Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachman Surjani W.N.
"Tiap masjarakat dinegeri mana sadja dan dari waktu apapun akan mempunjai tjiri-tjiri jang chusus. Tjiri-tjiri ini dapat kita kenal kembali melalui berbagai penjelidikan. Dalam hal ini lapangan kesusastraan dapat memberi sumbangan jang tidak ketjil didalam usaha untuk menghadirkan tjiri-tjiri atau watak itu kedalam kenjataan. Watak dan sifat masjarakat, suka-duka, kehidupan kepertjajaan, adat istiadat dan segala aktivitas kemasjarakatan dapat disalurkan melalui bidang ini. Begitu achirnja kita sampai pada suatu kesimpulan, suatu dalil jang dikemukakan oleh Hudson bahwa sastra itu adalah tjermin daripada kehidupan masjarakat atau djuga dikatakannja sebagai kritik terhadap suatu kehidupan masjarakat. Dengan sendirinja sebagai tjermin atau kritik kehidupan, kesusastraan mempunjai hubungan erat dengan masjarakat disekitarnja. Perubahan didalam susunan masjarakat, mengakibatkan suatu perubahan dan merupakan pula suatu bahan baru didalam pernjataan sastra. Bila bentuk_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1969
S10893
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Nurhayati
"ABSTRACT
Sumber data penelitian ini adalah Au Soleil karya Guy de Maupassant. Karya ini adalah sebuah cerita perjalanan.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa bab-bab yang menceritakan perjalanan tokoh Aku di Aljazair dalam Au Soleil (bab ke-3 sampai bab ke-9), baik yang menggunakan nama tempat maupun nama tokoh sebagai judul, sama-sama menampilkan warna lokal Aljazair pada akhir abad ke-19.
Pendekatan yang digunakan untuk meneliti karya ini adalah pendekatan struktural yang ditunjang oleh teori Roland Barthes mengenai hubungan sintagmatik dan paradigmatik, teori William Henry Hudson mengenai pengelompokan latar, serta teori M.F. Schmitt dan A. Viala mengenai sekuen.
Penelitian diawali dengan penyusunan sekuen. Jumlah sekuen yang ditemukan sangat banyak.. Jumlah ini bertolak belakang dengan Fungsi Utama yang singkat. Melalui Fungsi Utama beserta bagannya nampak bahwa keistimewaan Au Soleil terletak pada katalisatornya.
Sekuen-sekuen katalisator dikelompokkan dalam sekuen-sekuen yang menonjolkan warna lokal Aljazair, meliputi gambaran tempat dan masyarakat. Kedua gambaran ini, yang disusun berurutan berdasarkan bab-bab yang menceritakan Aijazair, berjumlah seimbang. Jumlah ini menunjukkan bahwa kedua gambaran ini sama-sama dominan dalam pengelompokan sekuen. Hal ini memperlihatkan bahwa bab-bab yang menceritakan Aijazair sama-sama menampilkan warna lokal Aijazair pada akhir abad ke-19.
Analisis berikutnya, latar dan tokoh, menunjukkan bahwa latar ruang, yang terbagi dalam latar fisik dan sosial, berperan penting dalam menampilkan warna local. Latar waktu dan tokoh, meski kurang menonjol, turut menunjang warna lokal yang dikemukakan dalam latar ruang.
Selain mengemukakan warna lokal, latar ruang memperlihatkan perbedaan antara bab-bab yang berjudul nama tempat dan tokoh. Berbeda dengan bab-bab lainnya, yang menonjolkan latar fisik dan sosial, bab ke-5, satu-satunya bab yang berjudul nama tokoh (Bou-Amama), merupakan bab yang sangat sedikit menggambarkan latar fisik. Bab ke-5 lebih menonjolkan Bou-Amama dan pergerakan masyarakat Arab. Bab ini terletak di tengah karena merupakan fokus cerita Au Soleil. Cerita di dalamnya mendorong tokoh Aku, yang melakukan perjalanan di Aljazair, berkunjung ke sana. Karena bab ini menonjolkan gambaran Bou-Amama dan masyarakat Arab, bab ini diberi judul nama tokoh.
