Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fadhli Aulia Mughni
Abstrak :
Latar belakang: Untuk menghasilkan rambut dan kulit kepala yang sehat, produk perawatan harus digunakan dengan frekuensi tepat. Perempuan berhijab semakin umum dijumpai di Indonesia. Saat ini belum ada kesepakatan mengenai frekuensi keramas yang paling tepat pada perempuan berhijab. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian yang membandingkan pengaruh frekuensi keramas berbeda terhadap nilai transepidermal water loss (TEWL) dan hidrasi kulit kepala perempuan berhijab. Tujuan: Mengetahui hubungan antara frekuensi keramas dengan nilai TEWL dan hidrasi kulit kepala perempuan yang menggunakan hijab. Metode: Sebanyak 60 perempuan sehat usia reproduksi berhijab menjadi subjek penelitian dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 30 subjek pada kelompok A (keramas sering, setiap 1-2 hari sekali) dan 30 subjek pada kelompok B (keramas jarang, setiap 3-5 hari sekali). Dilakukan pengukuran nilai TEWL dan hidrasi kulit kepala pada baseline, hari ke-14, dan hari ke-28. Uji kemaknaan perbedaan nilai TEWL dan hidrasi kulit kepala antara kedua kelompok dilakukan menggunakan analisis Mann-Whitney. Hasil: Median nilai TEWL kulit kepala hari ke-14 kelompok A adalah 20,07 g/m2/h dan kelompok B adalah 17,05 g/m2/h (p<0,05). Median nilai TEWL kulit kepala hari ke-28 kelompok A adalah 20,87 g/m2/h dan kelompok B adalah 17,67 g/m2/h (p<0,01). Median nilai hidrasi kulit kepala hari ke-14 kelompok A adalah 8,18 AU dan kelompok B adalah 12,52 AU (p>0,05). Median nilai hidrasi kulit kepala hari ke-28 kelompok A adalah 11,48 AU dan kelompok B adalah 12,77 AU (p>0,05). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara frekuensi keramas dengan nilai TEWL kulit kepala perempuan berhijab. Frekuensi keramas yang sering dapat meningkatkan nilai TEWL kulit kepala perempuan berhijab secara bermakna, tetapi tidak terdapat hubungan antara frekuensi keramas dengan nilai hidrasi kulit kepala perempuan berhijab ......Background: To obtain healthy hair and scalp, care product should be used in the right frequency. Women wearing hijab are becoming more common in Indonesia. There is no unified consensus regarding the correct frequency of hair washing in women wearing hijab. Therefore, research is needed to compare the influence of different hair wash frequencies on the scalp skin transepidermal water loss (TEWL) and hydration in women wearing hijab. Objective: To assess the correlation between hair wash frequency with scalp skin TEWL and hydration in women wearing hijab. Methods: Sixty healthy women in reproductive age are recruited and allocated into two groups, 30 subjects in group A (frequent hair wash, every 1-2 days) and 30 subjects in group B (infrequent hair wash, every 3-5 days). Measurements of scalp skin TEWL and hydration was performed on baseline, day-14, and day-28. Significance test of the difference in scalp skin TEWL and hydration scores between groups was done using Mann-Whitney analysis. Results: The day-14 median value of scalp skin TEWL was 20,07 g/m2/h in group A and 17,05 g/m2/h in group B (p<0,05). The day-28 median value of scalp skin TEWL was 20,87 g/m2/h in group A and 17,67 g/m2/h in group B (p<0,01). The day-14 median value of scalp skin hydration was 8,18 AU in group A and 12,52 AU in group B (p>0,05). The day-28 median value of scalp skin hydration was 11,48 AU in group A and 12,77 AU in group B (p>0,05). Conclusion: There is a correlation between hair wash frequency and scalp skin TEWL score in women wearing hijab. Frequent hair wash may significantly increase scalp skin TEWL score in women wearing hijab. However, there is no correlation between hair wash frequency and scalp skin hydration in women wearing hijab
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
From years to years the use of aggregate for maintence and new pavement construction increases, wjile the resources of crushed stone decrease....
