Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Silvia Mareti
Abstrak :
ABSTRAK
Kualitas kehidupan seksual merupakan prediktor kesehatan mental dan kehidupan individu. Penelitian cross sectional ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara fungsi seksual dengan kualitas hidup perempuan. Pengambilan sampel menggunakan proporsi sesuai kriteria inklusi dengan 305 responden perempuan usia produktif di Provinsi DKI Jakarta. Uji regresi linier berganda menyatakan bahwa ada hubungan antara domain lubrikasi dengan domain kesehatan fisik p = 0.00, ada hubungan antara domain gairah seksual dengan domain psikologis p = 0.06, ada hubungan antara domain gairah sekual dengan domain hubungan sosial p = 0.00, ada hubungan antara domain kepuasan seksual dengan domain lingkungan kualitas hidup perempuan p = 0.00. Adanya hubungan antara fungsi seksual dengan kualitas hidup perempuan semakin memperkuat bahwa kualitas hidup perempuan bergantung pada fungsi seksual perempuan sehingga pengkajian tentang kebutuhan seksual dan pemberian edukasi seksualitas penting untuk digalakkan baik di pelayanan rumah sakit maupun pelayanan maternitas komunitas untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan
ABSTRACT
Sexual life quality is a predictor for mental health and individual life. This cross sectional research aims at identifying the association between sexual function and women's life quality. Sampling using the appropriate proportion of respondents inclusion criteria with 305 respondents of women of reproductive age in Special Capital Region of Jakarta. Multiple regression analysis shows that there is a relation between lubrication domain with physical health domain p = 0.00, sexual arousal domain with psychological domain p = 0.06, sexual arousal domain with social relations domain p = 0.00, sexual satisfaction domain with environment domain p = 0.00. There is association between sexual function and women’ life quality reinforces that women’s life quality depends to female sexual function there for the assessment sexual needs and education sexuality is important to be encouraged both in hospital or maternal community care to improve the women’s life quality
2016
T45839
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Choirurrizqi
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Lupus Eritematosus Sistemik (LES) atau Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah sebuah penyakit autoimun yang memicu inflamasi kronik sistemik yang umumnya terjadi pada perempuan usia reproduktif. SLE berpotensi mempengaruhi luaran reproduksi perempuan melalui berbagai mekanisme sejak di masa pra-konsepsi hingga pasca konsepsi. Pasien SLE memiliki karakter yang berbeda-beda baik dari aspek demografik, maupun dari karakter kliniknya. Karakter pasien SLE yang bervariasi kemungkinan berperan dalam luaran maternal dan janin pada penderita SLE yang hamil. Tatalaksana SLE yang diterima oleh pasien tentunya bervariasi sesuai dengan berat ringannya SLE. Seorang pasien SLE seharusnya mencapai tahapan remisi minimal 3 bulan dengan menggunakan terapi yang minimal sebelum diizinkan untuk hamil. Meski demikian kemungkinan terjadinya komplikasi kehamilan yang mempengaruhi luaran ibu maupun janin tentunya masih sangat mungkin terjadi.

Tujuan: Mengetahui hubungan antara karakter pasien SLE dengan luaran maternal dan janin.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, Penelitian ini telah dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi bekerja sama dengan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Imunologi Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia Divisi Immunoendokrinologi RSCM tahun 2019-2020.

Hasil: Dari 120 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi didapatkan 104 orang dengan kriteria jenis SLE Neuro 52,9%, Hematologi 1,9%, Muskulo 28,8%, dan Renal 16,3%. Terdapat hubungan antara SLE dengan luaran Neonatal (IUFD, PJT, dan Abortus), dan terdapat hubungan antara SLE dengan Preeklampsia.

