Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Sinaga, Heppida
"Wanita adalah mahluk sosial yang senang membina hubungan dengan orang lain. Salah satu hubungan intim yang dapat dibina oleh wanita adalah persahabatan. Persahabalan merupakan hubungan yang bersifat sukarela dan tidak ada paksaan unruk berinteraksi dan partisipan berespon secara personal sama sama lain sebagai individu yang unik tanpa antrbut-atribut tertentu. Wanita menghargai persahabatan terutama dengan sesama jenis.
Dalam persahabatan antar wanita kegiatan yang paling banyak dilakukan adalah bercakap-cakap termasuk mengungkapkan diri. Pengungkapan diri merupakan tindakan individu untuk menceritakan berbagai informasi tentang dirinya, baik pikiran, perasaan, dan pengalaman kepada orang lain. Dengan mengungkapkan diri, hubungan persahabatan dapat lebih intim dan wanita juga dapat lebih memahami dirinya dan sahabatnya. Masalah-masalah yang dialaminya dapat dibantu sahabat untuk diselesaikan. Namun demikian pengungkapan diri tidak mudah dilakukan karena memiliki sejumlah rlsiko. Dengan mengungkapkan diri wanita juga bisa mendapat penolakan dari sahabat, konflik, dan putusnya hubungan persahabatan.
Melihat bahwa dalam pengungkapan dirinya wanita dapat memperoleh banyak manfaat, maka penelitian ini bermaksud mengetahui pengungkapan diri wanita dalam persahabatannya dengan sesama wanita yang sampai saat ini masih baik (memberi hasil yang positif). Penelitian ingin mengetahui lebih dalam topik-topik yang diungkapkan wanita dalam persahabatannya dengan sesama wanita, bagaimana topik-topik tersebut diungkapkan; faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengungkapan diri wanita kepada sahabat wanitanya dan hasil-hasil yang diperoleh dari mengungkapkan diri kepada sahabat wanitanya.
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif Dalam pendekatan ini yang ingin dicapai adalah memahami penghayatan subyektif individu. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Penelitian ini melibatkan 4 subyek wanita yang berada pada usia dewasa muda.
Hasil penelitian menunjukkan seperti yang dikemukakan secara teoritis, pengungkapan diri wanita kepada sahabat wanitanya bersifat ?luas? dan ?dalam?. Jadi, wanita tidak hanya mengungkapkan topik-topik yang umum dan superfisial saja kepada sahabat wanitanya tetapi juga mengungkapkan topik-topik pribadi dan rahasia. Atribusi, efek diadik, waktu, rasa suka, definisi tentang hubungan dan kepribadian mempengaruhi pengungkapan diri wanita sehingga wanita dapat mengungkapkan suatu topik atau tidak. Hasil yang subyek peroleh dengan mengungkapkan diri kepada sahabat berguna baik untuk wanita itu sendiri atau persahabatannya. Hasil negatif juga diperoleh dan mengungkapkan diri namun subyek tetap menganggap pengungkapan diri sebagai suatu yang penting dalam persahabatannya dengan sesama wanita.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan mewawancarai sahabat subyek juga. Dapat juga dilakukan penelitian pengungkapan diri wanita dalam persahabatan dengan lawan jenis atau pada persahabatan antar pria. Selain itu perlu dilibatkan subyek dengan latar belakang yang beragam."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2757
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Sara
"Holmes & Rahe (1967) pemah membuat sebuah tabel yang mengurutkan hal-hal apa saja yang dapat membuat orang menjadi stres. Pada tabel tersebut, perceraian merupakan urutan kedua setelah kematian pasangan hidup. Oleh karena itu orang yang bercerai harus segera menyesuaikan dirinya, sehingga orang tersebut dapat segera mengatasi rasa sedih, dan marah, menerima dirinya sendiri, anak-anak dan mantan suaminya, kembali bekeija dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan sekitar, dan Iain-lain masalah yang biasanya timbul setelah perceraian. Adapun masalah-masalah yang biasanya dialami oleh mereka yang bercerai adalah masalah secara psikologis/emosi, dalam mengasuh anak, pelaksanaan tugas-tugas rumah tangga, keuangan, sosial hingga seksual (Hurlock, 1980).