JJJ 26 (1-2) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sali Susiana
Abstrak :
Penelitian ini mengkaji tentang peran jilbab sebagai identitas kelompok dalam proses pemakaian jilbab pada mahasiswa perempuan muslim Angkatan Tahun 2000 di Fakultas X Universitas Y di Jakarta. Kajian ini panting karena motivasi pemakaian jilbab seorang perempuan muslim ternyata tidak hanya disebabkan oleh kewajiban agama, melainkan oleh banyak hal. Dengan rnenggunakan perspektif Psikologi sebagai pendekatan, penelitian ini berusaha melihat motivasi berjilbab subjek melalui konsepkonsep seperti sikap, pengaruh kelompok dan significant others pada perilaku individu, serta pembentukan identitas diri pada subjek yang termasuk dalam kategori dewasa muda atau young adulthood. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ajaran agama bukan merupakan faktor utama yang memotivasi mayoritas subjek untuk memulai berjilbab. Kebutuhan untuk berafiliasi dengan kelompok yang sebagian besar anggotanya berjilbab dan identifikasi dengan sesama teman lebih berperan dalam proses pemakaian jilbab yang dialami oleh subjek. Selain itu, ditemukan adanya kecenderungan untuk menjadikan Jilbab sebagai identitas kelompok di Fakultas X. Kecenderungan tersebut dapat dilihat dari tiga aktivitas keagamaan yang selalu berkaitan dengan masalah jilbab, balk secara langsung melalui jilbab Day maupun secara tidak langsung melalui SIDNI dan men taring. Kecenderungan untuk menjadikan jilbab sebagai identitas kelompok yang terdapat di Fakultas X dalam perspektif Feminisme Radikal merupakan sebuah penindasan terhadap perempuan. Jilbab digunakan sebagai alat untuk rnengontrol seksualitas perempuan. Kontrol alas tubuh dan seksualitas perempuan ini didukung oleh konsep seksualitas dalam masyarakat muslim yang menganggap perempuan adalah film sehingga tubuhnya harus ditutup sedemikian rupa agar seksualitas mereka tidak terlihat.
This research is concerning the role of jilbab (veil) as a group identity within the process of wearing jilbab on female moslem students of year 2000's in the X Faculty of the Y University in Jakarta. This research is important because the motivation to start wearing jilbab for the majority of female moslem students is not only caused by religious obbligation, but also by other reasons. Using Psychologycal Perspective as an approach, this research tries to determine the wearing jilbab motivation through the concepts such as attitude, group and significant others that influences toward individual behaviour, as well as forming self-identity on subjects that categorized as young adulthood. The research shows that religious doctrins is not the main factor motivating the subjects to start wearing jilbab The need to affiliate with a group with most of its members are wearing jilbab and identification among friends also contribute to the process of wearing jilbab experienced by the subjects. Besides, there is also a tendancy to make jilbab as group identity in the X Faculty. The tendancy can be seen from 3 religious activities that always related to finial) issue, both directly through Jilbab Day and indirectly through SIDNI and mentoring. The tendancy to make jilbab as a group identity in Radical Feminism Perspective is an oppression toward women. Jilbab-is used as a tool to control women sexuality. This control over women's body and sexuality is supported by the concept of sexuality in moslem society that considering women as fitno, therefore their body must be covered so that their sexuality is concealed.
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15040
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Yulianto
Abstrak :
Kecelakaan kerja merupakan keluaran proses yang merupakan balk bagi pekerja, perusahaan, keluarga maupun dalam lingkup yang lebih luas-nasional. Penelitianpenelitaian sebelumnya menunjukkan bahwa faktor manusia merupakan sebab dominant dari kecelakaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan operator produksi di PT. Astra Daihatsu Motor - Casting Plant, Karawang pada 2006 dengan menggunakan survey yang bersifat cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan operator produksi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan penggunaan APD pada operator produksi mencapai skor 80%. Penelitian juga menunjukkan tingkat kepatuhan ini terutama disebabkan karena adanya prosedur dan peraturan penggunaan APD dan penerapan sistem sanksi. Tingkat kepatuhan ini meskipun cukup tinggi, masih hams ditingkatkan karena perilaku tidak aman berpotensi menjadi kecelakaan. Lebih lanjut, Analisis univariat menunjukkan prosedur dan peraturan penggunaan APD mendapat skor tertinggi. Ini menunjukkan prosedur yang ada sudah cukup jelas dan disosialisasikan dengan memadai. Sementara skor di bawahnya ditempati oleh persepsi terhadap bahaya dan risiko, penerapan sistem sanksi, penerapan sistem imbalan dan pengawasan penggunaan APD oleh supervisor dan safety officer. Meskipun persepsi terhadap bahaya dan risiko mendapatkan skor yang cukup tinggi, namun demikian tidak mempunyai hubungan bermakna dengan kepatuhan menggunakan APD - ini berarti ada faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan penggunaan APD sebaga;mana dijelaskan oleh Ramsey. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa penerapan sistem pemberian sanksi lebih memberikan pengaruh terhadap kepatuhan penggunaan APD dibandingkan dengan penerapan sistem pemberian imbalan. Alasan dominan yang mendasari ketidakpatuhan menggunakan APD adalah: Karena ketiadaan ataupun kerusakan APD Berta persepsi bahwa untuk pekerjaan tertentu sebenarnya dipandang tidak berbahaya atau berisiko. Penulis berharap basil penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait.
