Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bandjarnahor, South Mardongan
"Industri pertambangan batubara yang melakukan kegiatan pengolahan dan pencucian batubara cenderung menggunakan rawa sebagai tempat pembuangan limbah batubara yang berasal dari proses pencuciannya. Walaupun di dalam dokumen AMDAL diharuskan melakukan pengelolaan limbah dengan membuat kolam pengendap secara berseri sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan dan pengendapannya dilakukan secara periodik.
Batubara hasil penambangan (Run of Mine) dari tambang sebelum dipasarkan terlebih dahulu diproses di Instalasi Pengolahan dan Pencucian. Di Instalasi dilakukan proses pengecilan ukuran (antara 0,125 mm s.d. 50 mm) dan selanjutnya dilakukan pencucian dengan menggunakan air supaya partikel pengotornya lepas dari batubara. Partikel-pertikel halus tersebut terdiri dari batubara berukuran < 0,125 mm, batuan lempung, batuan lanau, batuan pasiran dan batuan lainnya yang disebut limbah batubara, dibuang ke Rawa Beloro yang berada di sekitar lnstalasi Pengolahan dan Pencucian.
Tujuan penelitian ini adalah a) Mengetahui parameter kualitas air yang tercemar akibat pembuangan limbah batubara ke dalam Rawa Beloro; b) Mengetahui tingkat pencemaran yang terjadi di Rawa Beloro akibat pembuangan limbah batubara; c) Mengetahui penyebab utama terjadinya degradasi ekosistem perairan Rawa Beloro; d) Mengetahui pengaruh limbah batubara terhadap struktur komunitas pada perairan Rawa Beloro; e) Mengetahui pengaruh limbah batubara terhadap degradasilsuksesi rawa. Penelitian secara ilmiah untuk mengetahui hal.tersebut di atas belum pernah dilakukan, untuk itu perlu dilakukan penelitian. Setelah diketahuinya pengaruh pembuangan limbah batubara ke dalam rawa maka basil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembuatan peraturan atau kebijakan pemerintah di bidang industri pertambangan batubara.
Penekananan pada hipotesis ini bahwa limbah batubara akan mempengaruhi beberapa aspek: a) Parameter fisika (kecerahan, suhu, kecerahan dan padatan tersuspensi) dan kimia (Fe dan pH) dapat menurunkan kualitas perairan akibat pembuangan limbah batubara; b) Rawa Beloro dikategorikan tercemar jika parameter fisika dan kimia perairan melebihi standar Indeks Mutu Kualitas Air (U. S. STORET EPA); c) Dalam penentuan kualitas perairan beberapa parameter fisika dan kimia penyebab utama dapat berkorelasi negatif dengan parameter pendukung lainnya; d) Pembuangan limbah batubara memberi darnpak pada kualitas biota perairan; e) Pembuangan limbah batubara secara terns menerus dapat mengakibatkan suksesi rawa menjadi darat.
Penelitian dilakukan secara survey lapangan dan pengambilan sampel dari Rawa Beloro yang merupakan rawa yang terganggu lingkungannya akibat pembuangan limbah batubara (10 titik stasiun) dan perairan Rawa Ngandang sebagai rawa yang tidak terganggu akibat pembuangan limbah batubara yang merupakan mewakili rona awal (6 titik stasiun).
Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengambilan sampel dari lapangan yang kemudian dianalisis di laboratorium: Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Samarinda (analisis kualitas air), PT. Geoservices (Ltd) Bandung (sedimea) dan Laboratorium 1PB Bogor (plankton dan benthos). Data sekunder diperoleh dari studi pustaka, perusahaan, Pemda setempat, dsb. Untuk mengetahui tingkat pencemaran perairan Rawa Beloro dan Rawa Ngandang mengacu pada Indek Mutu Kualitas Air menurut U. S. STORET-EPA dan PP No. 82 Tabun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air . Untuk mengetahui parameter utama dari kualitas perairan yang mengganggu ekosistem Rawa Beloro dengan cara Analisis Komponen Utama (PCA) serta untuk mengetahui kelompok dari masing-masing stasiun yang mempunyai karakteristik sama atau mendekati digunakan cara Uji Koresponden Analisis. Parameter air yang dianalisis adalah kecerahan, kekeruhan, padatan tersuspensi (TSS), suhu, pH, oksigen terlarut (DO), CO2 terlarut, bahan organik (BOD dan COD), nutrient (NO2, N03 , NH3 dan P04), sulfat (S042-), besi (Fe) dan logam berat (Cd dan Zn).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa a) Parameter air yang tercemar akibat pembuangan limbah batubara ke dalam rawa yaitu kecerahan, suhu, kekeruhan, Fe, padatan tersuspensi (TSS) dan derajat keasaman (pH). b) Kualitas air Rawa Beloro sangat buruk dengan skor -45 c) Penyebab utama degradasi Rawa Beloro adalah TSS, kadar Fe, kekeruhan dan pH.yang berkorelasi negatif dengan suhu dan kecerahan. d) Kegiatan pembuangan limbah batubara mengakibatkan kualitas biota perairan (fitoplankton, zooplankton dan makrozoobenthos) sangat rendah. e) Rawa Beloro akan berubah menjadi daratan dalam waktu 15 tahun lagi (2016) akibat dibuangnya limbah batubara sebanyak 140,000 ton/tahun dengan laju sedimentasi 4,6 x 10‾4 m3/m2/hari atau 0,1656 m3/m2/tahun.
Dalam rangka mempertahankan fungsi Rawa Beloro (Rawa R1 dan Rawa R2) sebagai rawa disarankan agar Rawa Belor (R2) direhabilitasi dan ditingkatkan fungsinya sebagai indikator kualitas air limbah batubara dengan cara limbah batubara yang mengendap di Rawa Rl supaya dikeruk dan diiimbun ke bekas tambang. Selanjutnya air yang keluar dari Rawa Rl ke Rawa R2 terlebih dahulu diolah sebingga parameter kualitas air yang masuk ke Rawa R2 memenuhi kualitas air untuk perikanan sesuai dengan Baku Mutu Limbah kelas EI dari (PP No. 82 Tahun 2001). Pada rawa R2 dapat ditanami tanaman air dan di budidayakan ikan rawa. Limbah batubara yang terdiri dari batubara halus dan material yang terendap di Rawa Beloro (R1) supaya dikeruk secara berkala dan dtimbun ke bekas tambang serta batubaranya dimanfaatkan sebagai bahan briket karena jumlah batubara yang dibuang ke Rawa Beloro setiap tahunnya sebanyak 70.000 ton.

Coal mining industries which include processing and washing activities tend to use swamp as place for dumping waste in the process. Although in EIA document the project is obligated to perform management of waste by making a series of precipitation pond with certain capacity and its dredging conducted periodically.
Coal product of mining (Run of Mine Coal) prior to be marketed should be processed first in the processing and washing plant. In washing plant performed granulation (between 0,125 mm to 50 mm) and then will be processed in the washing plant by using water in order that dirt particles detached from the coal sized < 0,125 mm, clay, silt stone, sand stone and other kind of rock called waste, dumping to Rawa Beloro which is located surround of washing plant.
The purposes of this research are (a) to measure water quality parameter which is polluted caused by dumping waste at Rawa Beloro; (b) to measure pollution grade at Rawa Beloro caused by dumping waste; (c) to determine what is the main factor for ecosystem degradation at Rawa Beloro; (d) to determine what is the impact of dumping waste disposal on communities structure at Rawa Beloro; (e) to determine what is the impact of dumping waste on degradation of swamp. Scientific research of the above items has never been conducted yet, therefore it is necessary to be performed. By knowing the impact of dumping waste disposal into the swamp as key point of this research and so far could be used as regulation making material or government policies in coal mining industry.
The stressing of this hypothesis that dumping waste will impact some aspects as follows: (a) A physic parameters (transparent, temperature, turbidity and total suspension solid) and chemistry parameters (Fe and pH) can decrease water quality caused by dumping waste disposal; (b) swamp quality of Rawa Beloro could be categorized polluted when physics and chemist parameters on swamp is higher than Water Quality Index based on U. S. STORET EPA; (c) in determining water quality some physics and chemistry parameter as the main factor can also correlated into negative impact with its support parameter; (d) dumping waste can also impact the quality of swamp biota; (e) sustainable of dumping waste will cause swamp succession become land. Research is conducted by field surveying and sampling from Rawa Beloro where its environment disturbed by dumping waste (10 station coordinates) and Rawa Ngandang as the undisturbed swamp which represent initial color (6 station coordinates).