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang dialami pada wanita dewasa muda yang berpisah/bercerai. Selain itu ingin dilihat pula gambaran dan dinamika penyesuaian diri mereka setelah berpisah/bercerai. Untuk menjawab tujuan penelitian di atas, maka dilakukan wawancara mendalam terhadap empat orang subyek. Hasil wawancara yang diperoleh akan dianalisis dan diinterpretasi dengan menggunakan teori-teori yang sudah ada. Penyesuaian diri tidak selalu dilakukan setelah terjadi perceraian, mengingat adapula orang yang telah melakukan penyesuaian diri jauh sebelumnya, yaitu pada saat mereka berpisah dengan suaminya (Lasswell & Lasswell, 1987). Oleh karena itu penelitian ini akan menggali penyesuaian diri subyek setelah bercerai, maupun pada subyek yang berpisah lalu bercerai. Adapun subyek penelitian ini adalah wanita yang berpisah/bercerai pada usia dewasa muda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah yang ditemukan pada keempat subyek penelitian adalah masalah secara psikologis/emosi, yaitu subyek merasa sedih dan kecewa karena rumah tangga mereka berakhir dengan perceraian. Selain itu mereka juga merasa kesepian dan kehilangan sejak berpisah bercerai dengan suami mereka. Masalah lain yang ditemukan pada subyek adalah masalah dalam mengasuh anak, masalah dalam hal keuangan, dan sosial. Subyek dalam penelitian ini tidak raengalami masalah dalam pelaksanaan tugas rumah tangga sehari-hari dan pemenuhan kebutuhan seks. Waktu yang diperlukan subyek untuk dapat menyesuaikan diri mereka setelah berpisah^e^cerai adalah bervariasi, antara satu/dua sampai lima tahun, bahkan hingga saat subyek diwawancara. Hal ini disebabkan faktor-faktor tertentu seperti apakah subyek masih mencintai suaminya atau tidak, lama dan kualitas perkawinan subyek, siapakah yang berinisiatif untuk bercerai, pandangan subyek terhadap perceraian, jumlah anak yang dimiliki, apakah subyek bekeija dan mempunyai penghasilan sendiri, dan lain.lain."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
S2701
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carmelia Susanti
2001
S3056
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyastuti Wartono
"Menurut Erikson (1950 dalam Papalia, 1998), tahap yang perlu dilalui oleh seorang individu usia dewasa muda (20-40 tahun) adalah intimacy versus isolation. Individu tersebut memiliki tugas-tugas perkembangannya, salah satunya adalah membentuk hubungan intim. Pada kenyataannya terdapat individu-individu yang tidak pernah berpacaran hingga usia dewasa muda.
Menurut Bird dan Melville (1994), pada umumnya hubungan intim diawali dengan saling ketertarikan fisik antar individu, lalu dilanjutkan dengan proses eksplorasi terhadap hal-hal lain. Dalam menilai kesesuaian karakteristik-karakteristik dirinya dengan orang lain, individu membandingkan penilaian terhadap dirinya sendiri serta penilaian terhadap orang lain. Hasil penilaian individu tentang dirinya sendiri yang mencakup kesadaran tentang siapa dan apa dia dalam berbagai karakteristik merupakan self-concept atau konsep diri (Wayment & Zetlin, 1989 dalam Rice 1999). Selanjutnya keberhasilan individu membina hubungan intim ditentukan pula oleh sejauh mana individu menghargai dirinya sendiri (self-esleem). Kemudian menurut Duffy dan Atwater (2002), dua hal yang menjadi faktor yang berperan dalam pembentukan hubungan intim adalah attachment style dengan orang tua dan self-esteem.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memahami mengapa wanita dewasa muda belum pernah berpacaran, dengan penelaahan lebih dalam mengenai attachment style dengan orang tua dan self-esteem. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data wawancara mendalam. Karena hubungan intim menjadi lebih penting bagi para wanita dibandingkan bagi para pria (Brehm, 1992), maka partisipan dalam penelitian ini adalah tiga orang wanita dewasa muda yang belum pernah berpacaran dan berada dalam rentang usia 20-25 tahun.