Penelitian di atas membuktikan bahwa warna lokal Aijazair ditemukan di seluruh bab yang mengisahkan perjalanan tokoh Aku, meski terdapat perbedaan di antara bab-bab tersebut.

"
1999
S14262
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian R.T.L. Syam
"Sastra sebagai cerminan kondisi masyarakat tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan. Saat ini ada banyak karya sastra yang mengangkat kebudayaan dalam sastra dengan tema kedaerahan. Salah satunya adalah cerpen “Rambu Solo’” karya Sulfiza Ariska. Cerpen tersebut mampu memberikan gambaran yang baik mengenai upacara Rambu Solo’ sebagai kebudayaan masyarakat Toraja yang masih dilakukan hingga saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan warna lokal dan representasi sistem kepercayaan aluk todolo masyarakat Toraja dalam cerpen “Rambu Solo’” karya Sulfiza Ariska. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerpen “Rambu Solo’” karya Sulfiza Ariska memuat beberapa hal terkait warna lokal. Pertama, adanya penggunaan nama diri yang mengacu pada hari dan tempat kelahiran, serta bentuk panggilan yang digunakan masyarakat Toraja. Kedua, cerpen “Rambu Solo’” bertema proses perjuangan keluarga Raiya untuk menyelenggarakan upacara Rambu Solo’ bagi Ambe. Ketiga, latar tempat dalam cerpen adalah Tongkonan, sumbung, dan dapur. Selain itu, warna lokal juga ditunjukkan dengan adanya motivasi masyarakat Toraja saat mempersembahkan hewan ternak dalam Rambu Solo’, mata pencarian, prosesi pemakaman dalam Rambu Solo’, dan makna ukiran bagi masyarakat Toraja. Representasi sistem kepercayaan aluk todolo dalam cerpen “Rambu Solo’” dihadirkan melalui adanya objek penyembahan, pokok ajaran aluk, dan hukum dalam aluk todolo.

Literature as a reflection of the condition of society cannot be separated from culture. Currently there are many literary works that raise culture in literature with regional themes. One of them is the short story “Rambu Solo’” by Sulfiza Ariska. The short story is able to provide a good picture of the ceremony Rambu Solo’ as a Toraja culture which is still practiced today. This study aims to explain the local color and representation of the belief system of aluk todolo people of Toraja in the short story “Rambu Solo’” by Sulfiza Ariska. This study uses a qualitative descriptive method with a sociology of literature approach. The results showed that the short story “Rambu Solo’” by Sulfiza Ariska contained three things related to local colors. First, there is the use of self-names that refer to the day and place of birth, as well as the form of calling used by the Toraja people. The short story “Rambu Solo’” is themed on the process of the Raiya family's struggle to hold a ceremony Rambu Solo’ for Ambe. Second, the setting in the short story is Tongkonan, sumbung, and the kitchen. Third, the local color is also shown by the motivation of the Toraja people when offering livestock in the ceremony Rambu Solo’, livelihood, funeral processions in the ceremony Rambu Solo’, and the meaning of carving for the Toraja people. Representation belief system aluk todolo in the short story “Rambu Solo’” presented through their object of worship, the basic teachings of aluk and the law in aluk todolo."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aga Daruwiranda
"Penelitian ini membahas warna lokal tradisi budaya karapan sapi di Madura. Korpus penelitian ini adalah cerita pendek Sapi-Sapi Karapan karya Zainal A. Hanafi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeksipsikan karapan sapi dalam cerpen Sapi-Sapi Karapan karya Zainal A. Hanafi menjadi identitas budaya masyarakat Madura, (2) mengungkapkan warna lokal serta keunikan yang terjadi dalam cerpen Sapi-Sapi Karapan karya Zainal A. Hanafi, dan (3) menjelaskan aspek budaya dan ekonomi tokoh utama mempengaruhi warna lokal sehingga terjadi transformasi budaya serta menemukan solusi