Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Anggarani Idham
"ABSTRAK
Edema makula diabetik (EMD) merupakan salah satu penyebab utama kebutaan pada pasien diabetes. Saat ini terapi utama pada pasien edema makula diabetik adalah injeksi intravitreal anti VEGF. Pada beberapa keadaan, hal ini menjadi kendala karena 50% pasien yang menjalani rangkaian injeksi intravitreal anti VEGF memiliki edema makula yang refrakter. Vitrektomi pars plana dan internal limiting membran (ILM) peeling diharapkan dapat menjadi alternatif terapi pada EMD refrakter. Penelitian ini bertujuan menilai hasil terapi tindakan vitrektomi dan ILM peeling pada pasien non proliferative diabetic retiopathy (NPDR) dengan EMD refrakter. Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis dengan intervensi single arm. Subjek dengan NPDR dan EMD refrakter menjalani tindakan vitrektomi dan ILM peeling. Nilai ketebalan makula sentral (CMT) dan tajam penglihatan diukur sebelum, 1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan sesudah tindakan. Komplikasi pasca tindakan juga dinilai pada setiap kunjungan yang direncanakan. Rentang usia 62,5 (39-72) tahun, lama menderita diabetes 10 (3-18) tahun, kadar HbA1C 6,4 (5,5 -10,8)%. Nilai CMT sebelum, 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan sesudah tindakan adalah [492,0 (303-895) : 277,5 (97-809) : 264 (147-608) : 264,0 (142-660) µm] (p=<0,001). Tajam penglihatan terbaik adalah [1,02 (0,60-1,30) : 1,04 (0,60-1,70) : 1,06 (0,52-2,00) : 1,04 (0,52-2,00) LogMAR] (p=0,635). Terdapat komplikasi pasca tindakan pada pengamatan bulan kedua meliputi retinal detachment dan macular hole. Pada penelitian ini, tindakan vitrektomi dan ILM peeling pada pasien NPDR dengan EMD refrakter memberikan perubahan CMT yang bermakna. Tidak terdapat perubahan yang bermakna secara statistik pada nilai tajam penglihatan namun mayoritas subjek menunjukkan stabilitas tajam penglihatan.

ABSTRACT
Diabetic macular edema (DME) is one of the leading causes of blindness in diabetic patients. The main therapy of DME, up until now is intravitreal injection of anti-vascular endothelial growth factor (VEGF). In certain situation, medical dilemma appeared as in such circumstances 50% patients that underwent series of intravitreal injection of anti VEGF experienced the refractory DME. Pars plana vitrectomy and internal limiting membrane (ILM) peeling is expected to be an alternative treatment in refractory DME. The aim of this study was to assess the result of vitrectomy and ILM peeling in patients with non-proliferative diabetic retinopathy (NPDR) with refractory DME. This study was a clinical trial with single arm intervention. The patients with NPDR with DME underwent vitrectomy and ILM peeling surgery. The assessment of the central macular thickness (CMT) and the visual acuity was conducted before the treatment and 1 month, 2 months and 3 months after. The complication after the treatment was assessed in each scheduled visit. The average age was 62.5 years old with range of 39-72 years old, the history duration of diabetes mellitus was 10 years (3-18) years, level of HbA1C was 6.4 (5.5-10.8)%. The CMT before treatment, 1 month, 2 months and 3 months after treatment were [492,0 (303-895) : 277,5 (97-809) : 264 (147-608) : 264,0 (142-660) µm] (p=<0,001). The best corrected visual acuity was [1,02 (0,60-1,30) : 1,04 (0,60-1,70) : 1,06 (0,52-2,00) : 1,04 (0,52-2,00) LogMAR] (p=0,635). The recorded complication after the treatment was retinal detachment and macular hole. These complications were found on the 2nd month. This study concluded that there was a significant CMT changes in patients with NPDR and refractory DME who underwent vitrectomy and ILM peeling. There was no statistically significant changes in the visual acuity yet majority of the subjects showed a stable visual acuity after the treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58740
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan mengevaluasi hasil dari beberapa teknik bedah katarak dan implantasi lensa intraokuler (LIO) pada anak, di Jakarta Eye Center, Jakarta, Indonesia. Penelitian ini merupakan studi retrospektif pada 44 penderita anak (57 mata) yang menjalani bedah katarak dan pemasangan LIO. Tiga macam teknik yang dipakai adalah: 1. Ekstraksi katarak ekstrakapsular dan pemasangan LIO dengan kapsul posterior tetap intak, yang dilakukan pada 21 mata (kelompok 1). 2. Ekstraksi katarak ekstrakapsular dan pemasangan LIO dengan kapsuloreksis posterior (PCCC) dan optic capture, yang dilakukan pada 24 mata (kelompok 2). 3. Ekstraksi katarak ekstrakapsular dan pemasangan LIO dengan kapsuloreksis posterior dan vitrektomi anterior serta optic capture, yang dilakukan pada 24 mata (kelompok 3). Seluruh penderita menjalani evaluasi tindak lanjut selama lebih dari 1 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekeruhan kapsul posterior (PCO) terjadi pada 20 mata pada kelompok 1. Semua mata mempunyai aksis visual yang jernih pada kelompok 2, dan terjadi PCO hanya pada 1 mata pada kelompok 3. Kesimpulan : PCCC dengan atau tanpa vitrektomi anterior dan optic capture adalah metoda yang efektif untuk mencegah timbulnya PCO pada bayi atau anak-anak. (Med J Indones 2003; 12: 21-6)

This study evaluated the surgical outcome of various surgical technique in paediatric cataract implant surgery, at Jakarta Eye Center, Jakarta, Indonesia. This was a retrospective study of 57 eyes in 44 children who had primary cataract implants surgery. Three surgical techniques used were : 1. Extracapsular cataract extraction with intraocular lens implantation with intact posterior capsule which was performed on 21 eyes (group 1). 2. Extracapsular cataract extraction with intraocular lens implantation and posterior capsulorhexis (PCCC) and optic capture which was performed on 24 eyes (group 2). 3. Extracapsular cataract extraction with intraocular lens implantation, posterior capsulorhexis and anterior vitrectomy which was performed on 24 eyes (group 3). All patients were followed up more than one year. Our results showed that posterior capsule opacity (PCO) was developed in 20 eyes with intact capsules in group 1. All eyes had a clear visual axis in group 2. PCO developed only in one eye in group 3. In conclusion, PCCC and optic capture with or without anterior vitrectomy are effective methods in preventing PCO in infant and children. (Med J Indones 2003; 12: 21-6)"
Medical Journal of Indonesia, 12 (1) January March 2003: 21-26, 2003
MJIN-12-1-JanMar2003-21
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library