Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kanovnegara
"ABSTRACT
Latar belakang: Kardiomiopati merupakan penyebab kematian tertinggi pada pasien thalassemia mayor, dengan mayoritas kasus merupakan gagal jantung kiri. Nilai referensi ventrikel kiri yang spesifik untuk pasien thalassemia mayor anak belum tersedia. Tujuan penelitian: Menentukan normogram rentang volume dan fungsi ventrikel kiri jantung sesuai BSA pada pasien thalassemia mayor anak dengan cardiac iron load normal. Metode: Sampel studi ini mencakup 60 pasien thalassemia mayor 30 lelaki, 30 perempuan berusia < 18 tahun yang memiliki cardiac iron load normal berdasarkan waktu T2 jantung > 20 ms pada 1.5T , tidak memiliki keluhan kardiovaskular secara klinis, maupun ko-morbiditas yang signifikan. Volume dan fungsi ventrikel kiri diukur dari gambar MRI sekuens cine-SSFP potongan short axis, pada fase end-diastolic dan end-systolic. Hasil: Analisis regresi menunjukkan korelasi signifikan antara BSA dengan hasil pengukuran ventrikel kiri dengan model non-linear vol = a BSAb , kecuali untuk LVEF. Tidak terdapat perbedaan LVEF yang signifikan antara subjek thalassemia mayor anak lelaki mean 62,5 , SD 3,8 dan perempuan mean 61,7 , SD 4,3 . Cardiac output lebih tinggi pada subjek lelaki dibandingkan perempuan pada rentang BSA 0,6 hingga 1,7 m2. Kesimpulan: Penelitian ini menghasilkan nilai referensi dalam bentuk normogram untuk parameter volume dan fungsi ventrikel kiri yang dapat dipergunakan secara spesifik untuk pasien thalassemia mayor anak.

ABSTRACT
"Background Cardiomyopathy represents the leading cause of mortality in thalassemia major patients, with left sided heart failure predominating. Normalized LV parameters for adult thalassemia major population has been established, yet specific reference values for pediatric thalassemia major population are still lacking. Objective To determine gender specific reference values of LV measurements for pediatric thalasemia major patients based on BSA. Methods The study included 60 pediatric thalassemia major patients 30 males, 30 females who had normal cardiac iron load based on T2 MRI time above 20 ms at 1.5T , without cardiovascular symptoms or significant co morbidities. Left ventricular volumes and function were measured on SSFP cine CMR end diastolic and end systolic images, acquired in short axis plane. Results Regression analyses demonstrated good, significant correlations p 0.05 between BSA and cardiac measurements with non linear growth model vol a BSAb , except for LVEF which remained constant throughout the BSA range. LVEF in males mean 62.5 , SD 3.8 did not differ significantly to females mean 61.7 , SD 4.3 . Cardiac output was projected to be constantly higher in males from BSA 0.6 to 1.7 m2. Conclusion This study has established normograms of left ventricular volumes and function parameters to be used specifically for pediatric thalassemia major patients. "
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rustiana Tasya Ariningpraja
"ABSTRAK
Latar belakang: latihan fisik aerobik teratur dapat menyebabkan perubahan morfometrik, peningkatan ukuran miosit dengan peningkatan ekspresi connexin43 (Cx43) tanpa lateralisasi, serta peningkatan deposisi matriks ekstraseluler. Latihan fisik sebaiknya dimulai sejak masa anak-anak, guna mencapai kesehatan kardiovaskular di masa dewasa.
Metode: Tikus usia juvenile dan dewasa muda dibagi secara acak dalam 7 kelompok, yaitu: kelompok latihan fisik onset juvenile durasi 4 minggu dan kontrol, kelompok latihan fisik onset juvenile durasi 8 minggu dan kontrol, kelompok latihan fisik onset juvenile durasi 12 minggu, kelompok latihan fisik onset usia dewasa muda durasi 8 minggu dan kontrol. Latihan fisik disesuaikan dengan usia tikus dan dipertahankan pada kecepatan 20 m/menit selama 20 menit intermitten, 5x seminggu. Analisis morfometrik jantung, peningkatan ukuran miosit, deposisi matriks ekstraseluler, serta ekspresi serta distribusi Cx43.
