Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Brown, Harriete J
New York : Harper & Brothers Published, 1952
745.52 BRO h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Azahar Asmawi
Selangor Darul Ehsan: Ilmu Bakti, 2011
746.41 AZA t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Suwati Kartiwa
Jakarta: Djambatan, 1989
R 746.4 SUW k
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Suwati Kartiwa
Jakarta: Djambatan , 1989
746.4 SUW k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rochman Achwan
German: LAP Lambert, 2011
338.04 ROC w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Rizki Nurhani
"Latar Belakang. Industri sulam tapis merupakan industri informal khas Provinsi Lampung dengan proses kerjanya dilakukan secara tradisional yang membutuhkan ketelitian tinggi dan waktu lama 1-3 bulan . Proses menyulam dilakukan dengan posisi duduk tanpa sandaran punggung, sandaran lengan dan leher menunduk. Proses tersebut dilakukan dalam waktu lama sekitar 4-6 jam per hari sehingga mengakibatkan keluhan ketidaknyamanan pada bahu. Penelitian ini merancang kursi meja sulam kain tapis dengan pendekatan ergonomi agar tercapai postur kerja yang ideal, sehingga dapat mengurangi ketidaknyamanan bahu pada pekerja perempuan sulam tapis di Bandar Lampung.Metode. Desain eksperimen one group pre-post test dengan intervensi kursi meja sulam tapis selama 2 dua hari dalam 6 jam kerja/hari. Metode pengambilan data dengan cluster sampling n=22 di 2 industri tapis Bandar Lampung pada bulan Mei-Juni 2018.Hasil. Rerata skor VAS ketidaknyamanan bahu sebelum intervensi sebesar 5.48 0.64, sedangkan skor VAS selama 2 hari intervensi adalah 0.77 0.21. Penurunan skor VAS pra dan post intervensi sebesar 4,71 0,73 p< 0,001 .Kesimpulan. Terdapat penurunan rerata skala VAS ketidaknyamanan bahu yang bermakna antara pra dan post intervensi kursi meja sulam tapis selama 2 hari.
Background Tapis weaving is an informal sector industrial Lampung Province with a traditional method which need a high accuracy in a work process. It is need 1 ndash 3 months for made every sheet of tapis weaving. Weaving process doing by sitting without arm and back rest and bowing position. The duration for working is about 4 6 hours per day which caused a shoulder discomfort symptom. This study was to designed chair ndash table for tapis weaving by the ergonomic approach, aiming to reduce shoulder discomfort among female tapis weaving workers at Bandar Lampung.Methods One group pre post test examination design, intervention using chair table tapis weaving for 2 days in 6 hours day. Cluster sampling method data n 22 from 2 industrial sectors of tapis weaving in May ndash June 2018.Results Pre intervention mean of Visual Analog Scale VAS score for shoulder discomfort is 5.48 0.64, and mean post intervention is 0.77 0.21. Means of VAS score decreased 4,71 0,73 p"
2018
T55529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenal Muttaqin
"Dalam jurnal ini membahas tentang aktivitas tenun dan kahwa suku Badui Arab di Oman. Jurnal ini membahas tentang tradisi tenun, tradisi kahwa, pasar terbuka di Ibra, tenun di Jabal Akhdar dan pariwisata Wahiba Sands di Oman. Aktivitas tenun dan kahwa telah melekat dalam diri suku badui dan diwariskan oleh generasi mereka. Metode yang digunakan berupa kualitatif seperti studi pustaka dari buku-buku, jurnal, dan observasi melalui video di internet. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tradisi tenun dengan menggunakan bahan utama wol yang terbuat dari hewan ternak di masa lalu dan diganti dengan benang sintetis, tenun merupakan mata pencaharian perempuan suku Badui Arab, kahwa merupakan sajian minuman yang menjadi simbol keramahan suku Badui Arab, pasar terbuka di Ibra menjual produk-produk tenun suku Badui Arab, tenun Jabal Akhdar yang khusus di jual kepada wisatawan, dan pariwisata Wahiba Sands memberikan pemandangan kehidupan suku Badui Arab. Aktivitas tenun dan kahwa berlangsung hingga saat ini dan menjadi objek parawisata di Oman.

