Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
M Sbastian Rai
"Rencana penambangan batu Andesit di Desa Wadas untuk Proyek Strategis Nasional Bendungan Bener mendapat penolakan dari warga Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah. Penolakan didasarkan pada dampak buruk yang berpotensi membawa kerugian sosial, ekonomi, dan ekologis. Penolakan ini berujung pada konflik berkepanjangan. Sebagai akibatnya, warga Wadas menghadapi berbagai represivitas yang mengancam hak mereka dan lingkungannya. Dalam mempertahankan penolakan ini, Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (GEMPADEWA) melakukan aktivisme digital dengan memanfaatkan berbagai media sosial sebagai wujud resistensi. Salah satunya, melalui akun Twitter (@Wadas_Melawan), GEMPADEWA mempublikasikan berbagai postingan yang menginformasikan tujuan, perkembangan, dan dinamika resistensi yang mereka lakukan. Tulisan ini, menggunakan pendekatan Kriminologi Visual, bertujuan untuk mencermati visualitas yang diperlihatkan dalam publikasi-publikasi visual (berupa foto dan video) oleh GEMPADEWA. Tulisan ini juga dikonstruksi melalui pandangan Viktimologi Hijau. Dengan demikian, visualitas yang dicermati berkaitan dengan resistensi korban-penyintas kejahatan lingkungan terhadap represi dan viktimisasi lingkungan. Penelitian ini menunjukkan bahwa publikasi visual melalui Twitter dapat memediasi aktivisme digital GEMPADEWA yang memberikan visualitas yang kuat mengenai resistensi terhadap viktimisasi lingkungan. Visualitas resistensi yang ada dapat memperlihatkan dan memperluas cara melihat bentuk-bentuk represi dan viktimisasi lingkungan terhadap warga Wadas.
The Indonesian government plans to open an andesite mining in Wadas Village, Purworejo, Central Java, as a part of the national strategic project called the Dam of Bener. However, this plan was challenged by some residents since this project holds several negative impacts on social, economic, and ecology. This challenge led to a prolonged conflict where Wadas residents faced various repressive measures threatening their rights and environment. In maintaining this resistance, the local environmental activist Gerakan Masyarakata Peduli Alam Desa Wadas (GEMPADEWA) has carried out digital activism by utilizing various social media as a form of resistance. One of them, through their Twitter account (@Wadas_Melawan), GEMPADEWA publishes various posts informing their goals and the dynamics of their resistance. Using the Visual Criminology and Green Victimology approach aims to examine the visuality shown in visual publications (photos and videos) by GEMPADEWA. Thus, the visuality examined is related to the resistance of victims of environmental crimes to environmental victimization. This research shows that visual publications through Twitter enable to mediate GEMPADEWA’s digital activism which provides a powerful visualization of resistance to environmental victimization. Visualizing existing resistance can provide us with widened ways of seeing forms of environmental victimization towards local people."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Rafisya Rahmah Rihhadatulaisy
"Terdapat pelanggaran atas penggunaan teknik pengolahan sampah di TPST Bantargebang oleh pemerintah. Pelanggaran ini menimbulkan korban yakni lingkungan dan pemulung yang tinggal disekitar TPST Bantargebang dan bekerja di TPST Bantargebang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana bentuk viktimisasi yang dialami oleh warga kampung pemulung di Ciketing Udik, Bantargebang. Penelitian ini menggunakan teori social reality of crime serta konsep green criminology, environmental justice, green victimization dan environmental victimology untuk menganalisis penyebab warga kampung pemulung menjadi korban kejahatan lingkungan serta bentuk-bentuk viktimisasi yang dialami oleh mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi pencemaran lingkungan disekitar TPST Bantargebang, yakni air tanah yang sudah tidak dapat dipakai karena berwarna dan bau, udara yang tercemar bau sampah, dan pencemaran air sungai. Latar belakang sosial ekonomi para pemulung di TPST Bantargebang juga menjadi penyebab mereka menjadi korban kejahatan lingkungan. Selain itu, pemerintah juga melakukan pelanggaran terhadap peraturan terkait pengolahan sampah serta kompensasi atas kerugian yang dialami oleh warga.
There are violations regarding the use of waste processing techniques at the Bantargebang landfill by the government. This violation caused victims, namely the environment and scavengers who lived around the Bantargebang landfill and worked at the Bantargebang landfill. The aim of this research is to see how victimization is experienced by scavenger who work and live near Bantargebang landfill. This is qualitative research using case studies. The data was collected by conducting in-depth interview, literature studies and studies about regulation related to waste processing program in Indonesia. This research uses the theory of social reality of crime as well as the concepts of green criminology, environmental justice, green victimization and environmental victimology to analyze the causes of the residents of scavenger village becoming victims of environmental crime as well as the forms of victimization experienced. The result of the research show that there is environmental pollution around Bantargebang landfill namely, groundwater around Bantargebang landfill is no longer usable, polluted air because of garbage smell and river pollution. The socio-economics background of scavenger is the reason they become environmental victim. Apart from that, government also violate regulation related waste processing and compensation for losses experience by residents on scavenger village."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library