Hasil: Tikus terlatih (5, 8, dan 12 minggu) pada kedua kelompok usia menunjukkan nilai berat jantung, berat ventrikel kiri, diameter rongga ventrikel, ketebalan otot jantung yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrolnya. Peningkatan ukuran panjang miosit juga meningkat kelompok latihan dibanding kontrol. Deposisi matriks ekstraseluler meningkat pada kelompok latihan dibandingkan kontrol. Ekspresi Cx43 juga meningkat pada sisi lateral.
Kesimpulan: Latihan fisik aerobik dapat meningkatkan ukuran jantung dengan peningkatan ukuran sel, peningkatan deposisi matriks ekstraseluler, peningkatan Cx43 pada sisi lateral. Peningkatan matriks ekstraseluler dan peningkatan lateralisasi menunjukkan peningkatan risiko aritmia.

ABSTRACT
Background: Regular aerobic exercise can improve morphometric changes, an increase in the size of myocytes with increased expression of connexin43 (Cx43) without lateralization, and increase extracellular matrix deposition. Exercise should be started since childhood, in order to achieve cardiovascular health in adulthood.
Methods: Juvenile and young adult Rats randomly divided into 7 groups: juvenile onset 4 weeks exercise duration and control group, juvenile onset 8 weeks exercise duration and control group, exercise juvenile onset 12 weeks exercise duration, young adult onset 8 weeks exercise duration and control group. Physical exercise adapted to the age of rats and maintained at speed of 20 m/minute for 20 minutes intermittent, 5 times a week. Morphometric analysis of the heart, increase the size of myocytes, extracellular matrix deposition, expression and distribution of Cx43.
Results: Trained rats (5, 8, and 12 weeks) in both age groups showed values of heart weight, left ventricle weight, ventricular cavity diameter, heart muscle thickness is higher than control group. Increased length of myocytes also increased in exercise group compared to the control. Increased deposition of extracellular matrix in exercise group than control. Cx43 expression was also increased in the lateral side.
Conclusions: Aerobic exercise can increase the size of the heart with increased cell size, increased extracellular matrix, increased Cx43 lateralization. Increased extracellular matrix deposition and increased lateralization showed an increased risk of arrhythmia.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Batubara, Frisca Ronauli
"Latar belakang: Latihan fisik aerobik adalah latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan sedangkan latihan fisik yang dilakukan dengan peningkatan durasi dan kecepatan secara bertahap termasuk dalam aerobik Overtraining. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hipertrofi pada otot ventrikel jantung kiri tikus pasca latihan fisik aerobik serta pasca latihan fisik aerobik overtraining.
Metode: Identifikasi morphologi kardiomiosit ventrikel kiri jantung tikus menggunakan pewarnaan hematoksilin eosin, sedangkan untuk jaringan fibrosis dengan pewarnaan Masson?s Trichrome. Identifikasi tersebut dilakukan pada kelompok kontrol, dan kelompok perlakuan aerobik dan overtraining yang dilakukan selama 11 minggu.
Hasil: Analisis data menunjukkan terjadi hipertrofi yang ditandai dengan adanya peningkatan panjang (p=0,017), lebar (p=0,037) pada kelompok aerobik dibandingkan dengan kelompok overtraining. Peningkatan jaringan fibrosis pada kelompok overtraining dengan p= 0,00.

Introduction : Aerobic exercise is physical exercise done regularly and continuously while physical exercise done by increasing the duration and speed gradually included in the aerobic Overtraining. This study aims to analyze hypertrophy in the left ventricle of the heart muscle of mice after aerobic exercise and aerobic exercise post overtraining.
Methods : Left ventricular cardiomyocyte morphology rat heart is identified by hematoxylin eosin staining, whereas for fibrotic tissue with Masson's Trichrome staining. Such identification is performed in the control group and the treatment group performed aerobic and overtraining for 11 weeks.
