Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ginting, Siti Kusyiah
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang beberapa faktor yang mempengaruhi pemakaian IUD di Indonesia yang memungkinkan kita untuk mengetahui siapa pemakai IUD itu, Jika kita mengetahuinya dengan jelas tentu kita dapat menentukan segmentasi sasaran untuk: peningkatan pemakaian IUD pada masa yang akan datang. Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dati analisis deskriptif dan inferensial dengan model regresi logistik biner. Data yang dignnakan adalab data SDKI 2007, dengan unit analisis wanita kawin usia 15-49 tahun yang memakai seluruh alat/cara kontrnsepsi. Dari basil penelitian inl kita dapat mengenali, temyata pemakai IUD di Indonesia adalah : 1. W.anita yang tamat SLTA keatas kecenderungannya memakai IUD 2,89 kali wanita yang berpendidikan SLTP. 2. Wanita kelompok umur 35-49 kecenderungannya memakai IUD 2,69 kali wanita umur 25-34 tahun. 3. Wanita yang punya anak masih hidup I orang kecenderungannya memakai IUD 0,49 kali wanita yang punya anak masih bidup z,J orang. 4. Wan.ita yang tidak ingin menambah anak Jagi kecenderungannya memakai IUD 2,72 kali wanita yang ingin punya anak lagi, 5. Wanita yang tinggal di pekotaan kecenderungannya memekala IUD 2,26 kali wanita yang tinggal di pedesaan 6. Wanita yang bekerja kecenderungannya memakai IUD 1,72 kali wanita yang tidak bekerja 7. Wanita yang bekerja sebagai tenaga profesional kecenderungannya memakai IUD 3.0& kali wanita yang tidak bekerja dan yang beketja sebagai tenaga sales kecenderungannya 1, 74 kali wanita yang tidak bekerja. Dan hal yang tidak kalah pentingaya untuk diketahui bahwa pengaruh jumlah anak masih hidup terbadap peluang pemakaian IUD, tidak tergantung tingkat pendldikan dan peluang pemakaian IUD pada wanita yang bekerja sebagai tenaga usaha pertanian bempir sama peluangnya dengan wanita yang tidak bekerja.
This thesis discusses factors influencing the use of IUD in Indonesia in order to determine the segmentation target of WD users in order to increase the number of iUD users in the future. The method of analysis is descriptive analysis and inferential statistics of Logistic Binary Regressions. The data used is the 2007 Indonesia Demographic and Health Survey on the sample of 15-49 yearn old of married women who currently use contraceptives. From the results of this study we can identify that 1. Women with SLTA and higher education are more likely {2,89 times) to use IUD than women with SLTP education. 2. Women aged 35-49 years are more likely {2,69 times) to use IUD than women aged 25-34 years. 3. Women with I child still alive are less likely (0,49 times) to use IUD lower than women with 2-3 children still alive. 4. Women who desire more children are more likely (2,72 times) to use IUD than women who do not desire more children. 5. Women who live in urban areas are more likely (2.26 times) to use IUD than women who live in rural areas. 6. Women who work are more likely (1.72 times) to use IUD than women who do not work 7. Women who work as professionals are more likely (3.08 times) to use IUD than women who do not work; women who work as sales workers tend to use IUD, 1. 74 times more likely than women who do not work. Two interesting findings from this study are: the influence of the number of children still alive on using IUD does not depend on education level the tendency of women who work in agriculture sector to use IUD are the same with the women who do not work.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T31635
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Firdawati
Abstrak :
Penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan cenderung mengalami penurunan, sedangkan di pedesaan sebaliknya, disisi lain jumlah penduduk di wilayah perkotaan semakin banyak, dan lebih mudah memiliki akses terhadap informasi, fasilitas kesehatan, dan transportasi, selain tingkat pendidikan dan status ekonomi yang juga lebih tinggi dibanding pedesaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor penggunaan kontrasepsi modern dan faktor apa paling dominan serta menganalisis dan memberikan rekomendasi kebijakan berbasis bukti untuk meningkatan penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan dan pedesaan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder SKAP KKBPK tahun 2019 yang dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan menelaah dokumen kebijakan dan menganalisis kebijakan peningkatan penggunaan kontrasepsi modern. Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh variabel independen berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan dan pedesaan kecuali kepemilikan jaminan kesehatan (p-value=0,370) untuk di perkotaan, dan variabel pengetahuan KB (p-value=0,066) dan kepemilikan jaminan kesehatan (p-value=0,347) untuk di pedesaan. Hampir seluruh variabel juga merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi modern baik di perkotaan dan pedesaan, kecuali keterpaparan sumber informasi melalui media dan institusi serta kepemilikan jaminan kesehatan untuk di perkotaan, dan variabel pengetahuan KB, keterpaparan sumber informasi melalui institusi dan kepemilikan jaminan kesehatan untuk di pedesaan. Hasil analisis kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan penggunaan kontrasepsi modern, pada perumusan kebijakan masih belum menggambarkan secara jelas kebijakan yang berdasarkan segmentasi sasaran dan wilayah terutama di perkotaan dan pedesaan yang memiliki karakteristik yang berbeda. Dalam pelaksanaanya juga masih ada kendala dalam pemenuhan kuantitas, persebaran dan kapasitas tenaga lini lapangan terutama penyuluh KB yang menjadi ujung tombak program KB. Disisi lain belum semua pihak dapat menerima program KB karena bervariasinya komitmen pelaksana kebijakan di wilayah tertentu dan masih adanya hambatan sosial dan budaya. Selain itu belum optimalnya pelaksanaan komunikasi kebijakan dan masih adanya anggapan program KB hanya tanggung jawab BKKBN mempengaruhi peningkatan penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan dan pedesaan. Adapun rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil penelitian adalah perlu merumuskan kembali pada beberapa kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan penggunaan kontrasepsi modern dan memperkuat strategi komunikasi yang efektif menurut segmentasi sasaran dan wilayah. ......The use of modern contraceptives in urban areas tends to decrease, while in rural areas it is the opposite, on the other hand, the population in urban areas is more numerous, and has easier access to information, health facilities, and transportation, in addition to higher levels of education and economic status than rural areas. The purpose of this study was to determine the relationship between the factors of modern contraceptive use and the most dominant factors and to analyze and provide evidence-based policy recommendations to increase the use of modern contraceptives in urban and rural areas. This study is a quantitative study using secondary data from SKAP KKBPK in 2019 which is complemented by qualitative research by reviewing policy documents and analyzing policies to increase the use of modern contraceptives. The results showed that almost all independent variables were associated with modern contraceptive use in urban and rural areas except ownership of health insurance (p-value=0.370) for urban areas, and family planning knowledge variables (p-value=0.066) and ownership of health insurance (p-value=0.347) for rural areas. Almost all variables are also the most dominant factors affecting modern contraceptive use in both urban and rural areas, except exposure to information sources through media and institutions and ownership of health insurance for urban areas, and variables of family planning knowledge, exposure to information sources through institutions and ownership of health insurance for rural areas. The results of the analysis of policies related to increasing the use of modern contraceptives, in the formulation of policies still do not clearly describe policies based on target segmentation and areas, especially in urban and rural areas that have different characteristics. In its implementation, there are still obstacles in fulfilling the quantity, distribution and capacity of field personnel, especially family planning extension workers who are the spearhead of the family planning program. On the other hand, not all parties can accept the KB program because of the varying commitment of policy implementers in certain areas and the existence of social and cultural barriers. In addition, the implementation of policy communication has not been optimal and there is still an assumption that the family planning program is only the responsibility of BKKBN affecting the increase in the use of modern contraceptives in urban and rural areas. The policy recommendations based on the research results are the need to reformulate some policies related to increasing the use of modern contraceptives and strengthening effective communication strategies according to target segmentation and region.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Melani
Abstrak :