Kesimpulan: Penyakit lupus mempengaruhi wanita terutama pada usia reproduksi yang dimulai dengan mempengaruhi siklus menstruasi seorang wanita penderita, yang selanjutnya dipengaruhi oleh penggunaan jenis terapi sebelum pasien mengalami kehamilan. Dan apabila pasien tidak mematuhi pemakaian obat dapat mengakibatkan terjadi luaran ibu dan bayi karena pengaruh penyakit lupus tersebut.
ABSTRACT
The focus of this study is the freshman student of Faculty of Psychology at University of Indonesia experience of acquiring, evaluating and using information, when they enroll in "Program Dasar Pendidikan Tinggi (PDPT)" 2003. The purpose of this study is to understand how freshman students acquire, evaluate and use information. Knowing this will allow library to identify changes should be made to improve user education program at University of Indonesia. This research is qualitative descriptive interpretive. The data were collected by means of deep interview. The researcher suggests that library should improve the user education program and provide facilities which can help students to be information literate.

Introduction: Systemic Lupus Erythematosus (SLE) is an autoimmune disease that triggers chronic systemic inflammation commonly occurs in women of reproductive age. SLE is a potential influence on women's reproductive outcomes through a variety of mechanisms from pre-conception to post-conception. SLE patients have different characters both from the demographic aspects, and the clinical characters. The varied character of SLE patients may have a role in maternal and fetal outcomes in pregnant SLE patients. The management of SLE received by patients varies according to the severity of SLE. The patient should reach at least 3 months' remission using minimal therapy before being allowed to become pregnant. Nevertheless the possibility of pregnancy complications that affect both maternal and fetal outcomes is likely possible to occur.

Aim: To determine the relationship between the character of SLE patients and maternal and fetal outcomes.

Method: This is an observational analytic research using a cross sectional design, conducted in the Obstetric and Gynecology Department in collaboration with the Internal Disease Department Division of Immunology, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia Division of Immunoendocrinology, RSCM 2019-2020.

Result: From 120 research subjects who met the inclusion criteria, 104 people were obtained with SLE Neuro 52.9%, Hematologist 1.9%, Muskulo 28.8%, and Renal 16.3% criteria. There is a relationship between SLE and neonatal outcomes (IUFD, PJT, and Abortion), and there is a relationship between SLE and preeclampsia.

