Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahayuningsih Dharma Setiabudy
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"To determine the differences in mean plasma values of von willebrand factor and platelet agregation in type 2 DM patient with or without peripheral artirial disease...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Mangesti Tjiptoningsih
"Latar Belakang : Radiasi berperan sebagai salah satu modalitas penatalaksanaan perdarahan pada keganasan. Peranan radiasi sebagai hemostatiks sudah lama digunakan namun masih memerlukan studi lebih lanjut untuk mengevaluasi efektivitasnya, serta ilmu pengetahuan terbaru pada penggunaan parameter biologis dalam penilaiannya. Saat ini di Indonesia masih sedikit publikasi kepustakaan yang memfokuskan tentang radiasi hemostatiks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan respon klinis perdarahan berdasarkan skala perdarahan WHO, mengetahui adanya perbedaan rerata kadar von Willebrand Factor (vWF) plasma antara sebelum dan sesudah radiasi, serta mengevaluasi adanya korelasi dari kadar vWF plasma dengan respon penghentian perdarahan menggunakan skala perdarahan WHO pada perdarahan tumor, sebelum dan sesudah diberikan radiasi hemostatiks.
Metodologi : Studi ini menggunakan pre-post study design tanpa pembanding, dilakukan di Departemen Radioterapi RSCM pada pasien yang mengalami perdarahan akibat kanker yang mendapat terapi radiasi hemostatiks serta memenuhi kriteria inklusi sejak September 2013 sampai dengan Februari 2014. Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan vWF plasma dan penilaian klinis skala perdarahan WHO dilakukan sebelum dan sesudah radiasi hemostatiks.
Hasil : Dari total 23 subyek terpilih, terdapat 2 pasien yang meninggal karena perdarahan. Nilai keberhasilan terapi radiasi hemostatiks yang dilakukan pada subyek adalah sebesar 91,3%. Radiasi hemostatiks mampu menurunkan skala perdarahan WHO dari median 3 menjadi median 1 sesudah radiasi dengan nilai p<0,001. Pemberian radiasi hemostatiks meningkatkan kadar vWF plasma secara bermakna dengan perbedaan rerata 12,38 IU/dL (SD 12,75 IU/dL), nilai p=0,001. Terdapat korelasi yang bermakna antara peningkatan kadar vWF plasma sebelum dan sesudah radiasi dengan penurunan skala perdarahan WHO, p=0,019 (R=-0,533).
Kesimpulan : Radiasi hemostatiks terbukti efektif menghentikan perdarahan akibat kanker dan menjadi modalitas pilihan dalam tatalaksana perdarahan akibat kanker. Radiasi mampu menurunkan derajat perdarahan, serta meningkatkan kadar vWF plasma dan terbukti peningkatan vWF plasma berkorelasi bermakna dengan penurunan derajat perdarahan.

Backgorund : Radiation is one of the modality to treat cancer bleeding. Hemostatics irradiation is already known while still need further investigation to evaluate its effectiveness, including its biological parameter. Von Willebrand Factor plasma is already known has major role as initiator of the platelets adhesion in hemostatics. Publication of references in hemostatics irradiation is still infrequent. This study aims to investigate the changes of clinical response based on WHO bleeding scale before and after radiation, also to examine the difference level of vWF plasma before and after radiation, and to search correlation between bleeding scale response to vWF plasma level before and after hemostatics irradiation.
Methods : This study is pre-post study design without control, held in Department of Radiotherapy Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Jakarta in cancer bleeding patients who received hemostatics irradiation according to inclusion criteria, since September 2013-February 2014. Blood samples for vWF examination and clinical scoring for WHO bleeding scale data are taken before and after irradiation.
Result : Overall 23 subjects, including 2 patients died because of the bleeding. The effectiveness of hemostatics irradiation is 91,3%. Radiation hemostatics significantly decrease WHO bleeding scale, from median 3 to median 1, p<0,001. The hemostatics irradiation significantly elevate the level of vWF plasma, mean differences 12,38 IU/dL (SD 12,75 IU/dL), p= 0,001. There is also significant correlation between the decrease of WHO bleeding scale and the elevation level of vWF plasma, p=0,019 (R=-0,533).
