kaiyawati dalam hubungan work-family conflict dengan pelibatan keluarga dan hubungan work-family conflict dengan pelibatan kerja.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2827
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Dara Ninggar, atuhor
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai gambaran work-family conflict yang dialami ibu bekerja di PT. X sumber serta bentuk dukungan sosial yang mereka peroleh dalam mengatasi work-family conflict. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa ibu bekerja di PT. X menghadapi work-family conflict berbasis waktu seperti banyaknya waktu yang dihabiskan dalam pekerjaan mengurangi waktu ibu bekerja dengan keluarganya dan berbasis tekanan seperti tuntutan pekerjaan dari atasan yang membuat ibu bekerja merasa tertekan maupun konflik dalam keluarga yang memberikan tekanan dan stres kepada ibu bekerja yang berdampak pada dirinya sendiri, keluarga, dan pekerjaannya. Dalam mengatasi konflik tersebut, ibu bekerja melakukan upaya yang bersumber dari dirinya sendiri, mendapatkan dukungan sosial baik dari keluarga seperti orang tua, suami, kerabat, asisten rumah tangga, teman dan perusahaan. Dukungan sosial yang diterima ibu bekerja yaitu dalam bentuk dukungan emosional berupa kata-kata positif, dukungan informasi terkait anak, dukungan persahabatan berupa ketersediaan teman yang menghabiskan waktu bersama, dan dukungan berwujud berupa bantuan mengasuh anak, finansial, mengerjakan pekerjaan, fasilitas perusahaan, serta fleksibilitas waktu bekerja. Hasil penelitian ini merekomendasikan agar ibu bekerja meningkatkan komunikasi dan waktu berkualitas dengan keluarganya serta saling menerapkan active listening antar anggota keluarga. Selain itu, perusahaan terutama atasan juga dapat meningkatkan kesadaran dan fasilitas untuk membantu permasalahan ibu bekerja. ......This study discusses the description of work-family conflict experienced along with the sources and forms of social support received by working mothers at Company X in overcoming work-family conflicts. The approach used in this research is a qualitative approach with descriptive research type. The results of this study explain that working mothers at PT. X face time-based work-family conflict, such as the amount of time spent in work reduces the time to spend with with her family and time-based conflict, such as work demands by managers that make working mothers feel depressed or conflicts in the family that give pressure and stress to working mothers which have an impact to herself, her family, and her work. In overcoming this conflict, working mothers make several efforts to overcome them, namely those that come from themselves, get social support from families such as parents, husbands, relatives, household assistants, friends, and companies. The social support received by working mothers is in the form of emotional support such as positive words and motivation, informational support related to children, companionship support in the form of friends to spend time together, and tangible support in the form of childcare assistance, financial assistance, doing work, company facilities, as well as flexibility in working time.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beatrice Clarisa
Abstrak :
Work-family conflict merupakan konflik antar peran yang terjadi ketika tuntutan peran dalam kehidupan pekerjaan dan keluarga bersifat saling bertentangan dalam beberapa hal. Ketidakmampuan untuk menyeimbangkan dua tuntutan peran yang berbeda dapat memberikan dampak negatif bagi individu, keluarga, maupun perusahaan. Ketersediaan dukungan sosial dapat menyediakan sumber daya bagi individu untuk mengelola tuntutan peran pekerjaan dan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial supervisor, rekan kerja, dan pasangan dengan work-family conflict pada perawat wanita yang telah menikah. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan tujuan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2023 dengan responden 75 perawat wanita yang telah menikah, yang dipilih dengan menggunakan stratified random sampling sebagai teknik pengambilan sampel. Hasil penelitian melalui uji korelasi Kendall’s tau-b menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial pasangan dan dukungan sosial rekan kerja dalam beberapa aspek (dukungan emosional, dukungan informasi, dan dukungan penilaian) dengan work-family conflict. Sedangkan itu, ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial supervisor dengan work-family conflict. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat dukungan sosial pasangan dan rekan kerja yang dimiliki, maka akan semakin rendah tingkat work-family conflict yang dialami. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi manajemen organisasi pelayanan kemanusiaan dalam mengembangkan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dalam kehidupan pekerjaan-keluarga pekerja ......Work-family conflict is a form of an inter-role conflict that occurs when the demands of roles in work and family life are mutually contradictory in several ways. The inability to balance the demands of two different roles can have a negative impact on individuals, families and even companies. The availability of social support can provide additional resources for individuals to manage the competing demands of work and family roles. This research aims to determine the relationship between the social support of supervisors, colleagues, and partners with work-family conflict in married female nurses. This study used quantitative methods with descriptive objectives. Data collection was conducted in June 2023 with 75 married female nurses as respondents, who were selected using stratified random sampling as the sampling method. The research results obtained from Kendall's tau-b correlation test showed that there was a significant negative relationship between spousal social support and coworker social support in several aspects (emotional support, informational support, and appraisal support) with work-family conflict. However, it was found that there was no significant relationship between the social support of supervisors and work-family conflict. The results showed that the higher the level of spousal and co-worker social support an individual received, the lower the level of work-family conflict experienced. This research is expected to contribute for the management of human service organizations in developing efforts to improve the welfare in the work-family life of workers.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratama Juli Hartini
Abstrak :
Penelitian ini berusaha melihat hubungan antara konflik kerja-keluarga dan kepuasan kerja pada karyawati di perusahaan Ritel. Konflik kerja-keluarga merupakan sebuah konflik peran yang terjadi apabila tekanan dari peran seseorang di pekerjaan tidak sesuai dengan tekanan dari peran yang ia jalani di keluarga sehingga pemenuhan tuntutan pada satu peran menyulitkan pemenuhan tuntutan pada peran lainnya, sedangkan kepuasan kerja adalah kumpulan sikap dan perasaan, yakni bagaimana seseorang merasakan pekerjaannya dan merasakan berbagai aspek dari pekerjaannya. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 102 orang dan merupakan karyawati yang berasal dari 7 perusahaan ritel di Jakarta. Peneliti menggunakan alat ukur work-family conflict scale untuk mengukur konflik kerja-keluarga dan job satisfaction survey untuk mengukur kepuasan kerja. Kedua alat ukur tersebut telah diadaptasi dan merupakan hasil dari penelitian sebelumnya. Berdasarkan hasil penghitungan korelasi Pearson Product Moment two tailed, didapatkan nilai korelasi sebesar -0,490 dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05). Artinya, ada hubungan negatif yang signifikan antara konflik kerjakeluarga dan kepuasan kerja pada karyawati di perusahaan ritel. Tingkat konflik kerja-keluarga partisipan dalam penelitian ini tergolong rendah, sedangkan tingkat kepuasan kerja partisipan tergolong tinggi. Berdasarkan dua arah konflik kerja-keluarga, work interfering with family (WIF) merupakan penyumbang yang lebih besar dibandingkan dengan family interfering with work (FIW) dalam hal penurunan kepuasan kerja. Strain-based WIF dan behavior-based FIW juga memberikan sumbangan efektif dalam hal penurunan kepuasan kerja. Selain itu, ditemukan pula adanya hubungan antara usia partisipan dan kepuasan kerja, perbedaan kepuasan kerja berdasarkan masa kerja, serta tidak adanya perbedaan konflik kerjakeluarga pada sampel berdasarkan jumlah jam kerja perminggu, jumlah anak, dan usia anak. Berdasarkan hasil penelitian, saran diberikan kepada pembuat kebijakan dalam perusahaan untuk meninjau waktu kerja, beban kerja, dan prosedur kerja, dan karyawati untuk menyusun strategi pengaturan waktu.