untuk permasalahan yang ada. Penelitian ini menggunakan metode penelitian gabungan, yaitu kualitatif dan deskriptif. Penelitian ini menggunakan studi pustaka. Teori yang digunakan bersumber dari beberapa ahli berupa struktur dalam (intrinsik), yaitu penokohan dan latar; struktur luar (ekstrinsik) warna lokal dan kajian intertekstual sebagai media untuk mengkaji warna lokal berupa identitas budaya, yaitu karapan sapi di Madura dalam aspek budaya dan ekonomi serta keterkaitannya sehingga terjadi transformasi budaya karapan sapi dalam cerpen Sapi-Sapi Karapan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tradisi karapan sapi merupakan budaya yang mengungkapkan jati diri masyarakat Madura sesuai gambaran dalam cerpen Sapi-Sapi Karapan. Tradisi tersebut patut dilestarikan, namun dengan beberapa catatan yang akan dibahas pada penelitian ini.

This study discusses the local color of the karapan sapi cultural tradition in Madura. The corpus of this research is the short story Sapi-Sapi Karapan by Zainal A. Hanafi. This study aims to (1) describes the karapan sapi in the short story Sapi-Sapi Karapan by Zainal A. Hanafi to become the cultural identity of the Madurese community, (2) reveal the local color and uniqueness that occurs in the short story Sapi-Sapi Karapan by Zainal A. Hanafi, and (3) explains the cultural and economic aspects of the main character influencing local colors so that cultural transformation occurs and finds solutions to existing problems. This study used a combined research method, namely qualitative and descriptive. This study used library research. The theory used comes from several experts in the form of internal structure (intrinsic), namely characterization and setting; the external structure (extrinsic) of local colors and intertextual studies as a medium to study local colors in the form of cultural identity, namely karapan sapi in Madura in cultural and economic aspects and their relationship so that there is a cultural transformation of karapan sapi in the short story Sapi-Sapi Karapan. Based on the results of the study, it can be concluded that the karapan sapi tradition is a culture that expresses the identity of the Madurese community according to the description in the short story Sapi-Sapi Karapan. This tradition should be preserved, but with some notes that will be discussed in this study."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aga Daruwiranda
"Penelitian ini membahas warna lokal tradisi budaya karapan sapi di Madura. Korpus penelitian ini adalah cerita pendek Sapi-Sapi Karapan karya Zainal A. Hanafi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeksipsikan karapan sapi dalam cerpen Sapi-Sapi Karapan karya Zainal A. Hanafi menjadi identitas budaya masyarakat Madura, (2) mengungkapkan warna lokal serta keunikan yang terjadi dalam cerpen Sapi-Sapi Karapan karya Zainal A. Hanafi, dan (3) menjelaskan aspek budaya dan ekonomi tokoh utama mempengaruhi warna lokal sehingga terjadi transformasi budaya serta menemukan solusi untuk permasalahan yang ada. Penelitian ini menggunakan metode penelitian gabungan, yaitu kualitatif dan deskriptif. Penelitian ini menggunakan studi pustaka. Teori yang digunakan bersumber dari beberapa ahli berupa struktur dalam (intrinsik), yaitu penokohan dan latar; struktur luar (ekstrinsik) warna lokal dan kajian intertekstual sebagai media untuk mengkaji warna lokal berupa identitas budaya, yaitu karapan sapi di Madura dalam aspek budaya dan ekonomi serta keterkaitannya sehingga terjadi transformasi budaya karapan sapi dalam cerpen Sapi-Sapi Karapan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tradisi karapan sapi merupakan budaya yang mengungkapkan jati diri masyarakat Madura sesuai gambaran dalam cerpen Sapi-Sapi Karapan. Tradisi tersebut patut dilestarikan, namun dengan beberapa catatan yang akan dibahas pada penelitian ini.
