Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mei, Liu Xiang
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang perbedaan representasi objektifikasi perempuan dalam humor seksual antara Tiongkok dan Indonesia, serta implikasinya terhadap persepsi sosial. Dengan menggunakan analisis kualitatif, studi ini membandingkan konten humor dari kedua negara, mengidentifikasi cara-cara perempuan diobjektifikasi dalam konteks budaya dan sosial yang berbeda. Di Indonesia, humor cenderung menggambarkan perempuan dalam peran domestik dan tradisional, sementara di Tiongkok, objektifikasi lebih eksplisit dan berfokus pada aspek seksual dan transaksional. Metodologi penelitian melibatkan analisis konten terhadap humor dalam media massa dan digital, dengan teori Avner Ziv tentang humor, teori objektifikasi Nussbaum dan Langton, dan perspektif feminisme serta teori kritis media sebagai kerangka teori. Hasil studi ini menyoroti bagaimana norma sosial dan nilai budaya mempengaruhi representasi objektifikasi perempuan dalam humor, serta dampaknya terhadap pandangan masyarakat terhadap perempuan, menunjukkan perlunya pemahaman kritis terhadap humor dalam konteks sosial dan gender yang lebih luas. ......This research discusses the differences in the representation of women's objectification in sexual humor between China and Indonesia, and its implications on social perceptions. Utilizing qualitative analysis, the study compares humor content from both countries, identifying how women are objectified within different cultural and social contexts. In Indonesia, humor tends to depict women in domestic and traditional roles, whereas in Tiongkok, objectification is more explicit and focuses on sexual and transactional aspects. The research methodology involves content analysis of humor in mass media and digital platforms, employing Avner Ziv’s theory of humor, Nussbaum and Langton's objectification theory, and perspectives from feminism and critical media theory as the theoretical framework. The findings highlight how social norms and cultural values influence the representation of women's objectification in humor, and its impact on societal views of women, indicating the need for a critical understanding of humor within broader social and gender contexts.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahita Farah Nesyia
Abstrak :
Tren gender fluidity dalam fesyen dimulai pada awal 2016. Louis Vuitton dan Ralph Lauren adalah merek yang turut mempromosikan isu gender fluidity dalam kampanye mereka, The Heroin dan Denim & Supply. Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki tanda-tanda yang mewakili fluiditas gender dalam kedua kampanye iklan. Untuk memeriksa masalah dalam iklan, makalah ini menggunakan perspektif semiotik dengan menerapkan konsep dari Selby & Cowdery (1995) dan Goffman's Gender Advertisements (1976). Konsep tatapan laki-laki Laura Mulvey (1975) juga dimasukkan untuk menyelidiki gerakan kamera yang dapat menggambarkan obyektifikasi perempuan di kedua iklan. Makalah ini menemukan bahwa kedua iklan tampaknya menantang norma-norma dan stereotip gender yang konservatif yang terlihat melalui mise-en-scène. Namun, ketika kedua iklan dianalisis, ada indikasi yang mengarah pada objektifikasi tubuh perempuan yang dapat dilihat melalui kode teknis. Dalam iklan Louis Vuitton, model yang merepresentasikan fluiditas gender, yang berjenis kelamin laki-laki, tidak banyak muncul, sementara dalam iklan Ralph Lauren, model perempuan yang merepresentasikan fluiditas gender lebih banyak terekspos dan cenderung terobjektifikasi oleh pergerakan kamera. ......The trend of gender fluidity in fashion began in early 2016. Louis Vuitton and Ralph Lauren are the brands which engage the issue of gender fluidity in their campaigns, The Heroine and Denim & Supply. This paper aims to investigate the signs which represent gender fluidity in both advertisement campaigns. To examine the issue in the advertisements, this paper uses semiotic perspective by applying semiotic concept from Selby & Cowdery (1995) and Goffman’s Gender Advertisements (1976). Also, Laura Mulvey’s concept of male gaze (1975) is included to investigate the camera movement that may illustrate women’s objectification in both advertisements. This paper finds that both advertisements seem to challenge the conservative gender norms and stereotypes that are seen through the mise-en-scène. However, as both advertisements analyzed, there is an indication to objectify women’s body that can be seen through the technical codes. In Louis Vuitton’s advertisement, the gender-fluid model, who is a male, does not appear much, while in Ralph Lauren’s campaign, the gender-fluid female model gets more exposure and is objectified by the camera movement.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prabu Rabbani Kapriadi
