Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Katri Sulistyowati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S34010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sagala, Birean D.
Abstrak :
Salah satu bahaya yang sering melanda daerah pengembangan lapangan Panas Bumi adalah gerakan tanah. Secara alamiah daerah panas bumi adalah sangat rentan terhadap pergerakan tanah, karena daerah tersebut umumnya didaerah vulkanik, dimana jalur patahan banyak ditemukan dan kegiatan gempa bumi relatif tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebaran potensi bahaya gerakan tanah dan mengevaluasi tingkat bahayanya terhadap kegiatan pengembangan Panas Bumi didaerah Wayang Windu, Jawa Barat. Ada enam lokasi potensi bahaya gerakan tanah telah di petakan, menyebar secara tidak teratur di daerah penelitian. Methoda yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat bahaya potensi gerakan tanah adalah dengan mengenalisa tingkat ketidakstabilan lereng dari masing-masing lokasi potensi gerakan tanah dan kemuadian mengenalisa tingkat kerugian terhadap property, manusia maupun lingkungan yang mungkin terjadi sebagai akibat gerakan tanah tersebut. Dari hasil penelitian dibuat program yang ter-integrasi untuk pencegahan, mitigasi atau perbaikan dalam rangka mengelola potensi bahaya tersebut. Daftar bacaan : 26 (1977 - 2002)
Rock Movement Hazards Analysis at the Wayang Windu Geothermal Development FieldNaturally, geothermal development fields are susceptible to rock movement hazards because the areas are normally developed in volcanic regions, where fault structures are well developed and earthquake occurrence is highly intense. The purpose of this research is to identify the potential rock movement hazards and to assess the potential risk to property, employees, and possibly to the environment at the Wayang Windu geothermal development field, West Java. Six (6) potential rock movement hazards were mapped, geographically disseminated from the north to the south in the field investigation. The method used to assess the level of potential rock movement hazards was to analyze the slope instability of every single potential landslide that was identified and then evaluate the level of potential loss or vulnerability to property, humans, and the environment associated with the identified potential landslides. From the results of the research, we will make a recommendation to management on the best, cost-effective way to manage the potential hazards. References : 26 (1977 - 2002)
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T7264
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faris Pramadhani Wali
Abstrak :
Daerah Wayang-Windu dan Daerah Gunung Endut berada dalam Zona Gunungapi Kuarter Jawa, dimana aktivitas vulkanisme dan magmatisme menandakan keduanya merupakan daerah potensial panas bumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi panas bumi di masing-masing daerah penelitian berdasarkan karakteristik fisik wilayah-nya. Kemudian hasil potensi yang muncul dibandingkan satu sama lain untuk mempelajari persamaan dan perbedaan sistem panas bumi di kedua daerah penelitian. Dalam penelitian ini, wilayah prospek panas bumi di delineasi menggunakan model Fuzzy Logic. Model ini mengintegrasikan variabel penciri kehadiran sistem panas bumi di permukaan yang dikenali melalui aplikasi Penginderaan Jauh. Variabel penciri tersebut adalah tingkat permeabilitas batuan (Fault and Fracture Density), sebaran batuan alterasi lempung (Directed Principal Component Analysis) dan morfologi struktural. Hasil penelitian menunjukan bahwa morfologi struktural seperti kaldera, tapal kuda, horst dan graben merupakan variabel penciri yang paling mempengaruhi potensi panas bumi di kedua daerah penelitian. Daerah Wayang-Windu memiliki luas wilayah prospek 58,6 km2, suhu reservoar 2200C-2700 C dengan potensi sumberdaya sebesar 707,6 MWe. Daerah Gunung Endut memiliki luas wilayah prospek 17,5 km2, suhu reservoar 1810 C dengan potensi sumberdaya sebesar 95 MWe. Berdasarkan karakteristik fisik wilayahnya, Daerah Wayang-Windu yang merupakan Lapangan Panas Bumi dengan Sistem Vulkanik Kompleks Gunungapi memiliki potensi panas bumi lebih besar dibandingkan dengan Daerah Gunung Endut yang merupakan Lapangan Panas Bumi dengan Sistem Vulkano-Tektonik (kerucut vulkanik-graben). ...... Wayang-Windu area and Mount Endut area included in the Quaternary Volcanic Zone of Java Island, where volcanism and magmatism activity indicate both an area of geothermal potential. This study aims to identify the potential of geothermal