In this paper discusses the activity of weaving and coffee Bedouins in Oman. This paper discusses the tradition of weaving, the tradition of coffee, the Women’s souk at Ibra, the weaving in Jabal Akhdar and the tourism Wahiba Sands in Oman. The activity of weaving and coffee has been inherent in the Bedouin tribes and inherited for their generation. The methodology used in the form of qualitative methods such as literature on the books, journals, and observations of the video on the internet. The results of the research showed that the tradition of weaving by using the main ingredient wool made from cattle in the past and replaced with synthetic yarn, weaving is the livelihood of women’s Bedouin tribe, coffee was serving drinks that became a symbol friendliness of Bedouin tribes, the Women’s souk at Ibra sells products weaving of Bedouin tribes, weaving from Jabal Akhdar specialized in sold to tourists, and tourism in Wahiba Sands provides a view of the lives of Bedouin tribes. The activity of weaving and coffee lasted until today and become tourism object in Oman.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yoni Dwi Prasetyo
"Kampung Gang Kodir merupakan salah satu kawasan padat penduduk di Kota Bogor yang memiliki wilayah sempit dan sebagian masyarakatnya bekerja sebagai pekerja serabutan, buruh, petani, dan ibu rumah tangga akan tetapi penghasilan yang didapat terkadang masih belum mampu mencukupi kebutuhan. Kondisi masyarakat Gang Kodir yang masih menerima pendapatan rendah dan masih ada yang belum bekerja namun kebutuhan hidup tetap harus terpenuhi membuat Salam Rancage yang merupakan salah satu pengusaha sosial di Kota Bogor tergerak untuk membantu dan merangkul masyarakat Gang Kodir melalui kegiatan menganyam. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2020 dengan tujuan untuk menganalisis aktivitas pemberdayaan ekonomi menganyam dan menjelaskan manfaat pemberdayaan ekonomi menganyam di Gang Kodir, Kota Bogor. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, dan data sekunder dengan melibatkan sembilan informan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat serangkaian aktivitas dalam kegiatan menganyam seperti melakukan persiapan kegiatan menganyam, mengetahui hambatan dalam menganyam, dan melakukan upaya mengatasi hambatan dalam menganyam, sehingga diharapkan penganyam dapat bekerja secara maksimal dan menikmati aktivitas barunya sebagai penganyam. Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat manfaat yang dirasakan Penganyam Gang Kodir yaitu perubahan perilaku yang menjadi lebih baik dan penganyam dapat memenuhi kebutuhan hidup.

Kampung Gang Kodir is one of the densely populated area in Bogor City which has a narrow area and most of the people work as odd jobs, laborers, farmers, and housewives but the income earned sometimes still not able to cover the needs. The condition of Gang Kodir’s community who still earn low incomes and who have not worked but the needs must be fulfilled, have made Salam Rancage who is one of the social entrepreneurs in Bogor City willing to help and embrace the Gang Kodir’s community through weaving activities. This research was conducted in 2020 and this research aims to analyze weaving economic empowerment activity and explaining the benefits of weaving economic empowerment in Gang Kodir, Bogor City. The approach in this study uses a qualitative approach. The data was collected through in-depth interviews, observation, and secondary data by involving nine informants. The results of this research that there are activities in weaving activities such as preparing for weaving activities, knowing the obstacles in weaving, and making efforts to overcome obstacles in weaving, so that weavers are expected to work optimally and enjoy their new activities as weavers. The conclusion in this research shows that the benefits of weaving activities are that the behavior of the Gang Kodir’s weavers become better and they can cover the needs of life."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windi Ulfiatun Nasikha
"Sejauh saya melihat tenun ikat hanya dianggap sebatas sebuah simbol mati yang tidak memiliki kekuatan pada konteks kehidupan, seolah-olah corak motif tenun ikat memang berjalan sebagaimana mestinya. Lebih daripada itu, tenun ikat di Desa Nggela, kecamatan Wolojita, Kabupaten Ende justru menunjukkan sisi dinamika yang berusaha mempertahankan keragaman tenun di masa kini. Melalui kacamata antropologi seni, terdapat peran agensi yang masing-masing memiliki kekuatan sekaligus mengalami dinamika untuk menjaga keberlangsungan ragam tenun di Desa Nggela, Kecamatan Wolojita, Kabupaten Ende - Lio Selatan pada masa kini. Tulisan ini akan mengulik bagaimana para penenun, material, objek tenun, dan penikmat berusaha membangun dan mengakomodasi setiap peran untuk menentukan sebuah keputusan keberlangsungan ragam tenun saat ini.