Conclusion: Lupus affects women especially in reproductive age starts by affecting the menstrual cycle of a sufferer, which is further influenced by the use of type of therapy before the patient have a pregnancy. The result in maternal and infant outcomes due to lupus, caused if the patient does not obey when using the medicines.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadine Gracia Duindrahajeng
Abstrak :
Latar Belakang: Prevalensi obesitas sentral di Indonesia sedang meningkat dan populasi yang cukup terpengaruh oleh ini adalah wanita umur reproduktif, terutama pada masa beranak karena banyaknya paparan faktor risiko. Salah satu faktor risiko yang dapat dieksplor lebih jauh adalah kualitas diet, dimana teori menunjukkan bahwa nilai buruk pada indeks kualitas diet menjadi prediktif terhadap status gizi yang buruk, salah satunya ukuran lingkar perut. Studi ini memiliki tujuan untuk menganalisis hubungan antara kualitas diet dan lingkar perut pada wanita 6-bulan postpartum. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitikal numerik dengan bentuk potongan melintang menggunakan data sekunder dari projek besar ‘BRAVE’ oleh Grand Challenges Canada di Human Nutrition Research Center (HNRC) IMERI yang diambil dari wanita 6-bulan postpartum. Wanita pada studi diambil dari beberapa daerah di Jakarta dalam rentang umur 20-40 tahun, lalu dilakukan randomisasi untuk mengambil 130 data demi analisis study. Nilai kualitas diet diukur dengan Alternate Healthy Eating Index for Pregnancy (AHEI-P) dan lingkar perut diukur oleh tim riset dari BRAVE menggunakan pemeriksaan fisik langsung pada subjek. Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa rerata nilai AHEI-P subjek adalah 39.42± 8.12 , dengan 77.7% termasuk dalam kategori buruk dan 22.3% termasuk dalam kategori butuh peningkatan. Prevalensi obesitas sentral di populasi adalah 76.9%. Tidak ada hubungan ditemukan antara nilai AHEI-P dan lingkar perut. Melalui multiple linear regression, ditermukan bahwa 1-unit peningkatan AHEI-P score meningkatkan lingkar perut 0.055 cm (p = 0.50, Adjusted β = 0.055, 95% CI = -0.11 - 0.22) namun asosiasi tidak dapat ditegakkan antara AHEI-P dan lingkar perut meskipun sudah disesuaikan dengan perancu. Kesimpulan: Studi menunjukkan kualitas diet pada populasi subjek termasuk buruk dan prevalensi obesitas sentral termasuk tinggi, dengan tidak ditemukan adanya hubungan antara nilai AHEI-P yang mengukur kualitas diet dengan lingkar perut, bahkan setelah disesuaikan dengan perancu. Studi lebih lanjut dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah subjek untuk melakukan konfirmasi pada penemuan. ......Background: The prevalence of central obesity in Indonesia has been increasing, with the majority affecting women of reproductive age, especially during childbearing ages due to the many risk factors they are exposed to. One risk factor that has not been extensively analyzed is diet quality in postpartum women and its association with nutritional status such as waist circumference. This study aims to find the association between diet quality and waist circumference in 6-month postpartum women. Methods: This research is cross-sectional design study using secondary data from the end line measurement from the ‘BRAVE’ study from Grand Challenges Canada of the Human Nutrition Research Center (HNRC) IMERI on 6-month postpartum women. The women are recruited from xx areas in Jakarta within the age range of 20-40 years old. Randomly selected 130 women’s WC and diet data were analyzed in the study. The diet quality score is measured by the Alternate Healthy Eating Index for Pregnancy (AHEI-P) and WC are measured by primary BRAVE researchers through home visits physical examination. The association were analyzed by a numerical correlation analysis. Results: This study found that the subjects has a mean AHEI-P score of 39.42± 8.12, with 77.7% considered in the poor category and 22.3% in the needing improvement (22.3%) category. Prevalence of central obesity in the population is 76.9%. Between AHEI-P score and waist circumference measurement, no association can be concluded between the two. Through multiple linear regression with the adjusted model, 1 (one) unit increase of AHEI-P score, the WC measurement would increase by 0.055 cm (p = 0.50, Adjusted β = 0.055, 95% CI = -0.11 - 0.22), but no association could be established between the two even after adjustments with the confounders. Conclusion: The study shows that the diet quality is poor and prevalence of central obesity is high in the study population, with no association found between AHEI-P score and waist circumference measurements even after adjustment with significant confounding. However, further study with bigger sample sizes is needed to confirm the finding.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fitra Sistia
Abstrak :
Ketika pendapatan meningkat, protein hewani secara bertahap menggantikan protein nabati. Pergeseran ini diidentifikasi sebagai transisi protein yang terutama terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah Pilihan sumber protein yang berbeda dalam konsumsi makanan mungkin memiliki hasil kesehatan yang berbeda. Namun, terdapat informasi yang terbatas mengenai hubungan protein dengan indeks massa tubuh (IMT) pada populasi Asia yang cenderung meiliki pola makan nabati dan mengalami permasalahan gizi kurang. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi sumber protein dengan IMT pada wanita usia subur berdasarkan data Indonesia Food Barometer (IFB) 2018. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari IFB 2018 yang dilakukan dengan menggunakan survei cross-sectional kuantitatif. Terdapat 467 wanita usia subur di Indonesia (20–49 tahun) yang diikutsertakan dalam penelitian ini. Asupan makanan diperoleh dengan menggunakan recall 24 jam dengan Multiple Source Method (MSM). Analisis regresi linier berganda diterapkan dengan p-value <0,05 sebagai prediktor yang signifikan dari variabel hasil. Rata-rata IMT subjek adalah 25,02 kg/m2. Asupan protein total rata-rata subjek adalah 55,98 g/hari. Untuk protein hewani, protein nabati, dan rasio protein hewani terhadap nabati, mediannya masing-masing adalah 28,01 g/hari, 25,37 g/hari, dan 1,50. Setelah disesuaikan dengan variabel kovariat lainnya, hubungan yang signifikan ditemukan antara protein nabati (p<0,05; R2=0,080) dengan skor IMT yang lebih tinggi yang dikacaukan oleh status pernikahan dan usia. Kesimpulannya, konsumsi protein nabati dikaitkan dengan skor IMT yang lebih tinggi. ......As incomes rise, animal proteins progressively replace plant proteins. This shift is identified as a protein transition that mainly occurs in Low Middle-Income Countries (LMICs). Different choices of protein sources in dietary consumption may have different health outcomes. There is limited information regarding association protein with body mass index (BMI) on Asian population that is characterized more into plant-based diet and bearing undernutrition. So, this study is aimed to investigate the association of protein sources consumption with BMI score among women of reproductive age based on the 2018 Indonesia Food Barometer (IFB) data. This study used secondary data of the 2018 IFB conducted using a quantitative cross-sectional survey. There were 467 Indonesian reproductive aged women (20–49 years) included in this study. Dietary intake was obtained using 24-hour dietary recall with Multiple Source Method (MSM). Multiple linear regression analysis was applied with a p-value<0.05 as significant predictors of outcome variables. Mean of subject’s BMI is 25.02 kg/m2. The subjects’ mean total protein intake was 55.98 g/d. For the animal-based protein, plant-based protein, and ratio of animal to plant-based protein the median was 28.01 g/d, 25.37 g/d, and 1.50, respectively. After adjusting with other covariate variables, significant association was found between plant-based protein (p<0.05; R2=0.080) with higher BMI score that was confounded by marital status and age. In conclusion, consumption of plant-based protein is associated with higher BMI score. 
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusnedi
Abstrak :