Conclucion: Analysis of the data showed that hypertrophy is characterized by an increase in length (p = 0.017), width (p = 0.037) in the aerobic group compared with the group of overtraining. Increased tissue fibrosis in the overtraining group with p = 0,00.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Setyawan Syamsul
"Latar Belakang : Hipertensi merupakan kondisi yang banyak ditemui di pusatkesehatan primer dan menjadi suatu faktor risiko terjadinya disfungsi diastolik.Disfungsi diastolik ini terjadi sebelum gagal jantung pada pasien hipertensidengan fraksi ejeksi ventrikel kiri normal, sehingga diagnosa disfungsi diastolikpenting untuk dapat diketahui secara dini sebelum terjadi gagal jantung. Beberapafaktor telah diketahui dapat mempengaruhi terjadinya disfungsi diastolik ventrikelkiri. Faktor-faktor tersebut diharapkan dapat digunakan untuk dibuat suatu sistemskor disfungsi diastolik ventrikel kiri.
Tujuan : Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian disfungsidiastolik ventrikel kiri pada pasien hipertensi, dan membuat suatu sistem skor darifaktor-faktor tersebut.
Metode : Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan di RumahSakit Umum Daerah Tarakan Kalimantan Utara pada subyek dengan hipertensi.Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2016. Dilakukan pencatatan karakteristikpasien, faktor-faktor yang diketahui mempengaruhi disfungsi diastolik, serta hasilpemeriksaan ekokardiografi, terutama parameter pemeriksaan penilaian fungsidiastolik ventrikel kiri.
Hasil : Total sampel penelitian ini adalah 132 sampel, dimana disfungsi diastolikventrikel kiri didapatkan pada 40,2 pasien hipertensi. Faktor-faktor yang dapatdijadikan sebagai determinan untuk model akhir sistem skor dari hasil analisisregresi logistik adalah usia ge;55 tahun OR 4,97, IK95 1,60-15,42, p=0,006 ,tekanan darah tidak terkontrol OR 22,33, IK95 4,11-121,48, p.

Background: Hypertension is the most common condition seen in primary careand as a risk factor for diastolic dysfunction. Diastolic dysfunction occurredbefore heart failure in hypertensive patients with preserved ejection fraction, sothat early diagnosis of diastolic dysfunction diagnosis is very important. Severalfactors has been known related with left ventricular diastolic dysfunction. A newscoring system of left ventricular diastolic dysfunction could be formulated fromthose factors.
Objectives: To identify factors related to left ventricular diastolic dysfunction inhypertensive patients, and to create a scoring system from those related factors.
Methods: This is a cross sectional study that was conducted in Tarakan GeneralDistrict Hospital North Borneo with hypertensive subjects, on October 2016.Patients characteristics was noted, and all factors related to left ventricukardiastolic dysfunction, echocardiographic examination, especially for leftventricular diastolic function parameters.
Results: There are 132 total samples in this study, and left ventricular diastolicdysfunction was found in 40,2 samples. Determinant variables for the finalmodel of scoring system from logistic regression analysis were age ge 55 years old OR 4.97, 95 CI 1.60 15.42, p 0,006 , poor blood pressure control OR 22.33,95 CI 4.11 121.48, p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T57639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Ratnaningsih
"operasi anak dapat meninggal akibat spell hipoksi berulang tromboemboli otak, abses serebri, maupun endokarditis ( 3, 7 ) . Keberhasilan suatu total koreksi tidak hanya tergantung pada berkurangnya tekanan pada ventrikel kanan, hilangnya defek residual, tapi juga preservasi miokard ventrikel kiri (1). Seperti diketahui bahwa pada Tetralogi Fallot beban yang terjadi pada ventrikel kanan, tetapi ventrikel kiri yang hipoplasi ~erupakan faktor penting untuk prognosis jangka panjang dan k:ualitas hidup (9, 15,39) bahkan peneliti lain menyatakan bahwa ventrikel kiri merupakan faktor penting untuk morbiditas dan mortalitas. (12,41). Di Indonesia, khususnya di RSJHK kebanyakan anak yang datang untuk dioperasi sudah berusia 5 tahun atau lebih, dan jumlah ini