As far as I can see, the ikat weaving is only considered limited as a symbol of stagnation ithout any power in the context of life, as if the ikat weaving patterns simply exist as they should. However, the ikat weaving in Nggela Village, Wolojita District, Ende Regency, actually demonstrates a dynamic aspect that strives to preserve the diversity of weaving in the present time. Through the lens of art anthropology, there is an agency role that possesses power while also experiencing dynamics to sustain the variety of weaving in Nggela Village, Wolojita District, Ende Regency- Lio Selatan today. This article will delve into how the weavers, materials, weaving objects, and appreciators strive to build and accommodate each role in determining the decision for the sustainability of weaving varieties at present."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Hikmatul Hayati
"ABSTRAK
Fokus pembahasan tesis ini adalah peran beberapa agen dan kekuatan mereka dalam memunculkan batik Sasambo di Nusa Tenggara Barat, serta benturan narasi agen tersebut dengan pihak lain dalam menggambarkan identitas NTB. Batik Sasambo berupaya menggoyah kehadiran tenun sebagai kain khas masyarakat setempat dengan diberikannya ruang yang lebih luas. Dengan menggunakan metode etnografi melalui observasi dan wawancara mendalam, penelitian ini memperlihatkan bahwa beberapa guru di SMKN 5 Mataram, seorang guru SMP 7 Pujut dan Dinas Perindustrian NTB merupakan agen yang berperan penting dalam menjadikan batik Sasambo sebagai identitas NTB. Agen ini menarasikan bahwa batik Sasambo sebagai bentuk modernisasi identitas, alat untuk menyatukan etnis, sebagai bentuk kecintaan pada identitas nasional, dan membantu membangun perekonomian masyarakat. Namun, pihak lain yang berasal dari Dinas Perdagangan NTB, Dinas Koperasi dan UKM, masyarakat penenun, dan masyarakat yang pernah mengikuti pelatihan membatik, serta penjual di toko oleh-oleh mengontestasi narasi tersebut dengan menyatakan bahwa batik Sasambo belum mampu mengejar keberhasilan kain tenun karena batik Sasambo belum mampu tembus ke pasar ekspor. Selain itu, batik Sasambo terlampau mahal sehingga tidak laku dan tidak mampu dibeli oleh masyarakat setempat. Perbedaan proses membatik dan menenun juga menjadikan batik Sasambo sulit diterima masyarakat. Penelitian ini juga membuktikan bahwa keberadaan tenun belum mampu bergeser sebagai identitas NTB.Kata Kunci: Batik Sasambo, tenun, agen, narasi.

ABSTRACT
The focus of this thesis discussion is the role of some agents and their power in bringing batik Sasambo in West Nusa Tenggara, as well as the narrative clash of the agent with others in describing the identity of NTB. Batik Sasambo seeks to shake the presence of weaving as a special fabric of the local community with the giving of a wider space. Using ethnographic methods through observation and in depth interviews, this study shows that some teachers at SMKN 5 Mataram, a teacher of SMP 7 Pujut and NTB Industry Office are agents that play an important role in making Sasambo batik as the identity of NTB. This agent narrates that Sasambo batik as a form of identity modernization, a tool for unifying ethnicity, as a form of love for national identity, and helping to build the economy of the community. However, others from the NTB Trade Office, the Cooperative and SMEs, the weavers, and the people who had participated in the batik training, as well as the sellers in the gift shop contended the narrative by stating that Sasambo batik has not been able to pursue the success of woven fabric because of batik Sasambo has not been able to break into the export market. In addition, batik Sasambo is too expensive so it is not sold and cannot be bought by the local community. The differences in the process of batik making and weaving also make batik Sasambo difficult to accept by society. This study also proves that the existence of weaving has not been able to shift as the identity of NTB. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T50970
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>