Latar belakang: Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan. Ibu yang melahirkan dengan ditolong tenaga kesehatan maupun yang ditolong dengan tenaga non kesehatan dapat mengalami komplikasi. Komplikasi akan semakin berat yang dapat menyebabkan kematian ibu jika dalam proses persalinan ibu tidak ditolong oleh tenaga kesehatan. Provinsi Jawa Barat sebagai provinsi dengan jumlah penduduk paling banyak di Indonesia juga mempunyai permasalahan tentang kesehatan terutama terkait dengan jumlah kematian ibu yang menduduki peringkat paling tinggi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan yang mempengaruhi seorang wanita kawin dalam pemanfaatan penolong persalinan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan waktu pengambilan data secara cross sectional. Data yang digunakan adalah data sekunder Survei Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2019 dengan sampel penelitian adalah wanita kawin umur 15-54 tahun yang pernah melahirkan anak lahir hidup pada tahun 2019 sebanyak 15.247 individu yang dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat dengan model regresi logit. Hasil: Determinan faktor predisposisi (umur ibu, tingkat pendidikan ibu, tingkat pendidikan suami, status pekerjaan ibu, status pekerjaan suami, jumlah anak dan pengobatan sendiri) yang berhubungan signifikan dengan pemanfaatan penolong persalinan di Provinsi Jawa Barat adalah umur ibu, jumlah anak, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu dan pengobatan sendiri sedangkan determinan faktor pemungkin (status ekonomi, wilayah tempat tinggal, kepemilikan tabungan, kepemilikan jaminan kesehatan, kepemilikan media elektronik, status kepemilikan rumah dan akses ke internet) yang berhubungan signifikan dengan pemanfaatan penolong persalinan di Provinsi Jawa Barat adalah status ekonomi, kepemilikan jaminan kesehatan, status kepemilikan rumah dan akses ke internet. Kesimpulan: Variabel yang paling dominan berhubungan pemanfaatan penolong persalinan di Provinsi Jawa Barat adalah jumlah anak dimana nilai OR = 3,632 dengan nilai P=0,000 dan 95% CI = 3,163-4,169 di tahun 2019. Saran: peningkatan pemahaman kesehatan bagi reproduksi remaja terkait umur tidak berisiko hamil dan dan risiko melahirkan terlalu sering serta komplikasi yang menyertai terutama untuk pengendalian kehamilan terlalu muda, digitalisasi buku KIA agar memudahkan dalam pemantauan kesehatan ibu hamil. ......Background: Complications and deaths of mothers and newborns mostly occur in the period around delivery. Mothers who give birth assisted by health workers or who are assisted by non-health workers can experience complications. Complications will be more severe which can cause maternal death if the mother is not assisted in the delivery process by health workers. West Java Province as the province with the most population in Indonesia also has problems regarding health, especially related to the number of maternal deaths which is ranked the highest in Indonesia. This study aims to determine the determinant factors that affect a married woman in the use of birth attendants. Methods: This research is a quantitative research with cross sectional data collection time. The data used is secondary data from the 2019 National Economic Survey (Susenas) with the research sample being married women aged 15-54 years who gave birth to live children in 2019 as many as 15,247 individuals who were analyzed univariately, bivariately and multivariably with the logit regression model. Results: The determinants of predisposing factors (mother's age, mother's education level, husband's education level, mother's employment status, husband's employment status, number of children and self-medication) that were significantly related to the use of birth attendants in West Java Province were maternal age, number of children, level of mother's education, mother's employment status and self-medication while the determinants of enabling factors (economic status, area of ​​residence, savings ownership, health insurance ownership, electronic media ownership, home ownership status and access to the internet) were significantly related to the use of birth attendants in Java Province. West is economic status, health insurance ownership, home ownership status and access to the internet. Conclusion: The most dominant variable related to the use of birth attendants in West Java Province is maternal age where the OR value = 3,576 with P value = 0.000 and 95% CI = 3.227-3.963 in 2019. Suggestions: increasing understanding of reproductive health for adolescents related to age not at risk of pregnancy and and the risk of giving birth too often and the accompanying complications, especially for controlling pregnancies too young, digitizing the KIA handbook to make it easier to monitor the health of pregnant women.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Indriani
