Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Regita Yuanita Setyohardjo
Abstrak :
Di masa kini, media sosial dimanfaatkan sebagai lapangan pekerjaan. Dengan adanya citra diri dan jumlah engagement (tolak ukur) yang tinggi, seseorang dapat menjadi pemengaruh. Selain mendapat dukungan dan pujian dari masyarakat, beberapa pemengaruh juga mendapat penolakan dan ujaran kebencian. Ujaran kebencian ini dirasakan oleh beberapa pemengaruh di Indonesia. Kasus ini dapat ditelaah lebih dalam dengan ilmu linguistik. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana ujaran kebencian terhadap pemengaruh Indonesia melalui pesan langsung (direct message) Instagram jika diteliti secara semantik dan pragmatik. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian ini adalah (1) penutur menggunakan konteks linguistik yang lebih sedikit daripada konteks nonlinguistik, (2) penutur menggunakan kata makian yang memiliki makna asosiatif, dan (3) jenis tindak tutur yang digunakan adalah lokusi dalam bentuk pernyataan, pertanyaan, dan perintah, ilokusi pada kategori asertif, direktif, komisif, dan ekspresif, dan perlokusi dalam bentuk meyakinkan, membujuk, menghasut, dan menyesatkan. ......Nowadays, social media is used as a job opportunity. With personal branding and a high number of engagements, someone can become an influencer. Apart from receiving support and praise from the public, several influencers also received rejection and hate speech. This hate speech was felt by several influencers in Indonesia. This case can be studied more deeply in linguistics. The formulation of the research problem is how hate speech towards Indonesian influencers via Instagram direct messages is examined semantically and pragmatically. The method used in this research is a qualitative method. The results of this research are (1) speakers use fewer linguistic contexts than non-linguistic contexts, (2) speakers use swear words that have associative meaning, and (3) the types of speech acts used are locutions in the form of statements, questions and commands, illocutionary in the categories of assertive, directive, commissive, and expressive, and perlocution in the form of convincing, persuading, inciting, and misleading.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Citania
Abstrak :
Setiap makna dalam leksem kai memiliki hubungan antarmakna yang masih berhubungan atau berkaitan, hal tersebut dimaknai sebagai polisemi. Ketika leksem kai berpadu dengan leksem lain, kemudian membentuk sebuah kata majemuk, maka makna leksikal kai dapat bertambah di konteks yang lebih luas. Fenomena tersebut disebut sebagai perluasan makna. Sering kali fenomena perluasan makna ini mengakibatkan makna leksikal yang asli dari leksem yang membentuk kata majemuk itu tidak transparan, karena konteks pemakaiannya sudah meluas. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan menjelaskan bahwa makna leksem kai dalam kata majemuk bahasa Madarin, maknanya akan tetap kekal walaupun telah mengalami perluasan makna. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan dijelaskan secara deskriptif, yaitu mendeskripsikan fenomena perluasan makna pada leksem kai. Data yang digunakan berupa makna dan kata majemuk leksem kai dalam kamus Xiandai Hanyu Cidian (2017). Data akan dianalisis menggunakan teori analisis komponen makna Nida (1975) dan tabel persamaan konsep makna untuk mencapai tujuan penelitian. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terjadi pengekalan makna pada setiap kata majemuk yang berpadu dengan leksem kai. ......Each meaning of the lexeme kai shows the relationship of meaning between them. A word which has many related meanings is called polysemy. When the lexeme kai combines with another lexeme will form a compound words. The meaning of kai in those compound words will increase and can be used in a wider context. This phenomenon is interpreted as an extension of meaning. Often the original meaning is not transparent anymore because of the widespread usage context. The data are taken from the compound words containing the lexeme kai from Xiandai Hanyu Cidian (2017). This study uses a qualitative descriptive methods by describing the phenomenon of extensional meaning of lexeme kai. This study aims to prove that the meaning of the lexeme kai in compound words remain exist even though it has experienced an expansion of meaning. The data will be analyzed using Nida's (1975) theory of meaning components and the equation table of meaning concepts to achieve the aims of this research. The result shows that the meaning of each compound word of kai lexeme still exists.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library