One output of the process which delivering negative impact to the employee, company, family as well as in the broader scope - nation is accident. The past studies indicated that the human factors were playing significant role in producing the accident. This study is intended to analyze the factors which are influencing the level of compliance of the production operators in wearing personnel protective equipment (PPE) in PT. Astra Daihatsu Motor - Casting Plant, Karawang, in the year of 2006 using cross sectional survey methodology. The respondents of this study are production operators amounting around 105 persons. The study indicated that compliance for wearing PPE of the production operators reaching score of 80%. The study also indicated that this level of compliance mostly due to the availability of the procedures and provisions for using PPE and the implementation of the punishment system. This level of compliance although relatively high, still has to be increased because unsafe acts have the possibilities for producing incident. Furthermore, frequency distribution analysis showed that the the procedures and provisions for wearing PPE reach the highest level. This concluded that the procedures and provisions are adequate and properly trained. While the scores below respectively are hazard and risk perception, implementation of punishment system, implementation of reward system and monitoring on wearing PPE conducting by the supervisor and safety offiicer. Although hazard and risk perception reachs relatively high score but this variable has not significant relationship with the level of compliance in wearing PPE - this means that other factors are taking influence as indicated in the Ramsey model. This study also showed that the implementation of punishment system has more impact to the compliance level compared with the implementation of reward system. The majority reason of the production operators for not wearing complete PPE are due to the less stock or damage of PPE as well as perception that for several jobs actually the hazard and risk areaacceptable.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19344
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daisy Supandi
Abstrak :
Latar belakang: Kehilangan dukungan gigi yang melibatkan dukungan oklusal baik pada satu atau kedua sisi rahang merupakan faktor risiko terjadinya Gangguan Sendi Temporomandibula. Tidak adanya dukungan gigi posterior dapat mengganggu mastikasi dan mempengaruhi asupan serta status nutrisi pasien pra lansia dan lansia. Pembuatan gigi tiruan lepasan diharapkan dapat memperbaiki fungsi mastikasi dan merawat gangguan sendi temporomandibula sehingga asupan dan status nutrisi meningkat. Tujuan: Penelitian ini menganalisis pengaruh pemakaian gigi tiruan, gangguan sendi temporomandibula, asupan serta status nutrisi. Metode: Studi kuasi eksperimen pada 28 partisipan (≥45 tahun) dengan kehilangan gigi posterior indeks Eichner B2 sampai C2 yang diambil menggunakan teknik consecutive sampling, kemudian dibuatkan gigi tiruan di Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Indonesia. Pemeriksaan klinis dilakukan dan digunakan DC/ TMD untuk mendiagnosis gangguan sendi temporomandibula, Semi-quantitative Food Frequency Questionnaire (FFQ) digunakan untuk mengukur asupan nutrisi (Kkal), dan Mini Nutritional Assessment Short Form(MNA-SF) digunakan untuk menilai status nutrisi saat sebelum dan setelah 4, 8, dan 12 minggu pemakaian gigi tiruan.Hasil Penelitian: Terdapat pengaruh pada lama pemakaian gigi tiruan terhadap asupan nutrisi pra lansia dan lansia dengan gangguan sendi temporomandibula. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada asupan nutrisi partisipan dengan gangguan sendi temporomandibula dan non gangguan sendi temporomandibula. Uji Repeated ANOVA digunakan untuk mengukur asupan nutrisi seiring dengan lama pemakaian gigi tiruan dan signifikan secara statistik (P<0.05). Terdapat perbedaan bermakna pada status nutrisi antara kelompok gangguan sendi temporomandibula dan non gangguan sendi temporomandibula sebelum pemakaian gigi tiruan. Status nutrisi partisipan signifikan secara statistik pada 4 dan 12 minggu setelah pemakaian gigi tiruan. Kesimpulan: Pemakaian gigi tiruan meningkatkan asupan dan status nutrisi pra lansia dan lansia pasien gangguan sendi temporomandibula. ......Background: Missing posterior teeth that resulted in the loss of occlusal support on one or both side of dental arch were found to be risk factors for TMD (Temporomandibular Disorder). Posterior tooth loss can cause disruption of mastication as well as affect nutrition intake and nutritional status of pre-elderly and elderly patients. Denture replacement may improve mastication, as a TMD therapy, and improve nutrition. Objectives: The aim of this study was to analyze the relationship between effect of denture wearing, TMD, nutrition intake, and nutritional status. Methods: Quasi experimental study was conducted on 28 patients (≥45 years old) with missing posterior teeth index Eichner classification B2 until C2 who will be treated with dentures at the Dental Hospital Faculty of Dentistry Universitas Indonesia using a consecutive sampling technique. Oral examination was done. DC/ TMD was used to diagnose Temporomandibular Disorder (TMD), the Semi-quantitative Food Frequency Questionnaire (FFQ) was used to measure nutrition intake (Kcal), and Mini Nutritional Assessment Short Form (MNA-SF) was used to measure nutritional status at baseline and after 4, 8, and 12 weeks of denture wearing. Results: There was significant difference of nutrition intake on TMD groups before and after denture wearing. There is no significant difference between nutrient intake of TMD and non TMDgroups. Repeated ANOVA to measure nutrition intake with period of denture wearing was significant statistically (P<0.05). There was significant difference in nutritional status between TMD and non TMD groups before denture wearing. Nutritional status all subjects was significant statistically at 4 and 12 weeks after denture wearing. Conclusions:Denture wearing improves nutrition intake and nutritional status of pre- elderly and elderly TMD patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Tjahjani Pudjowati
Abstrak :
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan pendekatan "cross sectional" menggunakan teknik analisis data kuantitatif. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara terstruktur, menggunakan kuesioner dan observasi langsung, serta mengkaji data sekunder yang sudah ada di pabrik tekstil "X" Banjaran Kabupaten Bandung. Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik menggunakan teknik analisis distribusi frekwensi, uji chi-square, serta analisis regresi logistik. Penelitian ini dilaksanakan di pabrik tekstil "X" Banjaran Kabupaten Bandung dengan unit analisis pekerja di bagian pemintalan dan penenunan sebanyak 198 orang sebagai sampel, dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pemakaian APD serta mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dan paling besar kontribusinya terhadap pemakaian APD. Hasil penelitian ini diperoleh 64.14% dari responden memakai APD dan 35.86% sisanya tidak memakai APD secara lengkap. Berdasarkan analisis bivariat ternyata ada hubungan antara faktor sarana (fasilitas, pelathian dan penyuluhan), dan sumber daya manusia (sikap) terhadap pemakaian APD di bagian pemintalan dan penenunan, sedangkan faktor pengorganisasian (pengawasan dan kebijakan) terbukti tidak ada hubungannya dengan pemakaian APD. Begitu pula dengan analisis regresi logistik dari faktor sarana, pengorganisasian dan sumber daya manusia yang diduga ada hubungannya dengan pemakaian APD, ternyata faktor sarana dan sumber daya manusia yang berhubungan dengan pemakaian APD dengan nilai p masing-masing 0.0000 pada sarana dan 0.0181 pada sumber daya manusia. Dari analisis ini pula diketahui bahwa faktor sarana memberikan kontribusi yang paling besar terhadap pemakaian APD di pabrik tekstil "X" Banjaran Kabupaten Bandung. Dengan melihat sarana yang telah memadai, pengetahuan pekerja yang cukup tinggi, serta sikapnya yang positif maka untuk meningkatkan pemakaian APD perlu dikaji kembali program pengawasan yang telah ada terutama personal pengawasnya, serta perlu dipikirkan keseimbangan antara pemberian sangsi dan penghargaan, khususnya penghargaan yang bersifat individual.