Abstrak :
Di Indonesia, jumlah kasus HIV cenderung meningkat setiap tahunnya. Persentase HIV tertinggi terjadi pada kelompok umur 20-49 tahun, di mana kelompok umur tersebut termasuk usia subur dan usia menikah bagi wanita di Indonesia. Selain itu, jumlah kasus AIDS pada ibu rumah tangga berada diurutan kedua. Ibu rumah tangga dapat berisiko tertular HIV/AIDS karena perilaku seksual berisiko dengan pasangannya seperti ketika suami yang terinfeksi HIV/AIDS menularkan kepada istrinya melalui hubungan seks tanpa kondom atau penularan dari suami yang melakukan hubungan seks di luar kemudian berhubungan seks dengan pasangan. Namun, masih terdapat wanita kawin yang tidak dapat menegosiasikan hubungan seksual yang lebih aman dengan pasangannya. Hal ini menjadi perhatian khusus, karena ketika ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV/AIDS hamil maka ia dapat berpotensi menularkan infeksi HIV ke bayinya. Ditambah lagi, saat ini ibu rumah tangga belum menjadi sasaran kunci program HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan wanita kawin dalam menegosiasikan hubungan seksual yang lebih aman untuk mencegah HIV/AIDS di Indonesia berdasarkan analisis data SDKI 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan sampel wanita usia subur (15-49 tahun) yang telah menikah/tinggal bersama dengan pasangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kemampuan wanita kawin dalam menegosiasikan hubungan seksual yang lebih aman adalah pekerjaan, kepemilikan aset, pengambilan keputusan rumah tangga, komunikasi dengan pasangan terkait HIV, perbedaan usia, perbedaan pendidikan, tempat tinggal, dan pengetahuan terkait HIV/AIDS. Sehingga, bentuk intervensi untuk meningkatkan kemampuan wanita kawin dalam menegosiasikan hubungan seksual yang lebih aman dapat mempertimbangkan faktor-faktor tersebut. ......In Indonesia, the number of HIV cases tends to increase every year. The highest percentage of HIV occurs in the age group of 20-49 years, which includes the childbearing age and the age of marriage for women in Indonesia. In addition, the number of AIDS cases among housewives is second. Housewives can be at risk of contracting HIV/AIDS because of risky sexual behavior with their partners, such as when a husband infected with HIV/AIDS transmits it to his wife through unsafe sex or transmission from a husband who has sex outside and then has sex with a partner. However, there are still married women who cannot negotiate safer sex with their partners. This is of particular concern because when a housewife infected with HIV/AIDS becomes pregnant, she can potentially transmit HIV to her baby. Meanwhile, housewives have not become a key target of the HIV/AIDS program. The purpose of this study was to determine of women’s ability to negotiate safer sex to prevent HIV/AIDS in Indonesia based on the 2017 IDHS data analysis. This study used a cross-sectional study design with a sample of women aged 15-49 years old who are married/live together with their spouses. The results of this study indicate that the factors that influence the ability of married women to negotiate safer sex are work, asset ownership, household decision making, communication with partners related to HIV, age differences, differences in education, place of residence, and knowledge related to HIV/AIDS. Thus, the intervention to improve the ability of married women to negotiate safer sex can take these factors into account.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Saputro
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang determinan keinginan menambah anak pada wanita kawin di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Masih adanya perbedaan rata-rata jumlah anak ideal yang diinginkan dengan angka fetilitas total di Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2007 menggambarkan masih tingginya preferensi kelahiran dalam keinginan menambah anak pada wanita kawin. Sehingga dikhawatirkan akan berdampak positif terhadap fertilitas dimasa mendatang khususnya di propiusi ini. Adapun tujuan umum penelitian ini adalah mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan menambah anak ditiJ.Vau dari karakteristik sosial ekonorni dan demografi wanita kawin. Metode analisis yang digunakan terdiri dari analisis deskriptif dan regresi logistik