This study discusses the local color of the karapan sapi cultural tradition in Madura. The corpus of this research is the short story Sapi-Sapi Karapan by Zainal A. Hanafi. This study aims to (1) describes the karapan sapi in the short story Sapi-Sapi Karapan by Zainal A. Hanafi to become the cultural identity of the Madurese community, (2) reveal the local color and uniqueness that occurs in the short story Sapi-Sapi Karapan by Zainal A. Hanafi, and (3) explains the cultural and economic aspects of the main character influencing local colors so that cultural transformation occurs and finds solutions to existing problems. This study used a combined research method, namely qualitative and descriptive. This study used library research. The theory used comes from several experts in the form of internal structure (intrinsic), namely characterization and setting; the external structure (extrinsic) of local colors and intertextual studies as a medium to study local colors in the form of cultural identity, namely karapan sapi in Madura in cultural and economic aspects and their relationship so that there is a cultural transformation of karapan sapi in the short story Sapi-Sapi Karapan. Based on the results of the study, it can be concluded that the karapan sapi tradition is a culture that expresses the identity of the Madurese community according to the description in the short story Sapi-Sapi Karapan. This tradition should be preserved, but with some notes that will be discussed in this study.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian R.T.L. Syam
"Sastra sebagai cerminan kondisi masyarakat tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan. Saat ini ada banyak karya sastra yang mengangkat kebudayaan dalam sastra dengan tema kedaerahan. Salah satunya adalah cerpen “Rambu Solo’” karya Sulfiza Ariska. Cerpen tersebut mampu memberikan gambaran yang baik mengenai upacara Rambu Solo’ sebagai kebudayaan masyarakat Toraja yang masih dilakukan hingga saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan warna lokal dan representasi sistem kepercayaan aluk todolo masyarakat Toraja dalam cerpen “Rambu Solo’” karya Sulfiza Ariska. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerpen “Rambu Solo’” karya Sulfiza Ariska memuat beberapa hal terkait warna lokal. Pertama, adanya penggunaan nama diri yang mengacu pada hari dan tempat kelahiran, serta bentuk panggilan yang digunakan masyarakat Toraja. Kedua, cerpen “Rambu Solo’” bertema proses perjuangan keluarga Raiya untuk menyelenggarakan upacara Rambu Solo’ bagi Ambe. Ketiga, latar tempat dalam cerpen adalah Tongkonan, sumbung, dan dapur. Selain itu, warna lokal juga ditunjukkan dengan adanya motivasi masyarakat Toraja saat mempersembahkan hewan ternak dalam Rambu Solo’, mata pencarian, prosesi pemakaman dalam Rambu Solo’, dan makna ukiran bagi masyarakat Toraja. Representasi sistem kepercayaan aluk todolo dalam cerpen “Rambu Solo’” dihadirkan melalui adanya objek penyembahan, pokok ajaran aluk, dan hukum dalam aluk todolo.