This research is a non experimental with the cross sectional approximation uses quantitative data analysis technique. Data taking over had been done by making a structured interview, using questioner and direct observation, and study thoroughly the exist secondary data in "X" textile factory on Banjaran, Residence of Bandung. Thus the obtained data is prepared statisticaly by using distribution frequency, chi-square test analysis technique, and logistic regression analysis. The research is carried out in "X" textile factory on Banjaran, residence of Bandung in the spinning-mill and weaving-mill section to the workers analysis unit of 198 peoples as sample, in order to gain the illustration about the application of PPE beside to find out the related factors and the biggest contribution to the PPE application. There is 64.14% respondents who wear PPE and the rest is 35.86% who don't wear the PPE completely, gained in this research. Based on the bivariate analysis showed that there is a relation between facility factors(facilities, training and instruction), and human resource(attitude) to the PPE application in spinning and weaving section, mean while, the organization factor(supervision and management policy) is proved it has not a relation to PPE application. There is also supposed that logistic regression analysis of facility factor, organization and human resource have a relation with PPE application, actually there is 0.0000 of each p value at facility and 0.0181 at human resource factor which is related with PPE application. There is also found out from the analysis that facility factors give the biggest contribution to the PPE application in "X" factory. By using the appropriate facilities the knowledge of workers and positif attitude point of view, it is needed the further study about the existing program of supervision especially to the personal supervisor in order to increase the PPE application, there is also needed to be thought over about the balance between sanction and reward especially for an individual appreciation.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Nafisah
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Kehilangan gigi posterior dapat menyebabkan terganggunya fungsi mastikasi sehingga dapat mempengaruhi asupan dan status nutrisi pralansia dan lansia. Pemakaian gigi tiruan dapat mengembalikan fungsi gigi yang hilang sehingga diharapkan dapat meningkatkan asupan dan status nutrisi. Belum ada penelitian yang mengamati asupan dan status nutrisi pada sebelum dan setelah pemakaian gigi tiruan di Indonesia. Beberapa penelitian terdahulu tentang hubungan antara kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan dengan asupan dan status nutrisi di Indonesia dilakukan dengan studi potong lintang dan menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Tujuan: Menganalisis hubungan antara kehilangan gigi posterior dengan faktor sosiodemografi, hubungan antara kehilangan gigi posterior, pemakaian gigi tiruan, dan faktor sosiodemografi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dengan asupan dan status nutrisi. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain observasional pada 30 pasien RSKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia berusia 45 tahun ke atas yang akan dibuatkan gigi tiruan lepasan. Dilakukan pencatatan data diri subjek, pemeriksaan rongga mulut, pengukuran berat dan tinggi badan, serta wawancara kuesioner FFQ semikuantitatif dan MNA-SF. Hasil penelitian: Kehilangan gigi posterior diketahui tidak berhubungan dengan asupan dan status nutrisi. Kehilangan gigi posterior memiliki hubungan bermakna dengan usia dan tidak berhubungan dengan jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Uji analisis Paired T-Test menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pemakaian gigi tiruan dengan asupan nutrisi. Terdapat perbedaan bermakna antara usia dengan asupan nutrisi pada 1 bulan setelah pemakaian gigi tiruan. Uji analisis Wilcoxon menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pemakaian gigi tiruan dengan status nutrisi. Kesimpulan: Kehilangan gigi tidak berhubungan dengan asupan dan status nutrisi pralansia dan lansia. Namun, pemakaian gigi tiruan berhubungan dengan asupan dan status nutrisi pralansia dan lansia.
ABSTRACT
Background Posterior tooth loss can cause disruption of mastication and may affect the nutrient intake and nutritional status of pre elderly and elderly. Denture wearing can improve tooth function so it may improve patients nutrition. There has been no research that discusses nutrient intake and nutritional status before and after denture wearing in Indonesia. Previous studies on tooth loss and denture wearing with nutrient intake and nutritional status were using cross sectional study and showed inconclusive result. Objectives To analyze the relationship between posterior tooth loss and sociodemographic factors, the relationship between posterior tooth loss, denture wearing, denture type, and sociodemographic factors age, gender, educational level with nutrient intake and nutritional status. Methods Observational study was conducted on 30 patients that will be made a removable denture at RSKGM Faculty of Dentistry University of Indonesia aged 45 years and over. Subjects 39 personal data, oral examination, weight and height measurement were obtained, and interview for semiquantitative FFQ and MNA SF were conducted. Results There was no significant difference between posterior tooth loss and nutrient intake, and between posterior tooth loss and nutritional status. Posterior tooth loss is known to be age related and unrelated to gender and educational level. Paired T Test analysis showed significant difference between denture wearing and nutrient intake. There was a significant difference between age and nutrient intake 1 month after denture wearing. Wilcoxon analysis showed significant difference between denture wearing and nutritional status. Conclusion Posterior tooth loss is not related to nutrient intake and nutritional status of pre elderly and elderly. However, denture wearing is related to nutrient intake and nutritional status of pre elderly and elderly.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library