non-hierarki multi faktorial. Data yang dipergunakan adalah data SDKI 2007, dengan obyek penelitian wanita kawin yang telah mempunyai satu anak masih hidup atau lebih, merniliki berkemampuan untuk harnil dan tidak disterilisasi serta bertempat tinggal di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Temuan pada analisis deskriptif menyimpulkan bahwa pada wanita kawin yang bekerja maupun tidak bekerja, semakin banyak anak masih hidup yang dirniliki semakin kurang cenderung untuk menambah anak. Demikian halnya dengan status ekonorni ke!uarga, yang mana semakin tinggi status ekonorni keluarga dimiliki wanita kawin semakin kurang cenderung untuk menambah anak. Namun semakin tinggi tingkat pendidikan wanita kawin kecenderungan untuk menambah anak semakin besar. Wanita kawin di perkotaan kurang cenderung untuk menambah anak dibandingkan dengan yang tinggal di perdesaan. Adapun analisis inferens menyimpulkan bahwa dengan memperhatikan kondisi jumlah anak masih hidup dan status kerja ibu, untuk wanita kawin yang merniliki karakteristik berpendidikan tamat SD, merniliki status ekonomi atas dan menengah, dan tinggal di perkotaan memiliki pengaruh negatif terhadap keinginan menambah anak. Sedangkan wanita kawin yang berumur 15-34 tahun dan yang memiliki riwayat kematian anak memberikan pengaruh positif terhadap keinginan menambah anak. ......This thesis discusses about determinant of willingness to reproduce new baby from marriage women in Province of Bangka Belitung Islands. There is different between average of desired ideal number of children and total fertility in Province ofBangka Belitung in Year of2007. The phenomenon reflects the high birth's preference of willingness to reproduce. It is feared that this case affect positively on fertility rate in the future of the province. The research's aim is to learn the factors that influence willingness to reproduce new baby, reviewed from social-economy characteristics and demographic of marriage women. Methods of analysis are descriptive analysis and multi-factorial non­ hierarchy logistics regression. The data are SDKI 2007, including marriage women research object, the women only has one child or more, the fertile women, non sterilization women and the women live in Province of Bangka Belitung Islands. The findings on descriptive analysis, we can summarize that marriage women, both of working and non working, with more children are living, less likely to reproduce new baby. Similar with working status, based on economic status of family, increasing of economic status of family, less likely to reproduce new baby. However, the higher education of marriage women, more like to reproduce new baby. Compared with urban and rural area, marriage women in rural area reproduces new baby higher than women in urban area. Based on inferential analysis in number of children still living, mother's working status for marriage women which elementary school education status, high and middle economic status and living in urban area, the factors affects negative factor in willingness to reproduce new baby. Meanwhile, marriage women in 15-34 years old who have history in death of her children, the factors affects positively on willingness to reproduce.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T29176
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Fauziyah
Abstrak :
Kehamilan tidak diinginkan memiliki dampak pada kesehatan ibu dan anak. Kehamilan tidak diinginkan meningkatkan risiko konsumsi asam folat tidak adekuat sebelum kehamilan, merokok selama dan setelah kehamilan, terlambat memulai perawatan prenagtal, bayi berat lahir rendah, depresi pascapersalinan, dan kematian neonatal. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional menggunakan data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017. Penelitian ini menggunakan analisis multivariat regresi logistik model faktor risiko yang bertujuan mengetahui pengaruh paritas terhadap kehamilan tidak diinginkan pada wanita usia 15-49 tahun yang menikah atau hidup bersama dengan di kontrol oleh karakteristik individu (usia, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, tempat tinggal). Hasil penelitian menunjukkan wanita yang memiliki paritas 2 anak berisiko 6 kali lebih besar (AOR; 5,4, 95% CI 4,2 - 6,8), paritas 3 anak berisiko 16 kali lebih besar (AOR; 15,7, 95% CI 12,2 - 20,3), wanita yang memiliki paritas >= 4 anak berisiko 27 kali lebih besar (AOR; 27,2, 95% CI 20,7 - 35,9) mengalami kehamilan tidak diinginkan dibandingkan dengan wanita yang memiliki paritas 1 anak, setelah dikontrol oleh usia dan pendidikan.