Hasil penelitian ini adalah bahwa individu dengan model anxious-ambivalent attachment dan avoidant attachment, disertai dengan self-esteem yang rendah dan konsep diri yang negatif akan menghasilkan kegagalan dalam membentuk hubungan intim. Kekurangan social skills menyulitkan individu dalam berinisiatif untuk membentuk suatu hubungan intim serta mempertahankan hubungan dengan sesama. Namun ternyata individu dengan model secure attachment disertai dengan self-esteem yang tinggi dan konsep diri positif tidak juga berhasil dalam membentuk hubungan intim. Adapun faktor-faktor lain yang turut berkontribusi terhadap keadaan belum pernah berpacaran yang dialami oleh individu ini, seperti terlalu seleksi, terlalu jauh dalam berpikir, dan perfeksionisme."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidwina
2004
S3377
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Femita Berliani P
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan antara body image dan intensi untuk melakukan bedah estetik pada wanita dewasa muda. Masalah ini dianggap penting untuk diteliti karena masih terdapat pro dan kontra mengenai faktor yang mendasari keinginan seseorang untuk melakukan bedah estetik. Ada penelitian yang menyatakan bahwa body image merupakan faktor yang mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan bedah estetik, namun di sisi lain ada penelitian yang mengatakan bahwa body image tidak memiliki kaitan dengan keinginan seseorang untuk melakukan bedah estetik. Namun, berdasarkan studi literatur yang ada menunjukkan bahwa individu yang memiliki body image negatif dimana adanya ketidakpuasan terhadap tubuh cenderung untuk berpikir bagaimana menjadi ideal dan melakukan berbagai cara untuk mencapainya (Melliana, 2006) dan salah satunya adalah bedah estetik. Penelitian kuantitatif ini menggunakan alat ukur MBSRQ-Appearance Scales (MBSRQ-AS) dan alat ukur intensi yang disusun sendiri oleh peneliti untuk pengambilan data, dan pearson correlation dalam analisis data. Partisipan penelitian ini adalah 78 wanita dewasa muda dengan rentang usia 20 hingga 40 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara body image dan intensi bedah estetik.

This study aimed to see whether there is a significant correlation between body image and intention to perform aesthetic surgery in young adult women. This issue is considered important to study because there are pros and cons about factors that underlie the desire for someone to perform aesthetic surgery. There is research which States that body image is a factor influencing the desire for someone to perform aesthetic surgery, but on the other hand there is research which States that body image has no correlation with the desire for someone to perform aesthetic surgery. However, based on existing literature study showed that individuals who have negative body image, in which there is dissatisfaction of the body, tend to think how to be ideal and perform a variety of ways to achieve it (Melliana, 2006) and one of them is aesthetic surgery. This quantitative study using a measuring instrument MBSRQAppearance Scales (MBSRQ-AS) and Intention Scale which were prepared by researcher for collecting data, and using Pearson correlation in the data analysis. The research participants were 78 young adult women with age ranged from 20 to 40 years. The results of this study indicate that there is a significant correlation between body image and intention of aesthetic surgery."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S3661
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virlita Dwi Anggraeni
"Hubungan seksual yang diiakukan oleh wanita dewasa muda didorong oleh anggapan sebagai suatu cara untuk mengekspresikan rasa cinta pada pasangannya , sekaligus sebagai langkah menuju gerbang perkawinan. Namun hubungan seksual yang dilakukan biasanya tidak diikuti oieh usaha-usaha untuk menghindari konsekuensi yang sangat mungkin timbul, salah satunya adalah kehamilan. Terjadinya kehamilan yang sebenarnya tidak diinginkan ini adalah situasi yang sangat sulit bagi seorang wanita. Keputusan yang paling sering diambil adalah aborsi. Sementara masyarakat Indonesia kebanyakan masih bersikap negatif, yang umumnya didasarkan pada keyakinan bahwa janin adalah calon individu dan kelangsungan hidupnya harus dipertahankan semaksimal mungkin. Di Indonesia dibentuk Undang-Undang tentang aborsi yang kenyataannya sangat membatasi perilaku aborsi. Peraturan dalam agama pun melarang dilakukannya aborsi karena merupakan tindakan pembunuhan. Adanya hambatan dari Iingkungan yang kebanyakan melarang aborsi dan konsekuensi negatif lain dari aborsi ( infeksi,pendarahan, dsb), menyebabkan hubungan yang tak sesuai antara elemen-elemen kognitif (disonansi kognitif) pada diri seorang wanita dewasa muda. Hubungan yang tak sesuai ini menurut Festinger (1957), akan mendorong seseorang untuk menguranginya dengan cara merubah kognisi, tingkah laku atau menambah elemen kognitif baru.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran disonansi kognitif pada wanita dewasa muda pelaku aborsi akibat hubungan seksual sebelum menikah, meningkatkah pemahaman mengenai faktor-faktor yang mendorong mereka melakukan aborsi dan upaya untuk mengurangi masalah ini. Penelitian dilakukan dengan cara studi kasus, berupa wawancara mendalam terhadap 4 wanita dewasa muda yang telah melakukan aborsi akibat hubungan seksual sebelum menikah, berusia 21-25 tahun dan berdomisili di Jakarta dan sekitarnya.