energy in each study area based on the physical characteristics of the region. Apparent of potential result over each area compared to find out the similarities and differentiation of geothermal systems that exist in the area. In this study, geothermal prospect areas were delineated using Fuzzy Logic model. This model integrate the surface identifier variables that identified through the Application of Remote Sensing. The identifier variables are the level of rock permeability (Fault and Fracture Density), the distribution of clay alteration (Directed Principal Component Analysis) and structural morphology. The results showed that the structural morphology, such as caldera, sector collapse, horst and graben, is an identifier variables that most influence the geothermal potential in both areas of research. Wayang-Windu has an area of 58.6 km2 prospects, reservoir temperature of about 2200 C - 2700 C with a potential resource is calculated as about 707.6 MWe. Mount Endut has an area of 17.5 km2 prospects, reservoir temperature of about 1810 C with a potential resource is calculated as about 95 MWe. Based on the physical characteristics of the region, the Wayang Windu area which is a Volcanic Complex Geothermal System has geothermal potential is greater than area of Mount Endut area which is Volcano-Tectonic (volcanic cone-graben) Geothermal System.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nikita Christina
Abstrak :
Lapangan geotermal Wayang Windu terletak di Jawa Barat telah beroperasi sejak tahun 2000 dengan total kapasitas produksi sebesar 227 MW dan memiliki 28 sumur produksi dan 5 sumur injeksi. Telah dilakukan pengukuran berulang gravitasi dengan 51 benchmarks pada tahun 2014 dan 2017. Dari hasil pengukuran tersebut terlihat perbedaan anomali gravitasi mikro yang berasosiasi dengan perubahan massa di bawah permukaan. Dari 51 stasiun amat, terjadi perbedaan antara pengukuran pada tahun 2014 dengan tahun 2017 mulai dari -263.1 µGal hingga +47.6 µGal. Di daerah selatan lapangan, terjadi nilai perubahan yang positif dengan indikasi adanya penambahan massa sedangkan pada bagian utara, yang merupakan daerah produksi utama, terjadi nilai perubahan yang negatif dengan indikasi terjadinya mass deficit akibat proses produksi.  Dari nilai anomali gravitasi tersebut, dengan metode gridding menggunakan teorema flux Gauss, ditemukan perubahan massa di reservoir sebesar -32.8 juta ton dengan keterangan pertambahan massa di sebelah selatan sebesar 8.1 juta ton, dan pengurangan massa di sebelah utara sebesar 40.9 juta ton untuk tahun 2014-2017. Dari analisis anomali gravitasi mikro tersebut, dapat diamati juga pola aliran fluida sehingga dapat diketahui ketepatan fungsi sumur injeksi. Dengan bantuan data gempa mikro, dapat terlihat, pola aliran fluida yang mengalir dari sebelah selatan lapangan menuju tengah hingga bagian utara lapangan, serta bagian barat laut menuju timur-tenggara, ke arah zona produksi utama. Hasil yang didapat dari penelitian ini dapat digunakan untuk manajemen reservoir geotermal untuk menciptakan sistem dan produksi uap yang berkelanjutan. ......Wayang Windu geothermal field is located in West Java and has been operating since 2000. The field has total production capacity of 227 MW, with the 28 production wells and five reinjection wells. Repeated gravity measurements have been done with 51 benchmarks around the reservoir boundary in 2014 and 2017. There are differences in the gravity value associated with the change of mass in the reservoir. The southern area of the field has positive value of gravity changes (up to +47.6 µgal) which indicates the increased mass due to injection process. The northern area which has vapor dominated system and as the location for most of the production wells, has a negative value of gravity changes (up to -263.1 µgal) with the indication of mass deficit due to the production activity. Using the microgravity anomaly and gridding method of Gaussian flux theorem, the change of mass in the reservoir can be found. There is -32.8 Mt of mass changes in the reservoir with 8.1 Mt mass added at the south of the field and 40.9 Mt of mass loss at the north of the field in 2014 until 2017. According to the analysis of changes in microgravity value, fluid flow patterns can also be observed to find the accuracy of reinjection well function. Using micorearthquake data as the secondary data, found that the fluid flow pattern of the field is from the south of the field to the center and the north of the field, and from NW to East-Southeast. The result of this study can be used for geothermal reservoir management to create a sustainable and renewable geothermal system.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munthe, Arison