LATAR BELAKANG: Praktik diet yang kurang memadai berdampak negatif terhadap asupan zat gizi dan kejadian penyakit kronis yang berhubungan dengan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Panduan Gizi Seimbang Berbasis Pangan Lokal (PGS-PL) berdasarkan pola makan masyarakat Minangkabau, dalam rangka perbaikan asupan gizi pada wanita usia subur (WUS) penderita dislipidemia. Selanjutnya pada tahap intervensi, dilihat efek promosi PGS-PL terhadap perubahan praktik diet, asupan zat gizi, status gizi dan profil lipid pada WUS Minangkabau dengan dislipidemia.

METODE: Studi tahap pertama menggunakan disain potong lintang, melibatkan 74 WUS suku Minangkabau dengan dislipidemia. Berdasarkan pola makan setempat, identifikasi problem nutrient dan penyusunan PGS-PL dilakukan dengan pendekatan Linear programming, menggunakan tiga dari empat modul pada software Optifood yang dikembangkan oleh WHO. Pada tahap ke dua dilakukan studi intervensi komunitas menggunakan disain pengukuran sebelum dan sesudah dengan kelompok kontrol. Subjek penelitian ditempatkan secara acak yang dikluster ke dalam kelompok PGS-PL (mendapatkan promosi PGS-PL selama 12-minggu) atau kelompok non-PGS-PL (mendapatkan satu kali konsultasi gizi dari pelayanan kesehatan tingkat dasar). Sebanyak 102 WUS (48 pada kelompok PGS-PL dan 54 pada kelompok non-PGSPL) selama 12 minggu. Pada akhir studi, analisis perbedaan antar- dan inter kelompok perlakuan dilakukan untuk melihat perubahan praktik diet, asupan zat gizi, status gizi dan profil lipid darah (kadar kolesterol total, Lipoprotein densitas rendah, Lipoprotein densitas tinggi, dan Trigliserid).

