Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faradina Hasan
Abstrak :
Little Town sebagai bagian dari rancang ulang kawasan Pasar Baru Jakarta di rancang untuk memenuhi kebutuhan hunian di distrik satu yang merupakan kawasan Central Business District. Lingkungan di Little Town adalah sebuah lingkungan yang heterogen dimana tidak hanya mengakomodasi kebutuhan hunian tetapi juga kebutuhan komersial dimana terdapat retail – retail dan kebutuhan rohani dimana kita dapat menemukan gereja dan vihara. Lebih lanjut, Little Town juga menyediakan ruang terbuka sebagai ruang sosial dan ruang penyegaran. Hunian di Little Town terdiri dari dua tipe hunian vertikal yang sudah umum digunakan untuk memenuhi kebutuhan hunian pada kawasan business district di Jakarta. Dua tipe hunian vertikal ini adalah apartemen dan kost. Kedua multi-hunian ini memiliki perbedaan segmen pengguna. Penyediaan kedua tipe hunian ini bertujuan untuk memperjelas segmentasi pengguna sekaligus berupaya untuk mendobrak paradigma dari perbedaan level antara kedua pengguna. ......Little Town as part of urban redesign of Pasar Baru Jakarta is designed to fulfill the housing needs in district one which is the central business district region. The environment in Little Town is a heterogeneous where it accommodates not only the housing needs but also commercial need where we can find retails as well as religious need where we can find church and monastery. Furthermore, Little Town also provides open space for social and refreshing space. The housing type in Little town is made of two types of vertical housing that commonly fulfill the housing need for business district in Jakarta. The two types of vertical housing are apartments and boarding house. These two types of multi-housing have a different segment of user. Providing these two types of housing, it is aimed to make the segmentation of occupant clearer yet try to break the paradigm of gap level between the users.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mayrina Damayanti
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implikasi kenaikan harga tanah yang dipengaruhi sebaran penduduk dan aktivitas masyarakat terhadap kebijakan penyediaan rumah susun yang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Faktor yang diuji adalah sebaran penduduk dan karakteristik daerah dalam mempengaruhi pembentukan harga tanah menurut NJOP di DKI Jakarta. Data yang digunakan adalah jumlah kepadatan penduduk Tahun 2010 ndash; 2015, serta Potensi Desa Tahun 2014 jumlah pasar dan stasiun di 261 kelurahan di DKI Jakarta yang bersumber dari Badan Pusat Statistik. Penelitian ini menggunakan dua metode analisis, yaitu analisis statistik deskriptif dan ekonometrika spasial. Dari hasil analisis spasial ekonometrika didapatkan beberapa hasil. Pertama, daerah dengan harga tanah yang tinggi High High/HH cenderung berdekatan dengan daerah yang harga tanahnya tinggi pula, begitu pun sebaliknya daerah dengan harga tanah rendah Low Low/LL . Kedua, terdapat juga daerah dengan harga tanah tinggi yang dikelilingi daerah dengan harga tanah rendah, contohnya Kelapa Gading yang dikelilingi Koja dan Cilincing. Ketiga, pola keterkaitan spasial harga tanah dipengaruhi peruntukkan zonasi areanya, dimana daerah HH didominasi perkantoran dan LL didominasi pemukiman. Keempat, model spatial lag lebih dapat menjelaskan variasi estimasi harga tanah dimana kepadatan penduduk dan pasar dengan bangunan non permanen negatif signifikan, dan jumlah stasiun positif signifikan mempengaruhi harga tanah. Sedangkan variabel pasar dengan bangunan permanen dan semi permanen tidak signifikan. Kelima, pengaruh negatif signifikan antara kepadatan penduduk dan pasar non permanen terhadap harga tanah diartikan bahwa tingkat harga tanah yang stagnan cenderung tinggi karena minimnya pemanfaatan lahan ditambah pengaruh variabel kontrol pasar dan stasiun, ini berimplikasi terhadap sulitnya penyediaan lahan untuk rumah susun. Keenam, peningkatan kepadatan penduduk ditambah keberadaan variabel kontrol menyebabkan tekanan pemukiman yang menimbulkan eksternalitas negatif berupa pemukiman kumuh. Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, rekomendasi kebijakan yang dapat diberikan adalah membangun rumah susun di area padat penduduk dan dekat dengan pusat kegiatan, sehingga tidak menjauhkan masyarakat dari tempat berkegiatan, seperti Koja, Cilincing, Pesanggrahan, Tebet dan Johar Baru. Kerjasama dengan BUMN dan BUMD juga perlu dilakukan untuk membantu penyelesaian penyediaan lahan yang sulit akibat harga tanah yang tinggi, seperti pembangunan rusun terintegrasi dengan stasiun Tanjung Barat dan Kalideres. Potensi keberadaan pemukiman kumuh juga harus menjadi perhatian dalam penyediaan rumah layak huni.