Literature as a reflection of the condition of society cannot be separated from culture. Currently there are many literary works that raise culture in literature with regional themes. One of them is the short story “Rambu Solo’” by Sulfiza Ariska. The short story is able to provide a good picture of the ceremony Rambu Solo’ as a Toraja culture which is still practiced today. This study aims to explain the local color and representation of the belief system of aluk todolo people of Toraja in the short story “Rambu Solo’” by Sulfiza Ariska. This study uses a qualitative descriptive method with a sociology of literature approach. The results showed that the short story “Rambu Solo’” by Sulfiza Ariska contained three things related to local colors. First, there is the use of self-names that refer to the day and place of birth, as well as the form of calling used by the Toraja people. The short story “Rambu Solo’” is themed on the process of the Raiya family's struggle to hold a ceremony Rambu Solo’ for Ambe. Second, the setting in the short story is Tongkonan, sumbung, and the kitchen. Third, the local color is also shown by the motivation of the Toraja people when offering livestock in the ceremony Rambu Solo’, livelihood, funeral processions in the ceremony Rambu Solo’, and the meaning of carving for the Toraja people. Representation belief system aluk todolo in the short story “Rambu Solo’” presented through their object of worship, the basic teachings of aluk and the law in aluk todolo."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Indi Mutiara Saniyah
"Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keunikan budaya. Salah satu keunikan budaya di Kalimantan Selatan adalah adat istiadatnya yang berkaitan dengan upacara adat dan ritual. Dalam karya sastra, kedua unsur kedaerahan tersebut disebut sebagai warna lokal yang diharapkan dapat menggambarkan latar belakang dan refleksi pengarang terhadap dunia di sekitarnya. Oleh karena itu, penelitian ini membahas warna lokal upacara Aruh dan ritual Balian; sistem kepercayaan masyarakat; dan penempatan leluhur dalam cerita pendek Perempuan Balian karya Sandi Firly yang dimuat dalam Cerita Pendek Pilihan Kompas 2012 Laki-laki Pemanggul Goni. Buku tersebut dijadikan sebagai sumber data penelitian yang diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara pada tahun 2013. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dengan pendekatan sosiologi sastra. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa warna lokal upacara Aruh diselenggarakan setelah panen padi dan ritual Balian sebagai ritual untuk menyembuhkan orang sakit. Upacara Adat dan ritual tersebut juga menggambarkan atau dipengaruhi pengarangnya yang berasal dari Kalimantan.

South Kalimantan is one of the provinces in Indonesia which has its own unique culture. One of the uniqueness of culture in South Kalimantan is its customs related to traditional ceremonies and rituals. In literary works, these two regional elements are referred to as local colors which are expected to describe the author's background and reflection on the world around him. Therefore, this study will discuss the local colors of the Aruh Ceremony and Balian ritual in the short story Women Balian by Sandi Firly. This study uses the short story Women Balian by Sandi Firly, which was published in the 2012 short story Kompas Choice Burlap Boy and published by PT Kompas Media Nusantara in 2013 as a data source. This research uses literature study method and sociology of literature approach. The results of this study indicate that the local color of the Aruh ceremony is carried out after the rice harvest and the Balian ritual as a ritual to heal the sick. The traditional ceremonies and rituals also describe or are influenced by the author who comes from Kalimantan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Norman Mahardhika
"Skripsi ini membahas novel Punakawan Menggugat yang dikarang oleh Ardian Kresna. Pengarang menggunakan dasar kebudayaan Jawa dan konsep cerita pewayangan untuk menyampaikan pandangan tentang nilai-nilai kehidupan yang ideal. Novel ini menampilkan simbol-simbol yang terdapat dalam dunia pewayangan dan maknanya terhadap kehidupan manusia. Punakawan Menggugat juga menyediakan intisari ajaran Kejawen sebagai bahan renungan cerita. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural untuk melihat aspek intrinsik karya sastra dan pendekatan sosiologi sastra untuk melihat warna lokal dan nilai-nilai yang terkandung dalam novel Punakawan Menggugat. Selain itu, penelitian ini juga meninjau karakteristik cerita wayang yang diangkat oleh pengarang.

This undergraduate thesis discusses about the novel Punakawan Menggugat by Ardian Kresna. The author used the Javanese cultural basis and the concept of puppet stories to present the insight about an ideal values of life. The novel shows the symbols in the puppet world and their meanings to human’s life. Punakawan Menggugat also provides the essence of Kejawen teachings as the reflection of the story. This study uses a structural approach to see the intrinsic aspects and a sociological approach to see the local colours and values in the novel Punakawan Menggugat. Furthermore, this study also observes the characteristics of the puppet stories that were raised by the author.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57387
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library