Abstrak :
PLTP Wayang Windu yang berlokasi di bagian selatan kabupaten Bandung telah berhasil memproduksikan energi listrik dari hasil sumber energi panasbumi tanggal 8 Juni 2000 dengan kapasitas pembangkit 1 x 110 MW. Pengembangan PLTP ini bertujuan untuk mendukung upaya memenuhi kebutuhan energi listrik di masa depan sebagai alternatif energi yang bersifat dapat diperbaharui (renewable) serta ramah lingkungan. Pengembangan sumber daya panasbumi telah menjadi suatu kebijakan pemerintah dalam diversifikasi energi sejalan dengan antisipasi semakin menipisnya jumlah cadangan dan potensi sumber daya minyak dan gas bumi. Salah satu sumber energi panasbumi yang potensial adalah PLTP Wayang Windu dengan besar potensi 460 MW dan telah berhasil dieksploitasi sebesar 197,7 MW. Sesuai dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat, akan memberikan dampak peningkatan terhadap penggunaan energi listrik. Kebutuhan energi listrik terbesar adalah dari sektor industri dengan laju pertumbuhan yang diperkirakan sekitar 7,18% per tahun. Proses industrialisasi merupakan jalan yang ditempuh oleh Indonesia untuk mewujudkan cita-cita bangsa dalam mengisi kemerdekaan. Secara tidak langsung dengan kemajuan sektor industri akan berdampak terhadap kebutuhan energi listrik dari sektor rumah tangga dan sektor non industri lainnya akan meningkat. Selain dari memenuhi kebutuhan akan energi listrik, pengembangan sumber daya panasbumi juga berfungsi terhadap peningkatan penerimaan pemerintah dari sistem bagi hasil yang ditetapkan melalui kebijakan pemerintah. Perolehan atas bagi hasil tersebut merupakan komponen pembentuk APBN maupun APBD. Melalui kebijakan pemerintah telah ditetapkan besarnya perolehan pemerintah 34% dari hasil keuntungan tahunan. Selain itu juga Pertamina sebagai kuasa pemerintah dalam mengelola usaha pengembangan sumber daya panasbumi berhak mendapat upah produksi sebesar 4% dari keuntungan tahunan. Pembayaran ini akan dilaksanakan setelah tercapainya NOI (net operating income). Bersamaan dengan telah terselenggaranya program otonomi daerah dimana setiap daerah diberikan wewenang yang luas dalam upaya mengembangkan potensi yang ada. Prinsip dasar pelaksanaan otonomi daerah adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui upaya pemerataan pembangunan sesuai dengan UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999. Pemerintah Daerah dalam hal ini berkewajiban untuk menggali segala potensi yang ada untuk mendapatkan penerimaan terhadap daerah dalam mendukung pembentukan APBD. Salah satu objek sangat penting saat ini adalah potensi sumber daya alam (SDA) yang dapat memberikan devisa bagi daerah yang cukup besar. Menurut UU No. 25/1999 tentang dana perimbangan ditetapkan sistem bagi hasil antara pemerintah Pusat dan Daerah atas pengusahaan SDA, tetapi tidak termasuk sumber daya panasbumi. Oleh karena itu dalam upaya mengetahui besarnya kontribusi yang diberikan atas pengusahaan energi panasbumi PLTP Wayang Windu terhadap penerimaan daerah kabupaten Bandung, di akhir tesis ini dibuat suatu simulasi tentang sistem pembagian terhadap pemerintah daerah berdasarkan kategori masing-masing SDA sesuai UU No. 25/1999. Simulasi itu memberikan gambaran kategori SDA yang memberikan kontribusi terbesar terhadap penerimaan daerah adalah dengan menggunakan formula bagi hasil terhadap pertambangan umum walaupun secara karakteristik berbeda dengan panasbumi. Walaupun saat ini dampak pengembangan PLTP Wayang Windu belum dapat dirasakan oleh masyarakat kabupaten Bandung, tetapi setidaknya setelah tercapai titik NOI pada tahun 2007 hal ini akan memberikan jaminan kepastian sumber penerimaan daerah yang dapat meningkatkan APED. Melalui Keputusan Presiden No.76/2000 hendaknya juga pemerintah daerah berupaya ikut serta dalam mengembangkan PLTP Wayang Windu unit berikutnya agar diperoleh penerimaan daerah yang lebih besar untuk merangsang pertumbuhan ekonomi kabupaten Bandung.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T4657
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiyogarani Malik
Abstrak :
[ABSTRAK