The data from this research included primary and secondary data. Primary data obtained from field sampling which then analyzed in the Laboratory of Industry research and development Bureau of Samarinda (water quality analysis), PT. Geoservices (Ltd) Bandung (sediment) and Laboratory of IPB Bogor (plankton and benthos). Secondary data obtained from library study, company, local government, etc. To determine the grade of swamp polluted at Rawa Beloro and Rawa Ngandang, applied on Water Quality Index by U. S. STORET EPA and Government Regulation No. 8212001 concerning Water Quality Management and Water Pollution Control. To determine dominant parameter of swamp quality which is impact the ecosystem of Rawa Beloro is by done Principal Component Analysis (PCA) and so far to know group of each station which has the same characteristic or approximately is done by using Correspondent Assessment Analysis. Water parameters which is to be analyzed are the transparent and turbidity, suspension solid (TSS), temperature, pH, diluted oxygen (DO), diluted CO2, organic material (BOD and COD), nutrient (NO2, NO3, NH3, and PO4), sulfate (SO42'), iron (Fe) and heavy metal (Cd and Zn).
Based on this research conclusion that: (a) polluted water parameters caused by dumping waste into swamp as follows: temperature, transparent, turbidity, total suspension solid (TSS), Fe and pH; (b) the water quality at Rawa Beloro is very polluted and the score is -45; (c) the main factor of Rawa Beloro' degradation are total suspended solid (TSS), Fe, turbidity negative correlation to temperature and transparent; (d) dumping waste disposal activity causes the quality of swamp biota (phytoplankton, zooplankton and makrozoobenthos) is very low; (e) the swamp of Rawa Beloro will change to be land within 14 years causing by dumping waste of capacity 140.000 ton annually with the grade of sediment 4,6 x 10‾4 m3/m2/hari atau 0,1656 m3/m2/year.
In order to maintain the function of Rawa Beloro (Swamp R1 and Swamp R2) as swamp it is suggested that Rawa Beloro (R2) should be rehabilitated and increased its function as waste water quality indicator by dredging the waste in Swamp R1 and piled to the ex-mined area. And then the outlet of Swamp (R1) to Swamp (R2) firstly processed so that water quality parameter incoming to swamp (R2) (inlet), meet water quality to fishery in accordance with Standard III class of Government Regulation No. 821200I concerning Water Quality Management and Water Pollution Control. In Swamp R2 could be planted with water plant and bred swamp fish. The waste contains of fine coal and material precipitated in Rawa Seloro (R1) should be dredged periodically, dumping into ex-mined area and fine coal of approximately 70.000 ton per year can be used as coal briquette material.
"
Lengkap +
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T1108
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Pramudyo
"Ketersediaan sumber-sumber air yang ada sekarang ini makin terbatas. Laporan JWRMS menyatakan bahwa kebutuhan air yang ada untuk air baku air minum, industri dan irigasi lebih besar dari ketersediaan pada sumber-sumber air yang ada. Dalam mengatasi kekurangan air baku untuk air minum, usaha pemanfaatan kembali air yang telah digunakan untuk pertanian merupakan salah satu alternatif, namun kualitas air pertanian tersebut harus sesuai dengan kriteria peruntukan air sebagai air baku air minum dalam PP 82/2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental, dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kegiatan pertanian terhadap unsur-unsur yang ada pada air yang telah digunakan untuk pertanian. Penelitian dilakukan pada daerah Irigasi Jatiluhur Btb 5 Tarum Barat, dari tanggal 2 November 2002 sampai dengan 16 Januari 2003. Pengambilan sampel dilakukan pada masa pengolahan tanah sebanyak dua kali, untuk masa tanam sebanyak 1 kali, masa tunas selama sebanyak dua kali, masa tunas II sebanyak dua kali dan masa tunas III sebanyak dua kali.
Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa pemberian pupuk akan berpengaruh pada unsur Nitrat (NO3-N) dan Nitrit (N02 N), dikarenakan terlepasnya NH4 (amoniak) dari penguraian pupuk urea. Peningkatan konsentrasi Nitrat terlihat dalam kegiatan pemberian pupuk, pada lokasi 1 dan 2 dalam masa pengolahan lahan pertanian, besarnya konsentrasi nitrat pada lokasi 1 meningkat dari 0,295 mg/I menjadi 0,63 mg/l. sedangkan untuk lokasi 2 dari 0,28 mg/l menjadi 0,702 mg/l.
Konsentrasi Besi (Fe), Mangan (Mn), Sulfat (S04-2), residu terlarut mempunyai kecenderungan meningkat dalam tahapan kegiatan pengolahan lahan, penanaman dan pada saat pemberian air dikurangi, dimana Besi (Fe) dari 0,46 mg/l meningkat menjadi 0,74 mg/l, Mangan (Mn) 0,17 mg/l menjadi 1,2 mg/l, sulfat (SO4 2) 19mg/l menjadi 26 mg/l sedangkan residu terlarut 30 mg/l menjadi 98 mg/l, sedangkan unsur Nitrit (NO2-N) meningkat hanya pada saat pemberian air dikurangi dari 0,002 mg/l menjadi 0,031 mg/l.
Meningkatnya unsur Nitrat (NO3-N), Besi (Fe), Mangan (Mn), Sulfat (SO4-2) dan Residu terlarut pada saat pemberian pupuk dan pengolahan lahan mempengaruhi peningkatan besaran pH dari 6,4 menjadi 7,2 pada lokasi 1 dan 6,5 menjadi 9,1 pada lokasi 2.
Dari data yang ada dengan menggunakan uji beda (t test) didapat bahwa unsur yang mempengaruhi kualitas air buangan dalam kegiatan pertanian seperti unsur Nitrat (N03-N), Nitrit (NO2-N), Besi (Fe), Mangan (Mn), Sulfat (SO4 2) dan Residu terlarut, masih berada dibawah ambang batas kriteria peruntukan air sebagai air baku air minum menurut PP 82/200l Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14763
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarjuki
"Pencemar terlarut di saluran terbuka merupakan masalah yang cukup signifikan untuk dilakukan penelitian. Pencemar terlarut di saluran terbuka memiliki pola penyebaran yang berbeda-beda, tergantung dari jenis pencemar terlarutnya dan jenis sebaran bebannya. Besi (Fe) merupakan pencemar terlarut yang banyak mencemari saluran terbuka di Indonesia. Saluran terbuka merupakan sumber utama air baku di Indonesia terutama di daerah perkotaan seperti DKI Jakarta. Sumber air baku harus memenuhi standar yang telah ditetapkan. Kadar besi (Fe) dalam air baku tidak boleh melebihi 2 mg/L.
Dan hasil penelitian yang dilakukan Bapedalda DKI Jakarta tahun 1995/1996 dan penelitian yang dilakukan Departemen Teknik Sipil bekerja sama dengan PT. Thames PAM Jaya tahun 2002 kadar besi (Fe) di Tarum Kanal Barat terus mengalami peningkatan. Kalau kadar besi (Fe) terus meningkat akan mengakibatkan hal-hal sbb :
- Biaya pengolahan air bersih akan meningkat
- Sistem jaringan air bersih akan tercemari besi (Fe) yang mengakibatkan biaya pemeliharaan bertambah dan umur pipa semakin pendek.
- Kadar besi (Fe) yang tinggi mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan, peralatan rumah tangga dan industri.
Pengendalian kadar besi (Fe) perlu dilakukan untuk menekan biaya pengolahan, pemeliharaan dan kerugian yang dialami oleh rumah tangga, industri dan kesehatan masyarakat. Untuk mengendalikan kadar besi (Fe) pada saluran terbuka harus diketahui pola penyebaran dari besi (Fe) tersebut. Model matematik merupakan altematif yang paling layak baik dari segi biaya maupun dari segi waktu, model ini berguna untuk memprediksi pola penyebaran pencemar.