Dari penelitian didapatkan bahwa pada umumnya penyebab disonansi kognitif sebagai akibat dan perilaku aborsi sebelum menikah adalah subyek menyadari adanya norma-norma masyarakat dan agama yang melarang seorang wanita melakukan aborsi, khususnya akibat hubungan seksual sebelum menikah (pada inkonsistensi Iogis, nilai-nilai budaya, pendapat umum) dan kesulitan- kesulitan fisik dan mental yang dihadapi subyek ketika dihadapkan pada aborsi (pada pengalaman masa Iaku). Hal ini juga terlihat pada perbedaan tingkat kepentingan elemen-elemen kognitif pada tiap subyek, yang mempengaruhi kadar disonansi kognitif (tinggi atau rendah). Usaha yang dilakukan subyek untuk mengurangi keadaan disonansi ini adalah dengan mengubah elemen kognitif (misalnya mangubah pendapat teman yang tak menyetujui aborsi), tingkah Iaku (misalnya dari yang mulanya berniat meneruskan kehamilan akhirnya melakukan aborsi dan menambah elemen kognitif baru (misalnya mencari dukungan teman-teman ketika akan melakukan aborsi), untuk kembali lagi pada keadaaan yang konsonan.
Sedangkan faktor-faktor penyebab dilakukannya aborsi adalah adanya keinginan untuk melanjutkan pendidikan tanpa adanya hambatan anak maupun perkawinan, ketidaksiapan secara mental dan materi untuk memasuki kehidupan perkawinan, ketakutan terhadap reaksi masyarakat terhadap kehamilannya, rasa takut pada pihak otoritas yaitu orang tua dan adanya paksaan dari orang tua. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2407
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Batari Andi Toja
"ABSTRAK
Penelitian yang dilakukan oleh Jackson dan Sullivan (dalam Kemala, 2000)
menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan pria, wanita lebih
menampilkan ketidakpuasan terhadap tubuhnya sehingga lebih sering
menilai tubuhnya secara negatif dan menganggap penampilan fisik sebagai
hal yang sangat penting. Ketika wanita merasakan adanya ketidakpuasan
terhadap citra tubuhnya, maka akan timbul kecenderungan pada diri wanita
tersebut untuk berusaha mencapai tahap tubuh sempuma dengan melakukan
usaha-usaha yang mampu membeiikan hasil memuaskan walaupun
berpotensi merugikan kesehatan.
Penehtian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara kepuasan citra
tubuh dan perilaku tidak sehat pada wanita dewasa muda dengan rentang
usia 20-40 tahun. Jenis perilaku tidak sehat pada penelitian ini adalah
diet ketat yang tidak seimbang, penggunaan substansi kimia, olah raga
yang berlebihan, dan operasi plastik terhadap bagian-bagian tubuh yang
ingin diubah. Selain itu, peneliti juga ingin melihat berapa besar kontribusi
aspek evaluasi penampilan, aspek orientasi penampilan, aspek evaluasi
kesehatan, aspek orientasi kesehatan, aspek orientasi tentang penyakit, dan
aspek kecemasan gemuk terhadap perilaku tidak sehat tersebut.
Pengukuran terhadap kepuasan citra tubuh dilakukan dengan menggunakan
alat ukur Multidimentional Body-Self Relations Questionnaire yang
dikembangkan oleh Thomas F. Cash pada tahun 1989 (dalam Marina,
1997). Sedangkan alat ukur perilaku tidak sehat disusun oleh penehti
sendiri yang dilakukan berdasarkan hasil elisitasi. Perhitungan terhadap
hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis statistik multiple
regression melalui program SPSS 12.0.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
kepuasan citia tubuh dan perilaku tidak sehat pada wanita dewasa muda.