Lapangan panasbumi Wayang Windu (WW) merupakan bagian dari busur gunungapi Kuarter Jawa Barat, terdiri dari komplek gunungapi dan dome Malabar, Bedil, Wayang, dan Windu yang berkontribusi pada pembentukan sistem panasbumi. Tipe fluida terdiri dari dua-fasa di area Selatan dan kecenderungan dominasi uap di Utara dengan kisaran temperatur reservoir 240 hingga 300 0C. Segmentasi secara hidrologi dibuat berdasarkan karakterisasi tekanan reservoir dari 40 di Utara hingga 80 bar di Selatan pada kondisi awal. Setelah melewati masa produksi lebih dari 13 tahun, telah terjadi perubahan di reservoir yang terlihat baik pada parameter fisik maupun kimia. Kegiatan monitoring geokimia dan microravity telah diterapkan di WW untuk mencatat setiap perubahan di reservoir dan sebagai mitigasi masalah yang timbul selama eksploitasi ataupun untuk pengenbangan selanjutnya. Respon kimiawi akibat produksi digambarkan dalam perubahan area isokontur dari semua parameter kimia yang terlihat jelas perubahannya di area Utara. Proses di reservoir seperti kondensasi teridentifikasi melalui kenaikan CO2/H2S sebagai respon dari penurunan H2S, serta efek dilusi minor teridentifikasi melalui penurunan klorida. Indikasi kehadiran brine dibawah zona dominasi uap di Utara dicirikan oleh kenaikan boron, klorida, dan silika. Secara singkat, evolusi fluida yang terjadi di WW akibat proses produksi yaitu terjadinya warm recharge atau brine carryover di sumur kering atau zona dominasi uap di Utara, serta perubahan fasa fluida dari dua-fasa menjadi dominasi liquid pada zona dua-fasa di Selatan. Evolusi fisik selama proses produksi juga diamati dengan baik melalui pengukuran perubahan gravity sebagai akibat dari perubahan saturasi liquid pada batuan hasil dari ekstraksi fluida dari reservoir. Integrasi data evolusi fluida di WW selama produksi dan aktivitas monitoring berkelanjutan telah memberikan manfaat terhadap strategi sustainabilitas produksi dan strategi pengembangan.
ABSTRACT
Wayang Windu (WW) geothermal field is part of Quaternary volcanic arc located in Western of Java Island. It consists of volcanic complex and domes of Malabar, Bedil, Wayang, and Windu which contribute to geothermal system formation. Fluid phase were dominantly of two-phase fluid in the Southern area and likelihood of vapor dominated in the Northern area with temperature ranges of 240 up to 3000C. Hydrological segmentation characterized by pressure ranging from 40 to 85 bar at the North to southern part respectively at initial condition. More than 13 year production, has led the reservoir to change and respond to physical and chemical parameter. Geochemistry and microgravity monitoring has been applied to record reservoir changes and mitigate problems during exploitation or future development. Chemical respond related to production impact decribed by change in isocontour area of all chemistry parameter seen in northern part of the field. Reservoir processes such as condensation identified by increasing CO2//H2S followed by decreased H2S, and minor dilution effect in WW identified by decreased choride. Indication of brine existance beneath the steam cap area in Northern wells, identified by increased boron, chloride, and silica in some of dry steam wells. Fluid evolution due to production in WW summarize as the process of warm recharge or brine carryover in dry steam wells, and changing from two-phase fluid into liquid dominated is one of the evolution happened in two-phase area in Southern area. Physical evolution during production also monitored by well defined gravity change measurement as the rock density change due to fluid extraction from reservoir. Data integration of the fluid evolution in WW during production and continuous monitoring activity give benefit to production sustainability strategy and future development area.;Wayang Windu (WW) geothermal field is part of Quaternary volcanic arc located in Western of Java Island. It consists of volcanic complex and domes of Malabar, Bedil, Wayang, and Windu which contribute to geothermal system formation. Fluid phase were dominantly of two-phase fluid in the Southern area and likelihood of vapor dominated in the Northern area with temperature ranges of 240 up to 3000C. Hydrological segmentation characterized by pressure ranging from 40 to 85 bar at the North to southern part respectively at initial condition. More than 13 year production, has led the reservoir to change and respond to physical and chemical parameter. Geochemistry and microgravity monitoring has been applied to record reservoir changes and mitigate problems during exploitation or future development. Chemical respond related to production impact decribed by change in isocontour area of all chemistry parameter seen in northern part of the field. Reservoir processes such as condensation identified by increasing CO2//H2S followed by decreased H2S, and minor