Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susi Anggraini
Abstrak :
Indonesia merupakan daerah beriklim tropis yang memiliki curah hujan tinggi tiap tahunnya. Umumnya pada saat terjadi hujan di Indonesia selalu kita dengar banjir melanda dimana-mana. Banjir di Indonesia masih menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh penduduk kita. Banyak kerugian yang disebabkan karena terjadinya banjir, bukan hanya harta dan benda akan tetapi juga jiwa. (sandy, 1985) Daerah aliran Citarum yang terletak di cekungan Bandung hamper setiap kejadian hujan akan terjadi banjir. Hal ini didukung oleh kondisi fisik daerah aliran yang tterdapat di daerah dataran Bandung, dimana daerah ini dikelilingi oleh pegununggan dengan curah hujan yang tinggi. Banjir di cekungan Bandung ini dikenal dengan sebutan Banjir Bandung Selatan (Departemen Pekerjaan Umum Ditjen Pengairan, 1995). Adapun masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Kapan terjadinya banjir di Cekungan Bandung pada tahun 1994? 2. Dimana wilayah banjir yang terjadi di daerah tersebut? 3. Mengapa di daerah tersebut terjadi banjir? Untuk membahas pernasalahan di atas digunakan metode analisis korelasi peta dari variable fisik(ketinggian, lereng, morfologi, geologi dan penggunaaan tanah), variable iklim (curah hujan bulanan, curah hujan harian dan intensitas curah hujan) serta wilayah dan waktu banjir. Dari hasil analisis diperoleh gambaran penyebab terjadinya banjir di cekungan Bandung adalah: 1. Curah hujan maksimum tahun 1994 di cekungan Bandung; curah hujan bulanan lebih dari 400mm dengan curah hujan harian lebih dari 50 mm dan intensitas curah hujan 102-178 mm.jam. 2. Keadaan fisik daerah dengan ketinggian kurang dari 1000 meter di atas permukaan laut, lereng antara 0-2% hingga 2-15% terletak di tengah-tengah wilayah penelitian yang merupakan cekungan dengan penggunaan tanah persawahan dan pemukiman di dataran alluvial. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Banjir di cekungan Bandung terjadi pada bulan Januari dari tanggal 13 sampai dengan 16 Januari dengan luas genangan 6.838 ha dan tanggal 14 April 1994 seluas 5.995 ha 2. Banjir yang terjadi pada bulan Januari terdapat di 11 daerah aliran sungai dari 14 Daerah aliran sungai di wilayah penelitian sedangkan pada bulan April terdapat di tujuh Daerah Aliran sungai di cekungan Bandung. 3. Banjir di cekungan Bandung pada tahun 1994 disebabkan oleh curah hujan maksimum pada bulan Januari dan bulan April dengan intensitas curah hujan tertinggi pada saat itu serta di dukung oleh kondisi fisik wilayah penelitian yang meurpakan cekungan dengan ketinggian kurang dari 1000 meter di atas permukaan laut, lereng antara 0-2% hingga 2-15% yang merupakan cekungan dengan penggunaan tanah persawahan dan pemukiman di dataran alluvial.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Utami Khairana
Abstrak :
Banjir bandang merupakan pemicu terjadinya bencana hidrometeorologi yang banyak menimbulkan kerugian material bahkan jiwa. Berdasarkan variabel stabilitas tanah, frekuensi hari hujan ekstrim, dan karakteristik banjir bandang ditinjau dari lama landaan, tinggi landaan, dan material yang terbawa, penelitian ini mengungkapkan wilayah bahaya banjir bandang di pesisir barat Kabupaten Sukabumi; yang dilanjutkan dengan analisis kerentanan wilayah terhadap banjir bandang dengan menerapkan metode scoring yang mengaplikasikan AHP dan SIG. Hasil analisis spasial menunjukkan bahwa wilayah bahaya banjir bandang terjadi pada bagian hilir daerah aliran dengan jarak dari sungai sejauh 500 meter. Kemudian kerentanan wilayahnya, DA Cisolok dan Cimaja merupakan wilayah dengan kelas kerentanan rendah dan sedang memiliki tingkat keterpaparan dan tingkat kapasitas adaptif yang cenderung berimbang. Sedangkan untuk DA Ci Sukawayana yang merupakan wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi memiliki tingkat sensitivitas dan tingkat kapasitas adaptif yang sama. ......Flash floods are a trigger hydrometeorological disasters that cause material losses and even many victims. Based on stability index variables, the frequency of extreme rainfall and flash floods characteristic of overwhelming in terms of the duration, height, and floated material, the study revealed flood hazard areas on the west coast Sukabumi; followed by analysis of the vulnerability of the flash floods areas by implementing a scoring method that applies AHP and GIS. Spatial analysis results indicate that the region of the danger of flash floods occur in the downstream areas of the river flow with a distance of 500 meters from river. Cisolok and Cimaja is a region with low and moderate vulnerability levels has exposure and adaptive capacity levels tend to be balanced. As for Ci Sukawayana which is a region with a high degree of vulnerability has a level of sensitivity and adaptive capacity in the same level.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Nurhidayati