Conclussion : Hemostatics radiation is proven effectively to stop the cancer bleeding and chosen modality in treating the cancer bleeding in malignancy. Radiation is clinically able to degrade the bleeding scale, and to elevate the level of vWF plasma. Radiation is also proven significant corelation between elevation of vWF plasma and decrement of bleeding scale.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Arum Satiti
"Latar belakang: Pasien dengan hemofilia dan Von Willebrand (VWD) memiliki risiko infeksi terkait transfusi, salah satunya adalah infeksi hepatitis C (HCV). Skrining darah donor terbaru adalah nucleic acid testing (NAT) dengan window period 3 hari. Berdasarkan rekapitulasi pasien hemofilia dewasa di RS Cipto Mangunkusumo tahun 2012, ditemukan 38% mengalami infeksi HCV dan dua diantaranya sudah didiagnosis dengan sirosis hati. Pengobatan infeksi HCV secara dini dapat menurunkan risiko sirosis hati. Namun saat ini belum ada data mengenai proporsi infeksi HCV pada hemofilia dan VWD anak yang menggunakan NAT dan tidak menggunakan NAT untuk skrining darah donor.
Tujuan: Mengetahui proporsi infeksi HCV pada pasien hemofilia dan VWD anak yang tidak menggunakan skrining NAT dan yang menggunakan skrining NAT.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif yang dilakukan terhadap pasien hemofilia dan Von Willebrand (VWD) anak dengan riwayat transfusi komponen darah. Subyek penelitian dieksklusi bila memiliki riwayat penggunaan jarum suntik bergantian dan ibu dengan riwayat infeksi HCV C. Subyek penelitian dibagi menjadi kelompok tidak menggunakan skrining NAT dan menggunakan skrining NAT. Kemudian dilakukan pemeriksaan anti HCV pada tiap kelompok. Subyek dengan hasil anti HCV reaktif menjalani pemeriksaan HCV RNA. Kemudian dilakukan analisa risiko relatif (RR) antara penggunaan skrining NAT terhadap proporsi infeksi HCV.
Hasil: Studi dilakukan terhadap 108 subyek penelitian mendapatkan proporsi anti HCV reaktif pada kelompok yang tidak menggunakan skrining NAT sebesar 3,3% (3/91) dan pada kelompok yang mengguanakan skrining NAT sebesar 0% (0/17). Analisis hubungan antara penggunaan skrining NAT dan anti HCV reaktif ditemukan hasil RR = 1,034 (IK95% 0,996-1,074) dengan nilai P 0,448 dan kekuatan penelitian 8,3%. Hasil pemeriksaan HCV RNA tidak ditemukan virus pada kedua subyek dengan anti HCV reaktif.
Simpulan: Proporsi anti HCV reaktif pada kelompok dengan riwayat transfusi komponen darah yang tidak menggunakan skrining NAT lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang menggunakan skrining NAT. Namun hasil pemeriksaan HCV RNA tidak ditemukan virus pada seluruh subyek dengan anti HCV reaktif.
Title of the article : Hepatitis C Infection Related to Blood Transfusion in Children with Hemofilia and Von Willebrand Before and After the Implementation of Nucleic Acid Testing as the Method of Blood Donor Screening.

Background: Patient with hemophilia and Von Willebrand (VWD) have an increased risk of acquiring transfusion transmitted infection (TTI). The latest technology of blood donor screening method were using nucleic acid testing (NAT). In 2012, there were 38% of adult with hemophilia acquiring hepatitis C infection in Cipto Mangunkusumo hospital and two of them had developed liver cirrhosis. Early initiation of therapy may prevent the progression of hepatitis C (HCV) infection into liver cirrhosis. Currently, there is no data regarding the incidence of HCV infection in children with hemophilia and VWD before and after the implementation of NAT for blood donor screening.
Aim: To determine the incidence of HCV infection in children with hemophilia and VWD who were not using NAT compares to the one who were using NAT as their blood screening method.
Method: It is a cohort retrospective study of children with hemophilia and VWD with history of blood transfusion. The exclusion criteria were personal history of sharing needle and having mother with history of HCV infection. Subjects were divided into the group of subjects who were using NAT and not using NAT for blood donor screening method. Anti HCV examination were performed on each group. HCV RNA examination were carried out only on subjects with reactive anti HCV result. Relative risk (RR) of using NAT related to the incidence of HCV infection were then calculated.
Results: Study in 108 subjects reported the incidence of reactive anti HCV in a group who were not using NAT around 2% (2/91) compared to other group who were using NAT around 0% (0/17). The association between NAT implementation and the incidence of HCV infection showed RR = 1.022 (CI95% 0.991-1.054) with P value of 0.54 and power of 8.4%. HCV RNA examination showed no virus were found on both subjects with reactive anti HCV.
Conclusion: The incidence of reactive anti HCV was higher in the group who were not using NAT compared to the other group who were using NAT as their blood screening method. However, HCV RNA showed no virus were found on all subjects with reactive anti HCV. It is recommended to consider NAT as screening method due to 3 subjects were found to have history of hepatitis C infection in current study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57611
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library