dilution effect in WW identified by decreased choride. Indication of brine existance beneath the steam cap area in Northern wells, identified by increased boron, chloride, and silica in some of dry steam wells. Fluid evolution due to production in WW summarize as the process of warm recharge or brine carryover in dry steam wells, and changing from two-phase fluid into liquid dominated is one of the evolution happened in two-phase area in Southern area. Physical evolution during production also monitored by well defined gravity change measurement as the rock density change due to fluid extraction from reservoir. Data integration of the fluid evolution in WW during production and continuous monitoring activity give benefit to production sustainability strategy and future development area.;Wayang Windu (WW) geothermal field is part of Quaternary volcanic arc located in Western of Java Island. It consists of volcanic complex and domes of Malabar, Bedil, Wayang, and Windu which contribute to geothermal system formation. Fluid phase were dominantly of two-phase fluid in the Southern area and likelihood of vapor dominated in the Northern area with temperature ranges of 240 up to 3000C. Hydrological segmentation characterized by pressure ranging from 40 to 85 bar at the North to southern part respectively at initial condition. More than 13 year production, has led the reservoir to change and respond to physical and chemical parameter. Geochemistry and microgravity monitoring has been applied to record reservoir changes and mitigate problems during exploitation or future development. Chemical respond related to production impact decribed by change in isocontour area of all chemistry parameter seen in northern part of the field. Reservoir processes such as condensation identified by increasing CO2//H2S followed by decreased H2S, and minor dilution effect in WW identified by decreased choride. Indication of brine existance beneath the steam cap area in Northern wells, identified by increased boron, chloride, and silica in some of dry steam wells. Fluid evolution due to production in WW summarize as the process of warm recharge or brine carryover in dry steam wells, and changing from two-phase fluid into liquid dominated is one of the evolution happened in two-phase area in Southern area. Physical evolution during production also monitored by well defined gravity change measurement as the rock density change due to fluid extraction from reservoir. Data integration of the fluid evolution in WW during production and continuous monitoring activity give benefit to production sustainability strategy and future development area., Wayang Windu (WW) geothermal field is part of Quaternary volcanic arc located in Western of Java Island. It consists of volcanic complex and domes of Malabar, Bedil, Wayang, and Windu which contribute to geothermal system formation. Fluid phase were dominantly of two-phase fluid in the Southern area and likelihood of vapor dominated in the Northern area with temperature ranges of 240 up to 3000C. Hydrological segmentation characterized by pressure ranging from 40 to 85 bar at the North to southern part respectively at initial condition. More than 13 year production, has led the reservoir to change and respond to physical and chemical parameter. Geochemistry and microgravity monitoring has been applied to record reservoir changes and mitigate problems during exploitation or future development. Chemical respond related to production impact decribed by change in isocontour area of all chemistry parameter seen in northern part of the field. Reservoir processes such as condensation identified by increasing CO2//H2S followed by decreased H2S, and minor dilution effect in WW identified by decreased choride. Indication of brine existance beneath the steam cap area in Northern wells, identified by increased boron, chloride, and silica in some of dry steam wells. Fluid evolution due to production in WW summarize as the process of warm recharge or brine carryover in dry steam wells, and changing from two-phase fluid into liquid dominated is one of the evolution happened in two-phase area in Southern area. Physical evolution during production also monitored by well defined gravity change measurement as the rock density change due to fluid extraction from reservoir. Data integration of the fluid evolution in WW during production and continuous monitoring activity give benefit to production sustainability strategy and future development area.]
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library