This study correlates work-family conflict and job satisfaction among women worker in retail company. Work-family conflict is a form of interrole conflict in which the role pressure from the work and family domains are mutually incompatible in some respect. While job satisfaction is a constellation of attitude and feeling about how people feel about their jobs and different aspects of their job. The participants of this research are 102 women worker come from 7 retail companies in Jakarta who had children younger than 13 years. The researcher use the work-family conflict scale to measure workfamily conflict and use job satisfaction survey to measure job satisfaction. Both scales are adapted from previous researches. The computation using two tailed pearson product moment, results coefficient of correlation -0,490 with signification 0,000 (p<0,05) which indicates that work-family conflict negatively correlates with job satisfaction. Participants in this research have a low level of work-family conflict and high level of job satisfaction. Based on direction of work-family conflict, work in terfering with family is a stronger predictor than family interfering with work. Based on form of conflict, strain-based WIF and behavior-based FIW are the strongest predictor. There are correlations between career stage, age of participant and job satisfaction. There are no correlation between number hours working perweek, child?s age, number of children and work-family conflict. The suggestion are given to tha policy maker to observe the work-schedule, workload and work procedure, and to participant to arrange strategy of time management.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
303.6 PRA h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Sabrina Syamsul
Abstrak :
Perawat memegang peranan vital dalam pelayanan kesehatan. Tuntutan yang banyak serta shift kerja yang tidak seperti jam kerja pada umumnya membuat penelitian mengenai kepuasan kerja perawat penting untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran work-family conflict (WFC) beserta dimensi-dimensinya, work-interference-with-family (WIF) dan family-interference-with-work (FIW) terhadap kepuasan kerja pada perawat di rumah sakit di Jakarta. Partisipan penelitian adalah 124 perawat di rumah sakit X kelas A di Jakarta yang telah bekerja minimal 6 bulan dan berusia maksimal 60 tahun. WFC diukur menggunakan Work and Family Conflict Scale (WAFCS) serta kepuasan kerja dengan McCloskey-Mueller Satisfaction Scale (MMSS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa WFC menurunkan kepuasan kerja (R2 = 0.056, F(1,124) = 8.36, p < 0.01). WIF dan FIW menurunkan kepuasan kerja (R2 = 0.067, F(1, 124) = 5.44, p < 0.01). Secara spesifik, pengaruh negatif WIF lebih besar dan signifikan daripada pengaruh FIW terhadap kepuasan kerja. Temuan ini dapat membantu rumah sakit mengembangkan intervensi kepuasan kerja dengan menggunakan faktor-faktor anteseden terkait WIF. ......Nurses play a pivotal role in healthcare delivery, facing demanding workloads and irregular work schedules. These factors necessitate research into their job satisfaction. This study aims to examine the influence of work-family conflict (WFC) and its dimensions, work-interference-with-family (WIF) and family-interference-with-work (FIW), on job satisfaction among nurses in Jakarta hospitals. The study involved 124 nurses working at Hospital X, a Class A hospital in Jakarta who had been working at the hospital for at least 6 months and at a maximum age of 60 years old. WFC was measured using the Work and Family Conflict Scale (WAFCS), while job satisfaction was assessed using the McCloskey-Mueller Satisfaction Scale (MMSS). The findings revealed a significant negative relationship between WFC and job satisfaction (R2 = 0.056, F(1,124) = 8.36, p < 0.01). Both WIF and FIW were found to negatively impact job satisfaction (R2 = 0.067, F(1, 124) = 5.44, p < 0.01). Notably, the negative influence of WIF was stronger and more significant than that of FIW on job satisfaction. These findings can guide hospitals in developing job satisfaction interventions by targeting antecedent factors related to WIF.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Saputra Alam
Abstrak :
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap Life Satisfaction pada pekerja garmen di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data yang didapatkan dari tim peneliti aying yang dilakukan oleh Tim Riset Universitas Indonesia (UI), Tufts University (TU) dan Real-Time Analystics (RTA) Vietnam diambil menggunakan metode survey. Sebanyak 2794 pekerja garment yang tersebar pada lima provinsi di Indonesia menjadi sampel dalam penelitian ini. Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan metode structural equation model (SEM). Hasil group discussion digunakan untuk mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa psychological empowerment berpengaruh positif terhadap Life Satisfaction serta adanya hubungan positif yang signifikan dari workload terhadap life satisfaction. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Work-family Conflict tidak memediasi hubungan workload dengan life satisfaction pada pekerja garmen.


ABSTRACT


This study aims to examine the relationship of psychological empowerment, Workload, Work-family Conflict, and Life Satisfaction on garment workers in Indonesia. Respondents on this study used as many as 2794 garment workers spread across five provinces in Indonesia. Hypothesis testing was conducted using the structural equation model (SEM) method with the LISREL 8.8 application. The results showed that psychological empowerment had a positive effect on life Satisfaction and there was no significant relationship of workload to life satisfaction. In addition, the results of the study also show that Work-family Conflict not  mediates the workload relationship with life satisfaction on garment workers.