terdapat sekitar 60% dari seluruh pasien Tetralogi Fallot pada periode maret 1986 sampai Desember 1992 .Secara histopatologi semakin besar umur anak semakin lama terjadi hipoksia, sehingga akan terjadi fibrosis miokard yang pada akhimya akan menyebabkan terjadinya penurunan fungsi ventrikel kiri . Jadi meskipun hasil segera pasca bedah cukup baik tetapi prognosis dan r isiko jangka panjang perlu diteliti. Selain itu temyata fungsi ventrikel kiri pasca bedah dipengaruhi oleh beberapa faktor prabedah, dan penilaian fungs i Ventrikel Kiri pasca bedah masih terdapat kontroversi antara berbagai peneliti (11-18). Tujuan penelitian kami adalah memperoleh bukti ada atau tidak adanya disfungsi ventrikel kiri pasca bedah pada penderita Tetralogi Fallot dan faktor faktor prabedah yang mempengaruhinya. Hipotesis kami ialah bahwa pada penderita Tetralogi Fallot pasca bedah mungkin terdapat disfungsi ventrikel kiri dan disfungsi tersebut akan dipengaruhi oleh beberapa faktor prabedah. Penelitian ini bersifat pengamatan sesaat ("Cross Sectional") dilakukan antara tanggal 15 Juni 1993 s/d 15 september 1993. Terdapat 35 pasien, dari jumlah ini dikeluarkan 3 orang oleh karena pacta satu pasien terdapat aritmia (2: 1 AV blok) dan 2 pasien lainnya tak kooperatif. Dari jumlah 32 orang ini diperoleh 20 laki laki (62,5 %) dan 12 perempuan(37,5%), semua FC klas I (NYHA) dengan umur tennuda saat penelitian 9 tahun dan tertua 36 tahun, (16,5 ± 5,1. tahun). Kisaran umur saat operasi antara 5 sd 30th, (13,1 ± 5,2 th). Janik waktu antara operasi sampai saat penelitian antara 6 bulan s/d 6 tahun (3,3 ± 1,8 th). Dari populasi penelitian (n = 32 orang), 23 orang (72 %) tidak terdapat disfungsi ventrikel kiri terdiri dari 15 laki- laki dan 8 perempuan dikategorikan kelompok 1, sedangkan 9 orang terdapat disfungsi ventrikel kiri (28 %) yang terdiri dari 5 laki laki dan 4 perempuan, dikategorikan sebagai kelompok 2. Kriteria disfungsi ventrikel kiri yang dipakai ialah bila pacta keadaan istirahat fraksi ejeksi ventrike1 kiri kurang dari 50 % atau pacta uji 1atih beban jantung tidak terdapat kenaikan fraksi ejeksi ventrikel kiri lebih dari 5 %( 28,29 ). Tidak terdapat perbedaan bennakna antara kelompok 1 dan 2 pacta, denyut jantung istirahat ( P = 0,593 ), denyut jantung uji latih (P = 0,322), tekanan darah istirahat maupun uji latih (PI 0,05), produk ganda, lamanya uji latih, maupun jarak antara operasi dengan saat penelitian. Hasil pemeriksan Radionuklid ventrikulografi, tidak terdapat perbedaan bermakna pacta fraksi ejeksi ventrikel kiri saat istirahat, kecepatan ejeksi sistolik istirahat, kecepatan maksimum pengisian diastolik ventrikel kiri saat istirahat dan uji latih. Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok 1 dan 2 pacta fraksi ejeksi ventrikel kiri (P = 0,001) dan kecepatan ejeksi sistolik uji latih (P = 0,012) . Faktorfaktor pra bedah yang berpengaruh secara bermakna terhadap terjadinya disfungsi ventrikel kiri adalah saturasi 02 (P = 0,029) sedangkan faktor faktor lainnya seperti umur, kadar hemoglobin, hematokrit, lamanya klem aorta, lamanya prosedur pintas jantung paru tidak berpengaruh secara bermakna ( P > 0,05 ) pada penelitian kami. Kesimpulan penelitian kami, dari populasi penelitian n=32 terdapat 9 orang disfungsi ventrikel kiri ( 28 % )dan disfungsi ventrikel kiri tersebut dipengaruhi secara bermakna oleh kadar saturasi 0 2 prabedah. Saran kami berdasarkan hasil penelitian ini , pada Tetralogi Fallot dengan saturasi 02 yang rendah operasi lebih awal sebaiknya dipertimbangkan untuk mencegah terjadinya disfungsi ventrikel kiri. Pad a kelompok disfungsi ventrikel kiri perlu tindak lanjut untuk melihat prognosis jangka panjang."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 1993
T59248
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Aulia Fanani
"Latar Belakang: Hipertrofi ventrikel kiri VKi merupakan adaptasi kardiak pada hipertensi dan meningkatkan risiko gagal jantung diastolik. Hipertrofi VKi sering ditemui pada gagal jantung diastolik, namun hubungan hipertrofi VKi dengan kapasitas fungsional dan parameter disfungsi diastolik masih kontroversi.
