Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Titik Kartika
"Suatu penelitian telah dilakukan untuk menemukan hubungan antara presentasi hamburan dengan variasi sudut hambur dalam ruang fluoroskopi dan bagaimana hal tersebut berpengaruh terhadap hamburan yang diterima oleh organ personil fluoroskopi. Penelitian dilakukan dengan mengukur dosis hambur menggunakan keping TLD (Thermoluminescent Dosimeter) LiF yang ditempelkan pada pusat phantom yang diletakkan di tengah meja pemeriksaan fluoroskopi. TLD juga ditempatkan pada 7 (tujuh) lokasi di depan meja dengan sudut yang berbeda dengan menggunakan tali yang terpasang 50 cm dari phantom. Pengukuran ini dibandingkan dengan pengukuran hamburan yang diterima oleh organ personil fluoroskopi dengan menempelkan TLD pada dahi, leher, dada, pinggang, dan kaki personil saat mereka melakukan tindakan fluoroskopi terhadap pasien.
Hasil menunjukkan bahwa jumlah hamburan tergantung pada sudut hambur dan presentasi dosis hambur ke arah atas lebih besar dari pada yang ke arah bawah. Hal ini memberikan informasi bagi personil fluoroskopi bahwa dalam prosedur fluoroskopi dengan tabung di atas, bagian atas tubuh personil akan lebih banyak menerima dosis hambur sehingga mereka harus peduli terhadap pemakaian perisai radiasi pada organ vital bagian atas seperti mata dan tiroid. Personil juga harus mempertimbangkan posisi mereka sehingga paparan organ personil fluoroskopi dapat dijaga pada tingkat yang diharapkan.

A Study was conducted to investigate the relation of percentages scatter with variation scatter angle in fluoroscopy room and how it affect to the scatter received by fluoroscopist's organ. The scatter dose was measured by using LiF TLD (Thermoluminescent Dosimeter) chips located on the center of a phantom, which was placed on the center of a fluoroscopy table. TLDs were also put on 7 (seven) different locations in front of the table with different angles by using strings at a distance of 50 cm from the phantom. This measurement have been compared with measurement of the scatter received by attaching TLD to fluoroscopist's forehead, neck, thorax, waist, and foot while operating fluoroscopy equipment on patients.
The results showed that the amount of scatter depend on the angle scatter, and the percentages of scatter dose in the backward direction are higher than percentages of scatter dose in the forward direction. The results give information to fluoroscopists that the upside of their body will receive more scatter dose, so they must care about using shielding on their vital organ like eyes and tyroid. Fluoroscopists also must consider their position so that the fluoroscopist's organ exposure can be maintained at an acceptable level.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T29084
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Taufiqurrakhman
"Teknologi fabrikasi berskala mikro saat ini sangat bervariasi dan sedang terus dikembangkan. Salah satunya menggunakan mikroorganisme (biomachining). Terdapat jenis bakteri yang dapat melakukan pemakanan pada logam sebagai sumber energinya, salah satunya adalah Acidithiobacillus ferooxidans. Penelitian sebelumnya telah membuktikan kemampuan Acidithiobacillus ferooxidans dalam karakterisasi proses pemakanan dan hasil akhir material benda kerja. Namun, perkembangan teknologi biomachining belum selesai.
Dalam penelitian ini, proses biomachining diberikan tambahan parameter variasi sudut inklinasi terhadap benda kerja material tembaga untuk mengetahui pengaruhnya terhadap profil permukaan dan tingkat kekasaran yang dihasilkan. Benda kerja diberi sebuah pola dengan metode photolithography dan dimasukkan dalam cairan medium kultur bakteri, dengan diberikan sudut inklinasi sebesar 20° dan 30° dengan alat bantu inklinator. Data hasil pengukuran bentuk profil dan tingkat kekasaran permukaan oleh mesin SURFCOM akan dibandingkan dengan hasil biomachining yang diberi sudut inklinasi berbeda yaitu 40° dari hasil penelitian sebelumnya.
Hasil penelitian ini yaitu pemakanan sampel 20° memiliki kedalaman yang lebih kecil dibandingkan dengan sampel 30°, namun center island yang dihasilkan cenderung lebih panjang. Tren untuk nilai tingkat kekasaran (Ra) yaitu sampel 20°>30°>40°. Perbedaan karakteristik pemakanan ini diharapkan dapat mendukung pengembangan proses biomachining multi-axis kedepannya.

Nowadays, micro fabrication technology is very varied and being continuosly developed. One of them uses microorganisms culture (biomachining). There is a type of bacteria which can do metal removal as a source of energy, one of which is Acidithiobacillus ferooxidans. The previous research has proven the ability of Acidithiobacillus ferooxidans in the characterization and result of workpiece material removal process. However, biomachining technology has not done yet.
In this research, biomachining process is added by angle of inclination parameter to know the effect on copper surface profile and roughness. Workpieces are given a pattern by photolithography method and put in the bacterial culture medium, which is added inclination angle of 20° and 30° on inclinator. Profile shape and the surface roughness measurement data which are taken by SURFCOM machine will be compared with the inclination angle of 40° measurement data from previous research.
The results of this research that removal depth of sample 20° is smaller than the sample 30°, but the center island tend to be longer. Result for the value of roughness average (Ra) is the sample 20° > 30° > 40°. This characteristic differences are expected can support the development of multi-axis biomachining.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53970
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library