2019
T53708
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Malika
Abstrak :
Dewasa ini jumlah wanita yang terjun dalam dunia pekerjaan kian meningkat. Berbagai alasan mendasari keputusan wanita untuk bekerja, seperti: tetap adanya stimulasi intelektual, tambahan kontak sosial dan perasaan berharga. Selain itu, juga karena penghasilan yang didapat dapat menjadi tambahan penghasilan keluarga. Selanjutnya, ketika seorang wanita bekerja telah menikah dan memiliki anak maka ia akan menjalani peran ganda secara bersamaan, yaitu perannya dalam keluarga dan perannya dalam pekerjaan. Status bekerja yang dimiliki oleh wanita yang telah menikah dan memiliki anak ini, sedikit banyak akan memberikan pengaruh terhadap area tugasnya, yaitu: pengaruh terhadap hubungan dengan suami, pengaruh terhadap anak, pengaruh terhadap pekerjaan dan pengaruh terhadap dirinya sendiri (Hoffman, 1984). Adapun peran dalam keluarga yang kerap dituntut dari seorang wanita yang telah menikah dan memiliki anak terkait dengan interaksi yang mereka Iakukan yaitu terhadap suami (peran sebagai istri) dan anak (peran sebagai ibu). Peran sebagai ibu ini juga semakin dirasakan ketika usia anak masih berusia bayi (0-I 8 bulan) karena di usia ini kelekatan (attachment) ibu dengan anak berpengaruh pada perkembangan anak di masa yang akan datang. Selain peran dalam keluarga tersebut, seorang wanita bekerja juga harus memenuhi perannya dalam pekerjaan. Ia diharapkan dapat memenuhi tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya dalam pekerjaan yang ia geluti. Ia juga dituntut untuk memberikan komitmen yang baik terhadap pekerjaannya. Adanya tuntutan atau role expectation dari kedua peran (dalam keluarga dan dalam pekerjaan) inilah yang kemudian dapat menimbulkan konf1ik peran pada wanita bekerja yang menikah dan memiliki anak. Secara lebih khusus, konflik peran yang terjadi karena adanya tuntutan pekerjaan yang bertentangan atau tidak sesuai dengan tuntutan dari keluarga disebut sebagai workfamily conflict (Thomas & Ganster, 1995). Penelitian ini bermaksud untuk melihat lebih lanjut mengenai fenomena work family conflict, yang dialami oleh wanita bekerja yang menikah dan memiliki anak usia bayi (0-18 bulan). Penelitian ini diawali dengan pendekatan kuantitatif terhadap 34 subjek untuk menyaring 3 subjek dengan skor workfamily conflict yang tertinggi. Kemudian penelitian dilanjutkan dengan pendekatan kualitatif berupa wawancara terhadap ketiga subjek tersebut untuk menggali keunikan dan kekhasan work family conflict yang dialami subjek. Hasil kuantitatif yang didapatkan menunjukkan bahwa kuesioner yang digunakan cukup valid dan reliabel dalam mengukur workfamily conflict (WPC) sescorang. Selain itu skor tertinggi yang didapat subjek dalam penelitian ini adalah 89 dan skor terendah adalah 41, sedangkan rata-rata dari skor yang diperoleh subjek adalah 66,4. Hasil penelitian kualitatif berupa wawancara terhadap 3 orang subjek dengan skor WFC tertinggi menunjukkan bahwa status wanita bekerja yang menikah dan memiliki anak dapat memberikan pengaruh, baik positif maupun negatif, terhadap hubungan mereka dengan suami, anak, pekerjaan dan wanita itu sendiri. Adapun hal yang dapat menyebabkan munculnya WPC pada subjek penelitian ini adalah job stressors dan/ atau family srressors dan adanya family involvement yang besar. Dampak dari WFC yang timbul adalah adanya gejala-gejala job distress, family distress maupun depresi yang dialami subjek. Kemudian dalam menghadapi WFC tersebut, dilakukan beberapa strategi, seperti mendefinisikan ulang keputusan untuk bekerja dan mendelegasikan tugas dalam keluarga selama sedang bekerja di kantor.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nimas Alief Alfianita
Abstrak :
Turnover intention merupakan salah satu permasalahan yang menjadi perhatian khusus bagi industri garmen di Indonesia. Fakta kurangnya pekerja di industri ini dapat memperburuk kondisi apabila pihak manajemen tidak mampu mencegah turnover intention pekerja garmen yang dapat berakibat pada actual turnover. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh work-family conflict dan resilience terhadap turnover intention dengan peran mediasi emotional exhaustion. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang dilakukan oleh Universitas Indonesia (UI), Tufts University, dan Real-Time Analytics (RTA) Vietnam dengan melibatkan 127 pabrik garmen dan 3.800 responden dari enam provinsi di Indonesia. Namun, jumlah data yang valid dan dapat digunakan dalam penelitian adalah 2.897 responden. Pembuktian hipotesis dilakukan dengan menguji hubungan variabel melalui Structural Equation Model (SEM). Hasil membuktikan bahwa pengaruh work-family conflict dan resilience terhadap turnover intention secara penuh dimediasi oleh emotional exhaustion. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingginya tingkat work-family conflict dan rendahnya resilience pekerja akan mendorong munculnya turnover intention apabila pekerja mengalami emotional exhaustion. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pihak manajerial untuk terus memperbaiki kondisi lingkungan kerja di industri garmen Indonesia dengan cara memahami faktor apa saja yang menimbulkan emotional exhaustion. ......Turnover intention is one of problems faced by garment industries in Indonesia while this condition becomes worse because of workers shortage occured in Indonesia. This research aims to examine the effect of work-family conflict and resilience on turnover intention through the mediating role of emotional exhaustion. This research is a part of collaborative study conducted by Universitas Indonesia (UI), Tufts University, and Vietnam Real-Time Analytics (RTA) which involves 127 selected garment factories with a sample of 3.800 garment workers from six provinces. However, the valid data that can be used in this research are only 2.897. Structural Equation Model (SEM) is used to proved the hypotheses. The results show that the effect of work-family conflict and resilience on turnover intention are fully mediated by emotional exhaustion. In conclusion, the higher level of work-family conflict and the lower level of resilience can lead to the higher level of turnover intention only if the workers are emotionally exhausted. This research gives insight for management to provide better working condition in garment industry by identifying factors of emotional exhaustion.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T52828
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Putri Pertiwi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi bagaimana turnover intention dapat muncul di industri perbankan dengan melihat adanya pengaruh dari workplace bullying dan perceived supervisor support serta pengaruh mediasi dari work-family conflict. Data yang didapatkan berasal dari 200 responden di mana hipotesis diuji dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). Studi ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara workplace bullying dan perceived supervisor support terhadap turnover intention, baik langsung maupun dengan mediasi work-familyconflict. Adapun ditemukan bahwa perceived supervisor support tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap work-family conflict dan turnover intention. ......This study aims to investigate how turnover intention can arise in the banking industry by looking at the influence of workplace bullying and perceived supervisor support as well as the influence of mediation from work-family conflict. The data obtained came from 200 respondents where the hypothesis was tested using Structural Equation Modeling (SEM). This study shows that there is a positive influence between workplace bullying and perceived supervisor support on turnover intention, both directly and with work-family conflict mediation. It was found that perceived supervisor support did not have a significant influence on work-family conflict and turnover intention.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rayi Annisa
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara parenting self-efficacy dan work-family conflict pada ibu dari toddler yang bekerja sebagai perawat. Pengukuran parenting self-efficacy menggunakan alat ukur Self-Efficacy Parenting for Tasks Index ? Toddler Scale yang dikembangkan oleh Coleman (1998), sedangkan work-family conflict diukur melalui Work Family Conflict Scale yang dikembangkan oleh Carlson, dkk (2000). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 51 ibu dari anak yang berada pada tahap toddler dan bekerja sebagai perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara parenting self-efficacy dan work-family conflict (r=-0.512, n=51, p< 0.01, two-tail). Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi parenting selfefficacy pada ibu dari toddler, maka semakin rendah work-family conflict yang dialami ibu; begitu pula sebaliknya.
This study examined the correlation between parenting self-efficacy and workfamily conflict among mothers of toddler who work as nurses. Parenting selfefficacy was measured by Self-Efficacy Parenting for Tasks Index ? Toddler Scale developed by Coleman (1998), whereas work-family conflict was measured by Work Family Conflict Scale developed by Carlson et al (2000). The participants of this study was 51 mothers of toddler and work as nurses. The result of this study showed that there is a significant, negative correlation, between parenting self-efficacy and wprk-family conflict (r=-0.512, n=51, p< 0.01, twotail). That is, the higher mother?s parenting self-efficacy, lower work-family conflict; and vice versa.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54509
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>