Tujuan: Menilai korelasi IMVKi dengan kapasitas fungsional, perubahan parameter diastolik, dan global longitudinal strain GLS pada pasien hipertensi laki-laki asimptomatik dengan hipertrofi VKi.
Metode: Pasien hipertensi laki-laki asimptomatik dengan IMVKi>115 gr/m2 tanpa masalah koroner, aritmia, penyakit jantung bawaan, dan penyakit jantung katup masuk kriteria studi. Uji latih ergocycle menggunakan protokol ramp. Akuisisi IMVKi pada awal uji dan pengukuran parameter diastolik E/A, E/e rsquo;, IVRT dan GLS pre dan puncak uji.
Hasil: Terdapat 41 subjek dengan usia 55 32-64 tahun. Median nilai IMVKi subjek 129 116-319 gr/m2, dengan rerata kapasitas fungsional 5,7 1 METs. parameter diastolik pre dan puncak uji latih beban tidak berbeda bermakna. Rerata GLS pre uji rendah namun berbeda bermakna pada puncak uji latih pre vs puncak: -15,4 vs 18,5 ; p

Backgrounds: Left Ventricular Hypertrophy LVH is an adaptation on hypertension and increases diastolic heart failure risk. LVH are common in diastolic heart failure. Prior studies showed various results on correlation Left ventricular mass index LVMI, with functional capacity and diastolic parameters.
Objectives: To assess correlations of LVMI with functional capacity, diastolic parameters changes, and global longitudinal strain GLS in male asymptomatic hypertensive patients with LVH.
Methods: Male asymptomatic hypertensive patients with LVMI 115 gr m2 without history of CAD, arrhythmia, congenital, and valvular heart disease are recruited. Stress test use ramp protocol. Initial LVMI is acquired, and diastolic parameters E A, E e, IVRT and GLS are acquired at pre and peak stress test.
Results: Forty one patients were recruited aged 55 32 64 years old. The median of LVMI was 129 gr m2 and mean functional capacity was 5,7 METs. Pre and peak stress test diastolic parameter values were insignificant. Pre stress test GLS mean was low but increased at peak pre vs peak 15,4 vs 18,5 p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Mansjoer
"Latar Belakang. Lama rawat intensif pasien pascabedah jantung yang memanjang mempengaruhi alur pasien bedah jantung berikutnya. Pengaturan pasien berdasarkan lama rawat diperlukan agar alur pasien lancar.
Tujuan. Membuat prediksi lama rawat intensif 48 jam berdasarkan nilai skor dari model EuroSCORE dan model yang dimodifikasi dari faktor-faktor EuroSCORE.
Metode. Penelitian restrospektif dilakukan pada Januari 2012 - Desember 2013 pada 249 pasien yang menjalani bedah jantung di Unit Pelayanan Jantung RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta. Analisis survival dan regresi Cox dilakukan untuk membuat prediksi lama rawat intensif 48 jam.
