Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aan Hidayat
"Penelitian ini dilakukan di awal tahun 2020 hingga pertengahan 2021 yang juga bertepatan pada masa pandemi Covid-19. Berkenaan denganisu kemiskinan dan proses pengembangan masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani kopi di Desa Mekarwangi. Sejak tahun 2000-an, masyarakat Desa Mekarwangi diperkenalkan kepada tanaman kopi yang cocok dan memiliki potensi besar untuk ditanam dan dikembangkan pada lingkungan mereka yang diperkenalkan oleh pemerintahan setempat pada saat itu. Hingga saat ini pertanian tersebut dapat tumbuh dan membudaya hingga kini. Penelitian ini mengungkap kondisi mereka yang memiliki pekerjaan utama sebagai petani kopi dan beberapa diantara mereka juga menanam sayuran. Daya saing pasar kopi di Indonesia juga semakin ketat saat ini, namun tidak berbanding lurus dengan kondisi kesejahteraan mereka. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pemilihan informan yang digunakan adalah purposive sampling dengan sasaran utama adalah petani dan pihak koperasi. Penelitian ini lakukan studi literatur, wawancara mendalam, dan observasi di Desa Mekarwangi sebagai teknik pengumpulan datanya. Untuk meningkatkan kualitas penelitian, dilakukan triangulasi kepada petani, kepala koperasi dan processor salah satu coffee shop. Hasil penelitian ini menguungkapkan komunitas petani kopi Desa Mekarwangi telah menerima beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan juga organisasi non pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan mereka dengan industri kopinya. Setelah beberapa program berupaya mengintervensi komunitas tersebut, hasil yang didapatkan akan program tersebut kurang memuaskan komunitas petani kopi Desa Mekarwangi, sehingga terkadang mereka harus membantu satu dengan yang lainnya untuk dapat bertahan bersama menghadapi masalah yang mereka temukan.

This research conducted in early 2020 to mid-2021 which also coincided with pandemic Covid-19. Linked with poverty issues and the process of developing people who make a living as coffee farmers in Mekarwangi Village. Since the 2000s, the people of Mekarwangi Village have been introduced to coffee plants that are suitable and have great potential to be planted and developed in their environment (Mekarwangi Village), which was introduced by the local government at that time. Until recently, the agriculture can grow and become a culture.This study using a qualitative descriptive research type. The informant selection technique used was purposive sampling with farmers and cooperatives as its targets. This study did literature studies, in-depth interviews, and observations in Mekarwangi Village as data collection techniques. To improve the quality of research, triangulation was carried out on farmers, heads of cooperatives and processors of one coffee shop. This study reveals the condition of those who have a main job as coffee farmers and some of them also grow vegetables. The competitiveness of the coffee market in Indonesia is also getting tighter nowadays, but it is not directly proportional to the condition of their welfare. The results of this study reveal that the coffee farming community of Mekarwangi Village has been given several efforts made by the government and also non-governmental organizations to improve their welfare with the coffee industry. After several programs attempted to intervene in the community, the results obtained from the program were not satisfactory for the coffee farming community of Mekarwangi Village. In results, sometimes they had to help each other to survive together in facing the problems they found."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M.A. Rachman
"Sebagai kota metropolitan, DKI Jakarta tentu dituntut untuk menyediakan penyelenggaraan jasa transportasi publik yang andal sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Program Jak Lingko hadir sebagai langkah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menghadirkan sistem transportasi terintegrasi baik rute, manajemen, maupun pembayaran yang meliputi bus besar, medium dan kecil (mikrotrans), juga transportasi berbasis rel seperti MRT dan LRT. Kehadiran program ini memberikan warna baru dalam transportasi umum DKI Jakarta khususnya angkutan kota (angkot) atau mikrotrans karena adanya penyesuaian tata kelola, operasional dan layanan. Hal ini yang mendorong dilakukannya penelitian ini yang bertujuan untuk melihat realitas implementasi Program Jak Lingko pada Angkutan Kota (Mikrotrans) dan dampaknya terhadap kesejahteraan sopir dengan studi kasus pada rute Lebak Bulus - Andara yang merujuk pada teori implementasi dari Charles O. Jones yang memiliki dimensi pengorganisasian, interpretasi dan penerapan atau aplikasi. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah post-positivist dengan teknik pengumpulan data kualitatif melalui wawancara mendalam, observasi langsung dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Program Jak Lingko pada mikrotrans berjalan cukup baik dan mampu memberikan dampak positif pada kesejahteraan sopir khususnya mikrotrans Lebak Bulus - Andara meskipun terdapat beberapa catatan.