Namun lebih jauh tidak ditemukan adanya kontribusi aspek -aspek yang
disebutkan di atas terhadap perilaku tidak sehat. Peneliti berasumsi tidak adanya hubungan antara faktor-faktor terkait disebabkan oleh kurangnya
item kuesioner yang mengukur aspek tersebut, di samping subyek
penelitian yang kebanyakan memiliki nilai IMT kekurangan berat badan
tingkat ringan
Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk lebih memperbanyak item
yang mengukur aspek-aspek kepuasan citra tubuh sehingga basil penelitian
dapat memberikan gambaran mengenai hubungan antara kepuasan citra
tubuh dan perilaku tidak sehat secara maksimal. Selain itu juga disarankan
untuk mempertimbangkan nilai IMT yang dimiliki subyek sebagai data
kontrol penelitian."
2004
S2902
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Dwi Suprapti
"ABSTRAK
Dalam hidup, manusia dihadapkan pada berbagai masalah dan tuntutan
yang sifatnya sederhana sampai dengan yang kompleks. Untuk memecahkan
masalah dan tuntutan hidup tersebut, seseorang memiliki berbagai pilihan.
Pilihan-pilihan dalam hidup yang diambil oleh seseorang berbeda-beda. Hal itu
erat kaitannya dengan keunikan individu, seperti: kepribadian, persepsi, proses
pengolahan informasi atau aspek kognitif.
Penelitian ini membahas tentang salah satu proses pengambilan
keputusan dalam hal pribadi yang penting, yaitu pengambilan keputusan dalam
memilih karir. Secara umum, wanita dipandang sebagai pekerja, baik di dalam
maupun di luar rumahnya. Pekerjaan atau karir memungkinkan wanita untuk
melakukan aktivitasnya di luar rumah, memberinya ketersediaan peran yang
jelas, dan imbalan atas jasanya dalam berinteraksi dengan orang lain.
Keunikan proses pengambilan keputusan merupakan salah satu bahasan
yang ingin diketahui lebih lanjut dalam penelitian ini, khususnya tentang
pengambilan keputusan karir pada wanita dewasa muda yang ingin menjadi
jurnalis di media cetak. Menurut Janis & Mann (1977), terdapat lima tahap dalam
proses pengambilan keputusan yaitu: menilai masalah, melihat alternatifalternatif
(mencari informasi), mempertimbangkan alternatif, menetapkan pilihan,
dan menilai ulang keputusan.
Dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan, yaitu kualitatif dan
kuantitatif, untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai proses,
faktor-faktor yang mempengaruhi, dan gaya yang dilakukan seseorang dalam
pengambilan keputusan karir. Pendekatan kualitatif dipilih sebagai pendekatan
yang dominan dalam penelitian ini karena sesuai dengan permasalahan umum
penelitian, yang ingin melihat gambaran proses, faktor-faktor yang
mempengaruhi, dan gaya seseorang dalam pengambilan keputusan karir untuk
menjadi jurnalis melalui wawancara terstruktur. Sedangkan, pendekatan
kuantitatif dipakai untuk melengkapi hasil yang diperoleh dari pendekatan
kualitatif pada jumlah sampel yang lebih besar atau umum. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa tidak semua
subyek dalam penelitian ini mengalami tahap-tahap pengambilan keputusan
berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Janis & Mann (1997) dan Crozier
(2001) dalam memilih untuk berkarir sebagai jurnalis (reporter) di media cetak.
Faktor-faktor yang memberikan pengaruh bagi subyek dalam memutuskan untuk
berkarir sebagai jurnalis tidak terlepas dari faktor yang berasal dari dalam diri
individu (internal), seperti preferensi, emosi, dan keyakinan yang dimiliki. Faktor
yang berasal dari luar diri subyek juga memberikan pengaruh, namun tidak
dominan. Subyek pada umumnya memiliki lebih dari satu macam gaya dalam
melakukan pengambilan keputusan karir sebagai jurnalis, dimana hal tersebut
sangat berkaitan dengan perbedaan individual, situasi, dan masalah yang
dialami."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3404
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>