Hasil. Median kesintasan lama rawat intensif 43 jam. Nilai skor EuroSCORE tidak memenuhi asumsi hazard proporsional. Model baru telah dibuat dari 7 variabel EuroSCORE yang secara substansi berhubungan dengan lama rawat intensif (AUC 0,67).
Kesimpulan. Model baru dari tujuh faktor EuroSCORE cukup dapat memprediksi lama rawat intensif 48 jam.

Background. Prolonged intensive care unit length of stay (ICU-LOS) in a postcardiac surgery may shortage of ICU beds due to clog of patient flow. Improving ICU-LOS may lead to better patient flow.
Objectives. To predict 48-hour ICU-LOS based on EuroSCORE model and to create a modified EuroSCORE factors model.
Methods. A retrospective study was conducted from January 2012 to December 2013 among 249 patients who underwent cardiac surgery at Integrated Cardiac Services, Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. Survival analysis and Cox?s regression were performed to make a prediction model for 48-hour ICU-LOS.
Results. Median survival of ICU-LOS was 43-hour. The EuroSCORE model did not meet the proporsional hazard assumption. A new substantial model from 7- EuroSCORE factors was created to predict 48 hours ICU-LOS (AUC 0.67).
Conclusions. Seven EuroSCORE factors was sufficient as a new model to predict the 48-hour ICU-LOS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budhi Setianto Purwowiyoto
"Lima puluh persen penderita gagal jantung merupakan gagal jantung dengan fraksi ejeksi yang normal (HFPEF). Morbiditas dan mortalitas HFPEF belumlah jelas. Latihan olahraga telah menjadi rekomendasi pertama dalam beberapa panduan klinis, namun belum pada HFPEF. Strain longitudinal apikal 4 ruangan dapat digunakan sebagai nilai prognostik. Perbaikan fungsi longitudinal intrinsik ventrikel kiri menggunakan strain longitudinal apikal empat ruangan akibat latihan olahraga belumlah diketahui. Kuasi eksperimental menggunakan 30 sampel konsekutif HFPEF, dilakukan program latihan olahraga tersupervisi. Program latihan olahraga dilakukan selama satu bulan. Dilakukan pemeriksaan ekokardiografi, 6MWT, kuesioner MLWHF dan WHO. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam 6MWT, nilai skoring MLWHF dan WHO5 sebelum dan sesudah latihan olahraga. Didapatkan nilai strain longitudinal sebesar -16,20% (-10,7% sampai dengan -17,81%). Strain longitudinal apikal 4 ruangan mengalami perbaikan pada minggu ke 2 dan ke 4 latihan olahraga (sebelum latihan olahraga LS = -16,20 [-10,70 to -17,81]; minggu ke dua latihan olah raga LS = -18,00±2,69 dan minggu ke 4 latihan olahraga LS = -21,86±1,79) dan terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0,001). Terdapat perbaikan fungsi intrinsik longitudinal ventrikel kiri sebelum dengan sesudah diberikan program latihan olahraga pada penderita gagal jantung dengan fraksi ejeksi yang normal.