HASIL: Berdasarkan pola makan setempat, ditemukan bahwa asam lemak tidak jenuh (polyunsaturated fatty acid/PUFA, n-3, n-6), serat makanan, zat besi, dan seng merupakan problem nutrient pada WUS suku Minangkabau dengan dislipidemia. PGS-PL yang disusun menekankan penggabungan bahan makanan, kelompok atau sub-kelompok bahan makanan bernilai gizi tinggi yang tersedia secara lokal, untuk meningkatkan asupan problem nutrient tersebut. Promosi PGS-PL dapat meningkatkan skor praktik diet secara bermakna. Peningkatan terutama terjadi pada konsumsi makanan dan sub-kelompok makanan yang dipromosikan (ikan laut, unggas, produk kedelai seperti tahu dan tempe, total sayuran, sayuran hijau, buah-buahan, dan kentang). Tidak ada perubahan bermakna pada konsumsi makanan pokok, makanan selingan, telur, dan makanan yang digoreng pada akhir intervensi. Pengaruh promosi PGS-PL pada asupan zat gizi dapat dilihat pada perubahan yang bermakna pada asupan energi dan karbohidrat, persentase energi dari PUFA dan monounsaturated fatty acid (MUFA), serta rasio PUFA terhadap asam lemak jenuh (saturated fatty acids/SAFA) dalam makanan sehari-hari. Namun, asupan lemak jenuh tidak berubah signifikan. Terdapat perbaikan yang bermakna pada berat badan, indeks massa tubuh, dan lingkar pinggang, namun tidak bermakna terhadap penurunan prevalensi obesitas. Tidak terdapat perubahan profil lipid darah yang bermakna setelah intervensi.

KESIMPULAN: Pendekatan linier programming dapat digunakan dalam menyusun PGS-PL untuk meningkatkan praktik diet dan asupan problem nutrient pada WUS dengan dislipidemia. Promosi PGS-PL secara bermakna berdampak terhadap peningkatan praktik diet, asupan zat gizi, dan status gizi, tetapi belum berpengaruh secara statistik terhadap perbaikan profil lipid WUS dengan dislipidemia.


BACKGROUND: Given the impact of unfavorable dietary practices is on inadequate nutrient intake and nutrition-related chronic diseases, we sought the problem nutrient in the community habitual dietary practices, and developed an optimized food-based recommendation (FBR) for Minangkabau women of reproductive age (WoRA) with dyslipidemia. Although the effect of the FBR promotion seemed to be potential at planning phase, but this has not been tested in the community setting. Therefore, we conducted a community trial and explored the effect of FBR promotion using locally available foods on dietary practice, nutrient intakes, nutritional status and lipid profile among Minangkabau WoRA with dyslipidemia.

METHODS: The first stage of the study was a cross-sectional study, which involved 74 Minangkabau WoRA with dyslipidemia. Linear programming analysis using three modules of the WHO Optifood software was employed to identify problem nutrients and develop an optimized FBR. The second phase of the study was a community-based trials using pre-post with control group design. The subjects were cluster randomized into either FBR group (receiving 12-weeks of FBR promotion) or non-FBR group (receiving once standard nutritional counseling from primary health care program). At the end, 102 WoRA (48 and 54 WoRA in the FBR group and the non-FBR group, respectively) completed 12-weeks of intervention. We analyzed within- and between group differences on changes of dietary practices, nutrient intakes, nutritional status and lipid profile (serum Total Cholesterol, Low-Density Lipoprotein, High-Density Lipoprotein and Triglyceride levels) at the completion of the study.

RESULTS: Our results identified PUFA, dietary fiber, iron, and zinc as problem nutrients among Minangkabau WoRA with dyslipidemia. The final food-based recommendations emphasized the incorporation of locally available nutrient-dense foods, food groups, and sub-groups that would improve the intake of the identified problem nutrients. The FBRs promotion significantly increased the overall dietary compliance. An increase was predominantly occurred on the consumption of promoted and subgroups food items (sea fish, poultry, soybean products, total vegetables, dark green leafy vegetables, fruits, and potato). There were no significant changes in the consumption of staple food, snacks, eggs, and fatty foods at the end of intervention.  Effect of FBR promotion on nutrient intake was observed through the significant changes in energy and carbohydrate intakes, percentage of energy from PUFA and MUFA, as well as PUFA to SAFA ratio in daily diet. However, intake of saturated fat remained unchanged. Marginal but significant improvements were observed in body weight, BMI, and waist circumference, but the prevalence of obesity was relatively not affected. There were no significant changes of blood lipid profile at the end of intervention.

CONCLUSIONS: Linear programming approach could be potentially used to develop an optimized food-based recommendation based on the identified problem nutrients and locally available nutrient dense foods. The FBRs promotion produced significant improvement in dietary practice, nutrient intakes, and nutritional status, but did not statistically affect blood lipid profile of Minangkabau WoRA with dyslipidemia. 

Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library