Unintended pregnancy have both impact on maternal and child health. Unintended pregnancy increase the risk of inadequate consumption of folic acid before pregnancy, smoking during and after pregnancy, late prenatal care, low birth weight, postpartum depression, and neonatal death. This study used a cross-sectional study design using secondary data Indonesia Health and Demographic Survey (IDHS) in 2017. Multivariate logistic regression using model of risk factors aims to determine the effect of parity on unintended pregnancy in women aged 15-49 who married or live together controlled by individual characteristics (age, education, employment, economic status, place of residence). The result showed women who had parity of 2 children at a risk 6 times higher (AOR; 5,4, 95% CI 4,2 - 6,8), parity of 3 children at risk 16 times higher (AOR; 15,7, 95% CI 12,2 - 20,3), women who have parity >= 4 children at risk 27 times higher (AOR; 27,2, 95% CI 20,7 - 35,9) experience an unintended pregnancy compared to women who have parity 1 child, after being controlled by age and education.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Aida Fitria
Abstrak :
Latar belakang: Sumatera Utara merupakan provinsi dengan persentase penggunaan IUD hanya sebesar 2,6%, angka tersebut masih sangat jauh dari target yang ditetapkan dan terjadi penurunan penggunaan kontrasepsi IUD sejak 2019 hingga 2021 di Sumatera Utara. Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan, terlebih Sumatera Utara termasuk provinsi penyangga program KB di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi IUD pada wanita kawin dan tinggal bersama pasangan (15-49 tahun) di Sumatera Utara. Metode: Penelitian menggunakan data sekunder SDKI tahun 2017. Kemudian dilakukan analisis data uji chi-square dan regresi logistik dengan interval kepercayaan 95% untuk menjelaskan kekuatan hubungan antar variabel. Hasil: Cakupan penggunaan kontrasepsi IUD pada wanita kawin dan tinggal bersama pasangan (15-49 tahun) di Sumatera Utara dalam penelitian ini diestimasikan sebesar 4,3%. Hanya paparan internet tentang KB yang memiliki hubungan signifikan secara statistik dengan penggunaan kontrasepsi IUD pada wanita kawin dan tinggal bersama pasangan (15-49 tahun) di Sumatera Utara (AOR=2,46; 95% CI=1,11–5,49). Kesimpulan: Wanita kawin dan tinggal bersama pasangan yang terpapar informasi KB melalui internet memiliki peluang 2 kali lebih besar menggunakan kontrasepsi IUD dibandingkan yang tidak terpapar. Hal tersebut dapat terjadi karena saat ini internet menjadi salah satu kebutuhan dasar yang dimiliki setiap orang dan dapat menyampaikan informasi secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, dengan meningkatkan kampanye kontrasepsi IUD melalui berbagai media di internet diharapkan dapat meningkatkan informasi mengenai kontrasepsi IUD dan penggunaan kontrasepsi IUD. ......Background: North Sumatra is the province with a percentage of IUD use of only 2.6%, this figure is still very far from the target and there has been a decrease in IUD use from 2019 to 2021 in North Sumatra. This condition is very worrying, considering North Sumatra is a buffer province for family planning programs in Indonesia. This study aims to determine the factors that influence the use of IUD in married and cohabiting women (15-49 years) in North Sumatra. Method: This study used secondary data from the 2017 IDHS. Then a data analysis of the chi-square test and logistic regression with 95% confidence intervals was carried out to explain the strength of the relationship between variables. Result: The coverage of IUD use among married and cohabiting women (15-49 years) in North Sumatra in this study was estimated at 4.3%. Only internet exposure to family planning had a statistically significant association with the use of IUD in married and cohabiting women (15-49 years) in North Sumatra (AOR=2.46; 95% CI=1.11–5.49). Conclusion: Married and cohabiting women who are exposed to family planning information by internet have a 2 times greater chance of using IUD than those who are not exposed. This can happen because nowdays the internet is one of the basic needs that everyone has and can convey information effectively and efficiently. Therefore, increasing IUD campaigns through various media on the internet is expected to increase information about IUD and the use of IUD.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library