Fifty percent of patients with heart failure are heart failure with preserved ejection fraction (HFPEF). Morbidity and mortality of HFPEF is unclear. Exercise has become the first recommendation in several clinical guidelines, but not yet in HFPEF. Apical 4 chamber longitudinal strain can be used as a prognostic value. But the improvement of longitudinal intrinsic left ventricular function using apical 4 chamber longitudinal strain due to exercise training is not yet known. Quasi- experimental study using thirty consecutive sample of HFPEF. Exercise training program was conducted for a month. Echocardiography, 6MWT, MLWHF and WHO questionnaire was performed before and after exercise. There was significant differences in the 6MWT, the value of MLWHF and WHO5 score before and after exercise. Longitudinal strain values obtained by -16.20 % (-10.7% to -17.81%). Four chamber longitudinal strain was improved at weeks 2 and 4 of exercise (before exercise LS = -16.20[-10.70 to -17.81]; the second week of exercise training LS = -18.00±2,69 and week 4 exercise LS = -21.86 ± 1.79) and there were significant differences (p < 0.001). There was an improvement in the longitudinal intrinsic left ventricular function before and after exercise training in patients with heart failure with preserved ejection fraction."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Martua
"ABSTRAK
Latar Belakang: Perkembangan ilmu pengetahuan berhasil meningkatkan harapan hiduppasien yang mengalami infark miokardium. Namun pengobatan yang ada saat ini hanyamemperbaiki kondisi klinis pasien, tanpa adanya perbaikan otot jantung yang telah rusak.Hal inilah yang mendasari berkembangnya penelitian yang mempelajari tentang upayaregenerasi sel otot jantung dengan pemanfaatan sel punca yang salah satunya adalahMesenchymal Stem Cell MSC . Namun hasil yang didapatkan dari beberapa penelitianmenunjukkan hasil yang belum optimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktordiantaranya adalah kadar dan fungsi dari sel punca yang tidak adekuat. Hingga saat inibelum ada penelitian yang mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi kadar MSCdalam Bone Marrow Mononuclear Cell BMMC pada pasien penyakit jantung iskemikkhususnya pengaruh fungsi sistolik ventrikel kiri.Tujuan: Menilai hubungan fungsi sistolik ventrikel kiri dengan kadar MSC dalam BMMCpada pasien penyakit jantung iskemik yang menjalani terapi sel punca Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan menggunakan datasekunder. Subjek penelitian adalah pasien penyakit jantung koroner dengan fungsi sistolikventrikel kiri

ABSTRACT
Background The development of science succeeded in increasing the life expectancy of patients with myocardial infarction. However, existing treatments only improve the clinical condition of the patient, without any improvement of the damaged heart muscle. Thus supposrt the development of research that studies to regenerate heart muscle cells with stem cells, for example Mesenchymal Stem Cell MSC . However, the results from several studies have shown modest results. It is caused by several factors including the levels and function of stem cells is inadequate. Until now, no study has evaluated the factors affecting the levels of MSC in Bone Marrow mononuclear cell BMMC in patients with ischemic heart disease in particular the influence of left ventricular systolic function.Objective To assess the association of left ventricular systolic function with MSC levels in BMMC in patients with ischemic heart disease who underwent stem cell therapyMethods This was a cross sectional study using secondary data. Subjects were patients with coronary heart disease with left ventricular systolic function "
2016
T55656
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Reza
"ABSTRAK
Latar belakang: Hipertensi tak hanya berkaitan dengan disfungsi diastolik ventrikel kiri, namun juga disfungsi sistolik ventrikel kiri. Pemeriksaan speckle tracking echocardiography STE dapat digunakan untuk menilai disfungsi sistolik dan diastolik ventrikel kiri lebih awal. Tujuan: Mengetahui adanya perbedaan fungsi intrinsik ventrikel kiri pada populasi HT terkontrol dibandingkan populasi hipertensi yang tidak terkontrol Metode: Studi potong lintang dengan 119 subyek HT yang terdiri dari 59 subyek dengan HT tak terkontrol dan 60 subyek HT terkontrol, dilakukan pemeriksaan STE dengan parameter Global Longitudinal Strain GLS untuk menilai fungsi sistolik dan strain rate untuk menilai fungsi diastolik. Hasil: Terdapat perbedaan GLS yang bermakna pada kelompok HT tak terkontrol dibandingkan HT terkontrol -19,77 3,10 vs -23,85 2,25 , p.

ABSTRACT
Hypertension HT is associated with left ventricle LV diastolic and systolic dysfunction, even in patient with normal ejection fraction. Speckle tracking echocardiography STE has a high sensitivity in evaluating LV systolic and diastolic dysfunction. Objective To asses the difference of intrinsic left ventricle function between controlled HT and controlled HT. Methods Cross sectional study with 119 subjects consisting of 59 uncontrolled HT subjects and 60 controlled HT subjects, underwent STE study with global longitudinal strain GLS as a parameter to asses LV systolic function and strain rate as a parameter to asses LV diastolic function. Results There is a significant difference of GLS between uncontrolled and controlled HT 19,77 3,10 vs 23,85 2,25 , p"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>