As a metropolitan city, DKI Jakarta is certainly required to provide reliable public transportation services so that it can meet the needs of the community. The Jak Lingko program is present as a step by the DKI Jakarta Provincial Government in providing an integrated transportation system for routes, management and payments which includes large, medium and small buses (mikrotrans), as well as rail-based transportation such as MRT and LRT. The presence of this program gives a new color to DKI Jakarta's public transportation, especially city transportation (angkot) or microtrans due to adjustments to management, operations and services. This is what prompted this research, which aims to look at the reality of the implementation of the Jak Lingko Program and its impact on the welfare of mikrotrans drivers on the Lebak Bulus - Andara route by referring to Charles O. Jones' implementation theory which has the dimensions of organization, interpretation and implementation or application. The research approach used is post-positivist with qualitative data collection techniques through in-depth interviews, direct observation and literature study. The results of the research show that the implementation of the Jak Lingko Program in mikrotrans is going quite well and is able to have a positive impact on the welfare of drivers, especially the Lebak Bulus - Andara microtrans, although there are several notes."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanief Maulana Fajarudin
"Berdasarkan prestasi dan potensi yang dimiliki Kopi Tanjungsari, petani kopi Desa Tanjungsari masih mengalami tantangan dan permasalahan terkait produktivitas, pemasaran dan permodalan. Tantangan dan permasalahan tersebut jika tidak diatasi akan mengancam kesejahteraan petani kopi. Maka diperlukan suatu upaya untuk bisa mengatasi permasalahan tersebut sehingga dapat mengusahakan kesejahteraan petani kopi, upaya tersebut adalah pemberdayaan petani kopi. Pemberdayaan petani kopi dapat dilakukan oleh banyak pihak, termasuk dari petani kopi itu sendiri. Upaya pemberdayaan yang berasal dari petani kopi itu sendiri berbentuk sebagai kelembagaan petani kopi, yang merupakan lembaga yang berasal dari, oleh, dan untuk Petani. Penelitian ini membahas mengenai peran yang dilakukan kelembagaan petani kopi Desa Tanjungsari, yaitu Kelompok Tani Guna Tani Abadi, dalam melakukan upaya pemberdayaan kepada petani kopi Desa Tanjungsari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Kualitatif yang menggunakan teknik Purposive Sampling sebagai teknik pemilihan informan. Pengumpulan data dari penelitian ini dilakukan dengan studi literatur, wawancara semi- terstruktur (wawancara mendalam), dan observasi. Hasil penelitian ini menjelaskan Kelompok Tani Guna Tani Abadi sebagai kelembagaan petani kopi Desa Tanjungsari telah melakukan beberapa peran dalam upaya pemberdayaan petani kopi Desa Tanjungsari, seperti Advocate, Broker, Enabler, dan Educator. Terdapat manfaat yang dirasakan oleh petani kopi Desa Tanjungsari dari peran tersebut, diantaranya adalah masalah yang dialami Petani Kopi dapat terkelola dengan baik, kebutuhan Petani Kopi dapat terpenuhi, dan kesempatan sosial dan mengembangkan diri petani kopi terfasilitasi, yang mengarah pada mengusahakan kesejahteraan petani kopi Desa Tanjungsari dan pada prosesnya tidak terlepas dari dukungan dan hambatan yang dialami Kelompok Tani.

Based on the achievements and potentials of Kopi Tanjungsari, coffee farmers in Tanjungsari Village are still experiencing challenges and problems related to productivity, marketing and capital. These challenges and problems if not addressed will threaten the welfare of coffee farmers. So an effort is needed to be able to overcome these problems so that they can seek the welfare of coffee farmers, this effort is the empowerment of coffee farmers. Empowerment of coffee farmers can be done by many parties, including the coffee farmers themselves. Empowerment efforts that come from coffee farmers themselves are in the form of coffee farmers institutions, which are institutions that come from, by, and for farmers. This research discusses the role of the coffee farmer institution in Tanjungsari Village, namely the Guna Tani Abadi Farmer Group, in empowering coffee farmers in Tanjungsari Village, Tanjungsari District, Bogor Regency, West Java. This research is a qualitative descriptive research that uses the purposive sampling technique as an informant selection technique. Data collection from this research was conducted by literature study, semi-structured interview (in-depth interview), and observation. The results of this study explain that the Guna Tani Abadi Farmer Group as an institution for coffee farmers in Tanjungsari Village has played several roles in efforts to empower coffee farmers in Tanjungsari Village, such as Advocate, Broker, Enabler, and Educator. There are benefits that are felt by coffee farmers in Tanjungsari Village from this role, including the problems experienced by coffee farmers can be managed properly, the needs of coffee farmers can be met, and social opportunities and self-development of coffee farmers are facilitated, which leads to the welfare of coffee farmers in Tanjungsari village. and in the process can not be separated from the support and obstacles experienced by the Farmers Group"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library