Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Felie Virgayani Kurniawan
Abstrak :
Nanopartikel merupakan senyawa dengan ukuran 1-100nm. Pembuatan nanopartikel dapat dilakukan dengan tiga cara, baik secara kimia, fisika, maupun biologi (green synthesis). Pembuatan nanopartikel secara Green synthesis yang dimediasi oleh tanaman menarik perhatian peneliti karena relatif aman, murah, mudah dilakukan, dan ramah lingkungan. Pembuatan nanopartikel CuCo2O4 sebagai katalis secara green synthesis melibatkan tumbuhan (Vitis Vinifera) pada bagian daunnya. Menggunakan tumbuhan sebagai media sintesis dilpilih karena kandungan fitokimia pada tumbuhan memiliki sifat pereduksi dan agen penstabil. Nanopartikel CuCo2O4 berhasil disintesis dan dapat digunakan sebagai katalis pada reaksi Doebner untuk menghasilkan suatu senyawa derivat quinoline-4-carboxylic acid. Reaksi Doebner melibatkan anilin, asam piruvat dan senyawa aldehid aromatik. Senyawa derivat quinoline-4-carboxylic acid hasil sintesis dikonfirmasi secara KLT, IR, UV-Vis, dan LCMS. Hasil karakterisasi menunnjukkan telah terbentuk senyawa quinoline-4-carboxylic acid yang sesuai. Penggunaan katalis CuCo2O4 menghasilkan produk sebesar 60,30% pada produk 1 ; 77,83% pada produk 2; 19,23% pada produk 3; dam 19,98% pada produk 4. Masing-masing produk dilakukan pengujian antikanker dan diperoleh data IC50<200µg/L yang menunjukkan tingkat sitotoksik yang sedang untuk semua produk hasil sintesis. ......Nanoparticles are compounds with a size of 1-100nm. The manufacture of nanoparticles can be done in three ways, either chemically, physically, or biologically (green synthesis). The production of nanoparticles by means of plant-mediated green synthesis has attracted the attention of researchers because it is relatively safe, inexpensive, easy to perform, and environmentally friendly. Making CuCo2O4 nanoparticles as a catalyst by means of green synthesis involves plants (Vitis Vinifera L) in their leaves. Using plants as a synthesis medium was chosen because the phytochemicals in plants have reduced and stabilizing properties. CuCo2O4 nanoparticles have been successfully synthesized and can be used as a catalyst in the Doebner reaction to produce a quinoline-4-carboxylic acid derivative compound. The Doebner reaction involves aniline, pyruvic acid and aromatic aldehydes. The synthesized quinoline-4-carboxylic acid derivatives were confirmed by TLC, IR, UV-Vis, and LCMS. The characterization results showed that a suitable quinoline-4-carboxylic acid compound had been formed. The use of CuCo2O4 catalyst produces a product of 60.30% in product 1; 77.83% in product 2; 19.23% in product 3; and 19.98% in product 4. Anticancer testing was carried out for each product and IC50<200µg/L data was obtained which indicated a moderate cytotoxic level for all synthesized products.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helmy Mubarak
Abstrak :
Ekstrak biji anggur memiliki kandungan senyawa fenol aktif yang melimpah. Senyawa fenol dalam ekstrak biji anggur memiliki permasalahan penetrasi melalui kulit karena bersifat hidrofilik. Tujuan penelitian ini yaitu membuat fitosom ekstrak biji anggur yang selanjutnya diformulasikan dalam serum untuk memperbaiki permasalahan penetrasi. Fitosom dibuat dalam tiga formula berdasarkan perbandingan massa antara ekstrak dan fosfatidilkolin, yakni 1:0,5; 1:1; dan 1:2, menggunakan metode hidrasi lapis tipis. Fitosom kemudian dikarakterisasi morfologi, distribusi ukuran partikel, potensial zeta dan efisiensi penjerapannya. Formula terpilih selanjutnya diformulasikan ke dalam serum berbasis gel, kemudian dievaluasi. Uji penetrasi secara in vitro dilakukan dengan sel difusi Franz pada sediaan serum fitosom dan serum tanpa fitosom sebagai kontrol. Hasil menunjukkan bahwa fitosom dengan perbandingan 1:1 merupakan formula paling optimal dengan karakteristik bentuk partikel yang sferis, Dmean volume sebesar 4147,83 nm, indeks polidispersitas 0,486, potensial zeta -25,2 mV dan efisiensi penjerapan sebesar 75,01 0,25 . Evaluasi sediaan yang dilakukan menunjukkan serum memiliki karakteristik yang baik. Persentase kumulatif zat terpenetrasi dari sediaan serum fitosom dan non fitosom sebesar 27,25 0,67 dan 11,97 0,49 . Serum fitosom memiliki nilai fluks sebesar 243,11 7,94 ?g/cm2.jam, sementara serum kontrol hanya 68,56 5,54 ?g/cm2.jam. Dapat disimpulkan bahwa serum fitosom ekstrak biji anggur dapat berpenetrasi lebih baik dibandingkan dengan serum tanpa fitosom. ...... Grape seed extract GSE contains abundant phenolic compounds. Phenolic compounds in GSE have an inadequate penetration because they are hydrophilic. The objective of this research was to make GSE phytosome which was then formulated into serum to improve the penetration problem. Phytosomes were prepared in three formulas based on the mass ratio between the extract and the phosphatidylcholine, 1 0.5, 1 1, and 1 2 using a thin layer hydration method. Phytosomes were then characterized in terms of morphology, particle size distribution, zeta potential and their entrappment efficiency. The selected formula was then formulated into a gel based serum, then evaluated. An in vitro penetration study was performed with Franz diffusion cells on phytosomal serum and non phytosomal serum as control. The results showed that the 1 1 ratio was the optimal formula among three with spherical shape, Dmean volume was 4147.83 nm, polydispersity index 0.486, zeta potential 25.2 mV and entrapment efficiency of 75.01 0.25 . The total cumulative phenol penetrated from the phytosomal serum and control were 27.25 0.67 and 11.97 0.49 respectively. The phytosomal serum had a flux value of 243.11 7.94 g cm2.hour, while the control serum was 68.56 5.54 g cm2.hour. It could be concluded that GSE phytosomal serum could penetrate better than non phytosomal serum.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69674
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library