Sebelum model matematik digunakan pada suatu saluran terbuka, model matematik tersebut harus melalui dua tahapan validasi dan satu tahapan kalibrasi. Tahap pertama adalah validasi teoritis, tahap kedua validasi terhadap data laboratorium dan tahap ketiga adalah kalibrasi terhadap lapangan. DaIam penelitian ini hanya dilakukan validasi teoritis suatu model penyebaran pencemar. Model matematik yang akan divalidasi adalah model matematik yang dikembangkan oleh Laboratorium Hidrolika Universitas Indonesia yang diberi nama UIQUAL. Validasi teoritis dilakukan dengan cara membandingkan model UIQUAL terhadap perhitungan cara analitis dan perhitungan cara numerik yang sudah "mapan". Pembandingan terhadap perhitungan cara numerik yang sudah "mapan" bertujuan untuk mengetahui validitas model yang sedang dikembangkan terhadap sebaran beban yang tidak dapat diselesaikan dengan perhitungan cara analitis. Cara analitis adalah teknik perhitungan matematik untuk proses tertentu atau sistem fisik tertentu berdasarkan penyelesaian aljabar dan kalkulus sedangkan cara numerik adalah perhitungan matematik berdasarkan penyelesaian diskritisasi aritmatik. Dalam penelitian ini cara numerik menggunakan program yang sudah "mapan" yaitu DUFLOW versi 2.0 yang dikembangkan oleh lima perguruan tinggi yang ada di Belanda. Dalam penelitian ini dijelaskan secara keseluruhan langkah-langkah validasi teoritis suatu model. Hasil akhir dari penelitian ini adalah model matematik yang telah divalidasi terhadap perhitungan analitis dan perhitungan secara numerik. Validasi terhadap perhitungan analitis bertujuan untuk mengetahui keandalan dari program UIQUAL terhadap sebaran beban tertentu yang memiliki solusi dalam bentuk fomulasi matematik. Sedangkan validasi terhadap cara numerik bertujuan untuk mengetahui keandalan UIQUAL terhadap sebaran beban yang tidak dapat diselesaikan dengan cara analitis. Hasil penelitian ini UIQUAL valid terhadap cara analitis dan cara numerik dilihat dari pola respon atau kurva respon yang dihasilkan akibat masukan sebaran beban dihulu. Sedangkan nilai deviasi yang cukup besar baik terhadap perhitungan cara analitis maupun cara numerik disebabkan karena program UIQUAL tidak menggunakan formula deferensiasi akurasi tinggi (high-accuracy defferentiation formulas)."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14714
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar A. Yusuf
"Dalam rangka pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran di badan air seperti di sungai, diperlukan besaran beban pencemar berbagai sumber untuk setiap ruas sungainya. Beban pencemar peternakan merupakan hasil kali jumlah hewan ternak dengan nilai satuan beban pencemaran limbahnya. Pada saat ini masih menggunakan nilai satuan beban pencemar limbah dari negara maju seperti Amerika Serikat yang sebenarnya kurang cocok kondisinya. Penelitian ini menghasilkan nilai satuan beban pencemar limbah untuk berbagai jenis hewan ternak baik untuk per-kg berat ternaknya ataupun limbah per-ekor hewan ternak acuan yang berdasarkan berat rata-rata populasi untuk berbagai jenis hewan ternaknya. Metode penelitian yaitu dimulai dengan melakukan inventarisasi dan identifikasi tipologi sumber pencemar yang kemudian melakukan pengukuran langsung limbah untuk berbagai jenis hewan ternak pada lokasi yang mewakili tipologi jenisnya. Sebagai hypothesis, nilai satuan beban pencemar limbah hewan ternak yang ada di negara maju kurang cocok untuk diadopsi sepenuhnya dikarenakan perbedaan berat hewan ternak, makanan serta pengelolaan limbahnya. Hasil penelitian mendapatkan besaran potensi nilai satuan beban pencemar limbah hewan ternak dipengaruhi oleh; jenis makanan dan pola pengelolaan limbahnya, dan selanjutnya dalam hitungan potensi beban pencemaran efektif yang akan masuk ke badan air penampung seyogianya memperhitungkan pengaruh musim. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa nilais atuan beban pencemar ternak dan metode perhitungan potensi beban pencemar sesuai dengan tipologi hewan ternak dan pengelolaannya dapat digunakan di seluruh Indonesia."
Lengkap +
Bandung: Badan penelitian dan pengembangan Kementerian pekerjaan Umum, 2014
620 JSDA 10:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library