Abstrak :
Banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi di Indonesia, termasuk di Jakarta. Jakarta telah mengalami banjir besar akibat hujan yang lebat terutama pada tahun 1996, 2002, 2007, 2013, dan 2014 yang mengakibatkan kerusakan yang cukup besar dan memakan korban jiwa. Menganalisis pola spasial tingkat kerentanan wilayah Kecamatan Cengkareng terhadap banjir berdasarkan keterpaparan bahaya banjir dan penilaian kerentanan sosial merupakan tujuan dari penelitian ini. Data kejadian banjir tahun 2015-2019 digunakan untuk mendapatkan wilayah keterpaparan banjir. Data kependudukan digunakan untuk mendapatkan wilayah tingkat kerentanan sosial. Kerentanan wilayah terhadap banjir di Kecamatan Cengkareng didominasi oleh tingkat kerentanan sangat rendah yakni dengan persentase 93,8% dari total luas wilayah. Sisanya merupakan tingkat kerentanan rendah sebesar 1,4%, sedang 2,5%, tinggi 2,1% dan sangat tinggi 0,2%. Tingkat kerentanan sangat tinggi hanya terdapat di RW 16 Kelurahan Cengkareng Timur dengan luas banjir 4 hektar. Tingkat kerentanan wilayah sangat tinggi dibentuk oleh tingkat keterpaparan banjir tinggi dan tingkat kerentanan sosial sangat tinggi.
Flood is the most frequent disaster in Indonesia, including in Jakarta. Jakarta has experienced heavy flooding due to heavy rain, especially in the 1996, 2002, 2007, 2013 and 2014 which caused considerable damage and casualties. Analyzing the spatial pattern level of vulnerability of place in Cengkareng District towards flood based on flood exposure and social vulnerability assessment is the purpose of this study. Data of flood events in 2015-2019 were used to obtain the area of flood exposure. Population data is used to obtain the area of social vulnerability. Vulnerability of place in Cengkareng District towards Flood is dominated by a very low level of vulnerability with a percentage of 93.8% of the total area. Low vulnerability percentage is 1.4%, moderate 2.5%, high 2.1% and very high 0.2%. The very high level of vulnerability only takes place in RW 16 of Cengkareng Timur Sub-District with a flood area about 4 hectares. The very high level of vulnerability formed by a high level of flood exposure and a very high level of social vulnerability.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Mazaya Muhsin
Abstrak :
Banjir merupakan kejadian ketika air di dalam saluran meningkat dan melampaui kapasitas daya tampungnya. Kejadian banjir di wilayah perkotaan banyak dipengaruhi faktor fisik dan faktor sosial. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah banjir, ketinggian wilayah, sungai, penggunaan lahan, dan drainase. Penelitian ini menggunakan metode overlay dan analisis deskriptif keruangan. Kecamatan Kelapa Gading terletak di Kota Jakarta Utara dengan ketinggian wilayah 5 - 10 mdpl dan dialiri oleh Sungai Sunter, Sungai Betik Pertamina, Sungai Cakung Lama, Sungai Warung Jengkol, dan Sungai Petukangan. Berdasarkan hasil penelitian karakteristik banjir pada setiap kelurahan di Kecamatan Kelapa Gading pada umumnya disebabkan faktor yang sama, yaitu faktor sungai, penggunaan lahan, dan drainase. Terdapat pengecualian pada Kelurahan Kelapa Gading Timur yang menurut hasil penelitian karakteristik banjir pada kelurahan ini tidak disebabkan oleh faktor sungai. Pada Kelurahan Kelapa Gading Barat faktor drainase yang memengaruhi banjir meliputi volume drainasenya. Sementara pada Kelurahan Kelapa Gading Timur dan Pegangsaan Dua faktor drainase yang memengaruhi banjir meliputi kualitas drainasenya. ......Flood is an event when the water in the channel rises and exceeds its capacity. The occurrence of floods in urban areas is greatly influenced by physical factors and social factors. In this study, the variables used are floods, land height, rivers, land use, and drainage. This study uses the overlay method and spatial descriptive analysis. Kelapa Gading District is located in North Jakarta City with a land height of 5 - 10 m above sea level and is drained by the Sunter River, Betik Pertamina River, Cakung Lama River, Warung Jengkol River, and Petukangan River. Based on the results of the study, the characteristics of flooding in each sub-district in Kelapa Gading District are generally caused by the same factors, namely river factors, land use and drainage. There is an exception in the Kelapa Gading Timur Village, which according to the results of the study, the characteristics of flooding in this village are not caused by river factors. In Kelapa Gading Barat sub-district, the drainage factors that affect flooding include the volume of drainage. Meanwhile, in the Kelapa Gading Timur and Pegangsaan Dua sub-districts, the drainage factors that affect flooding include the quality of drainage.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindito Adi Nugroho
Abstrak :
