Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eti Rahmawati
Abstrak :
Permasalahan sungai seringkali terjadi pada kelokan sungai. Hal ini berkaitan dengan medan vektor kecepatan yang terjadi di kelokan sungai. Namun, vector kecepatan pada kelokan sungai perlu ditinjau sebagai aliran dua atau tiga dimensi dan hal tersebut membutuhkan suatu metode penyelesaian khusus misalnya dengan menggunakan pemodelan numerik. Salah satu alat bantu yang dapat digunakan untuk mencari medan vektor kecepatan pada aliran dua atau tiga dimensi adalah Program Resource Modelling Associates (RMA) yang berbasis metode elemen hingga yang merupakan salah satu cara penyelesaian dalam pemodelan numerik. Skripsi ini mengkaji mengenai mekanisme program Resource Modelling Associates (RMA) dalam menghasilkan medan vektor kecepatan untuk aliran dua dimensi pada kelokan sungai dengan kedalaman rata-rata dan melakukan perubahan data-data masukan seperti koefisien manning (n), geometri sudut kelokan sungai, posisi lintang sungai (efek gaya Coriolis), dan nilai kinematik eddy viscousity. Verifikasi hasil simulasi model ini didasarkan pada kesesuaiannya dengan teori. Hasil simulasi menunjukan kecepatan sisi dalam kelokan sungai lebih besar daripada sisi luar kelokan sungai karena pengaruh aliran sekunder pada simulasi kedalaman rata-rata diabaikan. Selain itu, untuk perubahan koefisen manning (n) dari 0,02 menjadi 0,024, kecepatan sungai dengan n = 0,02 lebih besar daripada dengan n = 0,024 . Untuk perubahan geometri sudut kelokan sungai dari 60˚ menjadi 30˚, medan vector kecepatan semakin merata dan laminar untuk sudut kelokan sungai yang lebih kecil. Untuk perubahan posisi lintang sungai antara 0˚, 90˚, -90˚ dan nilai kinematik eddy viscousity dari 0,2 m2/s menjadi 0,5 m2/s, perbedaan medan vector kecepatan tidak dapat diamati karena pada simulasi kedalaman rata-rata pengaruh aliran sekunder diabaikan. Hal ini bersesuaian dengan teori.
Most problems of rivers occur on curvilinear river bend. This related to the velocity vector field that occurs on curvilinear river bend. However, the velocity vector on curvilinear river bend need to be reviewed as a two-or threedimensional flow and it requires a specific solving method for example by numerical modelling. One of the tools that can be used to find the velocity vector field in two or three dimensional flow is Resource Modelling Associates (RMA)?s program which based on finite element method which is one way of solving the numerical modelling. This undergraduate thesis examines the mechanisms of Resource Modelling Associates (RMA)?s program simulation to get velocity vector field for a twodimensional flow depth averaged on curvilinear river bend and make changes to manning coefficient (n), curvilinear river bend angle geometry, latitude position of the rivers (the effect of Coriolis force), and kinematic eddy viscousity value. The results verification of model simulation is based on conformity with the theory. The results of simulation show that velocity on inside curvilinear river bend is greater than the outer side of the curvilinear river bend because the influence of secondary flow in simulation of depth averaged is ignored. In addition, for the change of manning coefficient, the velocity value of river which has n value = 0,02 is greater than n = 0,024. For the change of curvilinear river bend angle geometry from 60˚ to 30˚, the velocity vector field is smoother and laminar for smaller curvilinear river bend angle. For the change of latitude position of the rivers between 0˚, 90˚, -90˚ and kinematic eddy viscousity value from 0,2 m2/s to 0,5 m2/s, the differences of velocity vector field can?t be observed because in simulation of depth averaged, the influence of secondary flow is ignored. This is conformable with the theory.
2011
S151
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dezaldi Adam
Abstrak :
Beberapa proses pemurnian minyak sawit mengakibatkan kandungan senyawa nutrisetikal tereduksi dari minyak sawit hasil pemurnian. NADES natural deep eutectic solvent merupakan alternatif pelarut untuk ekstraksi asam lemak bebas pada minyak sawit. Dengan mempengaruhi sifat dari NADES maka akan mempermudah difusi asam lemak bebas ke dalam NADES. NADES berbasis betain memiliki rentang kepolaran yang tidak jauh berbeda.Sifat polaritas berhubungan dengan ikatan hidrogen yang terjadi antara HBD dengan HBA, seiring dengan penambahan rasio molar dari NADES adanya kecenderungan mengurangi polaritas. Sedangkan, jika Viskositas yang tinggi mengindikasikan adanya ikatan hidrogen yang luas antara masing-masing komponen sehingga menghambat gerakan bebas komponen-komponen dalam NADES. Viskositas memiliki pengaruh terhadap koefisien difusi, jika viskositas pelarut rendah maka koefisien difusi akan meningkat, serta meningkatkan laju ekstraksi. Berdasarkan sifat tersebut, NADES dengan kapasitas penyerapan terbaik dimiliki NADES 1,2 butanediol pada semua rasio yang dapat lebih banyak menyerap asam palmitat dibanding 1,2 propanediol; 1,3 propanediol; 1,2 butanediol; 1,3 butanediol; 1,4 butanediol; dan etilen glikol. Ekstraksi dengan NADES tersebut dapat menyerap sebanyak 60 dengan selektivitas yang tinggi. Karena itulah, ekstraksi NADES dengan HBD 1,2 butanediol dapat mengekstraksi asam palmitat dari minyak sawit terbesar. ......A number of palm oil refining processes results in reduced nutraceutical compounds from refined palm oil. NADES natural deep eutectic solvent is a solvent alternative for free fatty acid extraction on palm oil. By affecting the nature of NADES, it will facilitate the diffusion of free fatty acids into NADES. Beta based NADES has a slightly different polarity range. The polarity properties are related to the hydrogen bonds that occur between HBD and HBA, along with the addition of the molar ratio of NADES to the tendency of reducing polarity. Whereas, high viscosity indicates the presence of extensive hydrogen bonds between each component thus inhibiting the free movement of components in NADES. Viscosity has an effect on the diffusion coefficient ndash if the solvent viscosity is low, the diffusion coefficient and the rate of extraction will increase. Based on these properties, NADES with the best absorption capacity of NADES 1.2 butanediol in all ratios can absorb more palmitic acid than 1,2 propanediol 1.3 propanediol 1,2 butanediol 1.3 butanediol 1,4 butanediol and ethylene glycol. Extraction with NADES can absorb as much as 60 with high selectivity. Therefore, NADES extraction with HBD 1,2 butanediol can extract palmitic acid from the largest palm oil.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67143
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library