This thesis aims to investigates the impact of increasing land value affected by population distribution and economic activity towards local government rsquo s policy regarding the supply of public vertical housing which following written rule of spatial planning. The premise used in this study is that factors such as population distribution and local characteristics affect in shaping land value of property tax NJOP in Jakarta. Data used in this study are citizen density during the period of 2010 to 2015, and village potential number of market and station in 2014 that consist of 261 sub districts in Jakarta. I use two methods of analyses, which are statistical descriptive and spatial econometric. There are a few findings. First, area with high land value High High HH are tends to have a close proximity with another high land value area, and vice versa for area with low land value Low Low LL . Second, there are also area with high land value surrounded by area with low land value, for example Kelapa Gading which area surrounded by Koja and CIlincing. Third, land value rsquo s spatial dependence pattern affected by its zoning, where HH area dominated with business area and LL area dominated with residential area. Fourth, variation in estimation of land values are more explained in spatial lag model, in which I find citizen density and market with non permanent building have negative significant effect, and the number of station have positive significant effect on land value. Whereas, market with permanent and semi permanent building are not significant. Fifth, such negative significant relationship could be defined as static land value, particularly on high density area due to lack of land utilization added with control variables market and station influence. This could lead to land supply problems for public vertical housing. Sixth, an increase in citizen density added with control variables cause pressure in residential area and led to negative externality in the form of slum area. Based on these findings, following policy direction could be considered is to build public vertical housing on high density area and one which has close proximity to central business districts, thus would not alienate citizens from their economic activity, such as area in Koja, Cilincing, Pesanggrahan, Tebet and Johar Baru. Local government could also cooperate with Nation Owned Enterprise BUMN and Regional Owned Enterprise BUMD to help solving difficulty of land supply due to high land value, with the building integrated to station. It could take place in Tanjung Barat and Kalideres station. The existence of slum area should also be taken into account in the supply of livable housing.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T47633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tandhika Excellentio Yochanan
Abstrak :
Third place adalah bagian penting dalam pembentukan suatu komunitas dan juga sebagai tempat untuk melepas penat dari kegiatan rutin. Third place memberikan kesejajaran dan keselarasan, dimana orang-orang yang di kenal dapat di temukan dan juga memberikan tempat yang netral dimana orang bisa datang dan pergi sesuka hati (Oldenburg, 1989). Bagian terpenting dari third place, adalah menuntun ke bahagiaan, dimana orang dapat merasakan kehadiran sesame, tempat untuk berinteraksi yang di penuhi kegembiraan. Apartment Margonda Residence Satu dipilih sebagai contoh studi kasus karena dapat menunjukan keberagaman di dalam hunian vertikal. Kebanyakan dari penghuni adalah pelajar yang dimana mereka membutuhkan ruang publik untuk berkumpul dan beraktifitas. Ada juga unsur eksternal dan internal yang dapat mencegah terbentuknya third place. Skripsi ini tertuju kepada kehadiran third place di Apartment Margonda Residence Satu. Tertuju kepada penghuni, fasilitas umum, unsur-unsur penunjang, kenyamanan, dan halangan yang mencegah terbentuknya third place. Unsur-unsur tersebut sangatlah penting untuk mencakup pengertian tentang keberadaanya third place di hunian bertingkat.
Third place become an important factor in the forming of community it also become a place of escape from the daily routines. Third place provide equality and leveler, where the regulars with familiar faces could be found and it provide neutral ground where people are able to come and go as they please (Oldenburg, 1989). The importance of third place it leads to happiness, where people are able to enjoy each other company, a place where the interaction is filled with playful mood. The Apartment of Margonda Residence One is picked for the study case because it is able to represent the mix used vertical housing. Most of the residents are students where the need of public place to contain their activities is in high demand. There are some external and internal factors that prevent the third place from forming. This thesis focuses on the existence of the third place in the Apartment of Margonda Residence One. Focusing on the residents, the public facility, supporting factor, comfort, and what obstacle that prevent the third place to form. These factors are important in order to acknowledge the existence of the third place in the vertical housing.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55025
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library