Banjir merupakan salah satu masalah utama yang melanda kota-kota yang berada di pinggir sungai, termasuk Kota Solo yang berada di hulu Bengawan Solo. Untuk meminimalisasi kerugian akibat banjir, mitigasi bencana banjir melalui pemodelan wilayah banjir menjadi penting. Penelitian ini mengkaji pemodelan spasial di Kota Solo dengan menggunakan variabel curah hujan, tinggi muka air sungai, ketinggian tempat, koefisien limpasan, dan kedalaman banjir. Survei lapang pada 13 lokasi yang hasilnya dikaitkan dengan informasi hasil pengolahan data, selanjutnya dilakukan analisis statistik untuk melihat kaitan antar variable dan pemodelan wilayah banjir berbasis grid dilakukan dengan menggunakan software arcgis 9.3. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa peristiwa banjir di Kota Solo cenderung meningkat dari tahun 2007 sampai 2009, baik dari segi frekuensi kejadian maupun luasan wilayah banjir. Hasil pemodelan banjir di Kota Solo menunjukkan bahwa wilayah yang sering terendam banjir berada di bagian timur dan tenggara Kota Solo dan berada di sepadan sungai. Kota Solo mulai terendam air pada saat tinggi muka air Bengawan solo mencapai angka 6 m, yang terjadi di Kelurahan Sangkrah. Semakin tinggi muka air Bengawan Solo, semakin luas wilayah yang berpotensi tergenang air.
Floods are one of the main problems that plagued the cities on the shores of the River, including the city of Solo in Solo River upstream. To minimize losses due to floods, the disaster mitigation of flooding through the modeling of the region from floods is important. This study examined the spatial modeling in Solo by using variable rainfall, river water, high altitude, runoff coefficient, and depth of flooding. Field surveys at 13 locations that the results related to the information the results of data processing, statistical analysis was then performed to see the relationship between variables and application of grid-based model of flood zones is done using the software ArcGIS 9.3. Results obtained showed that the incidence of flooding in the city of Solo is likely to increase from 2007 to 2009, both in terms of frequency of occurrence and level of flooding. The results of modeling of floods in the town of solo shows frequently flooded areas in eastern and southeastern cities, and rivers are commensurate solo. Solo City began under water at high water level reaches 6 m Bengawan solo, which occurred in the village of Sangkrah. If water level of the Solo River showed a high value, the potentially flooded are also larger.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1340
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Handayani
Abstrak :
Perubahan penggunaan tanah yang terjadi di suatu DAS dapat mengakibatkan karateristik hidrologis sungai menjadi terganggu, salah satunya variasi debit Ci Tanduy yang melintas di Kota Banjar. Dalam penelitian ini, dilakukan interpretasi citra Landsat dan survey lapang di 10 wilayah banjir. Penggunaan tanah danwilayah banjir diidentifikasi dan selanjutnya dikaitkan dengan ketinggian, kemiringan lereng, curah hujan dan debit sungai tahun 2002 dan 2009 dengan menggunakan metode analisis keruangan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebaran wilayah banjir di Kota Banjar berhubungan erat dengan jarak lokasi terhadap aliran sungai, khususnya sungai induk Ci Tanduy. Wilayah banjir di Kota Banjar terdapat di sub-DA Ci Muntur, Ci Jolang dan Ci Seel. Perubahan penggunaan tanah memiliki pengaruh terhadap wilayah banjir baik dari luas maupun letak, terutama perubahan dari non-permukiman menjadi permukiman di sempadan sungai. Perubahan penggunaan tanah juga mengakibatkan bertambahnya wilayah banjir di Kota Banjar. ...... Changes of landuse that occur in a watershed can lead to the hydrological characteristics of rivers to be disrupted, one of them is discharge variation of CiTanduy that across in Banjar City. In this study, Landsat image interpretation and field survey in 10 locations have done. Landuse and flood area were identified and then were associated with elevation, gradient, rainfall and discharge river in 2002 and 2009 using spatial analysis methods. Results of this study indicate that the distribution of flood areas in Banjar City is closely related to flow rivers, especially main rivers of Ci Tanduy. Distribution of flood areas in this city is located in three sub-basins, namely sub-DA Muntur,Ci Jolang, and Ci Seel. Changes of landuse have an influence on flood area, either from the extensive flood area and the location of flood area mainly, changes of nonresidential into settelement is found in the border river. Beside of the extensive flood area, the influence of land use changes also resulted the increasing of new flood areas in Banjar City.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1469
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library