Abstrak :
ABSTRAK
Sejak awal penciptaannya, ajang kecantikan Miss Universe telah menarik banyak sambutan kontroversial dari banyak pihak. Terlebih, kritik terhadap ajang Miss Universe dan kontes kecantikan sejenis lainnya masih berlanjut hingga saat ini. Sehingga, pemilik terbaru dari organisasi Miss Universe, WME IMG mencoba melakukan terobosan baru dengan memperbarui wacana sekaligus slogan yang berjudul Confidently Beautiful . Konteks utama wacana barunya adalah mematahkan stereotip ajang Miss Universe dengan berfokus pada isu pemberdayaan perempuan. Artikel ini membahas apakah organisasi Miss Universe telah berhasil menjalankan strateginya dalam memecahkan stereotip kontes kecantikan yang dianggap hanya untuk mengotentikasi dan mengeksploitasi wanita. Temuan penelitian ini juga mengungkapkan bahwa isu-isu seperti objektivitas dan kapitalisme perempuan masih dapat ditemukan dalam ajang Miss Universe walaupun wacananya telah berubah. Studi ini memberikan kerangka gambaran untuk memahami mengapa ada objektivitas perempuan dan bagaimana cara kerjanya dalam kontes kecantikan.
ABSTRACT
Since the very beginning of its creation, Miss Universe Pageant has attracted quite controversial acceptance from many parties. Moreover, criticism towards the Miss Universe Pageant and other similar beauty pageants still continue until now. As a result, the latest owner of Miss Universe Organization, WME IMG is trying to make a new breakthrough by renewing a discourse as well as a motto titled Confidently Beautiful . The main context of its new discourse is to break the stereotype of Miss Universe Pageant by focusing on women empowerment issues. This article examines whether Miss Universe Organization has succeeded in executing its strategy in breaking the stereotype of beauty pageant that is considered only to authenticate and exploit women. The research findings reveal that issues like women objectification and capitalism still can be found in Miss Universe eventhough its discourse has changed. This study provides a framework for understanding why women objectification exists and how it works in beauty pageant.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mayang Sekarningrum
Abstrak :
Perempuan di film Amerika masih mengalami representasi yang kurang tepat. Isu ini terdapat pada film Catch Me If You Can 2002 yang terkandung konsep objektifikasi perepuan di dalamnya. Dengan menganalisis beberapa adegan yang terdapat karakter perempuan dan terdapat konsep objektifikasi di dalamnya, dan memakai teori ldquo;Male gaze rdquo; Laura Mulvey dan teori penggambaran perempuan di media massa oleh Gaye Tuchman, artikel ini bertujuan untuk membahas bentuk dari objektifikasi perempuan dan posisi mereka yang ditampilkan di film ini. Artikel ini mengungkapkan bahwa mise-en-scene dari beberapa adegan di film ini dan karakterisasi dari karakter perempuan tertentu di film ini mengindikasikan penggambaran perempuan sebagai objek yang tidak berdaya. ...... Women in American film are still very much underrepresented. This includes in Catch Me If You Can 2002 movie that features a concept of women objectification. Through analyzing particular scenes that involve the and affirms the objectification concept, and using Laura Mulvey rsquo;s framework of ldquo;male gaze rdquo; and Gaye Tuchman rsquo;s ldquo;women depiction by mass media, rdquo; this article aims to examine the form of women objectification and their position portrayed in this movie. This article reveals that the mise-en-scene of selected scenes and the characterization of particular female characters in the movie indicate the portrayal of women as powerless objects.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library