Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sigit Rasyid Raharjo
Abstrak :
Salah satu upaya dalam mengatasi celah antara kinerja saat ini dengan kinerja yang diharapkan oleh organisasi terhadap individu adalah melalui pelatihan dan pengembangan. Proses pelatihan yang dilaksanakan secara tepat dan berkesinambungan tentu diharapkan dapat meningkatkan kompetensi individu yang sejalan dengan tujuan organisasi sehingga akan meningkatkan kinerja organisasi. Akan tetapi permasalahan yang sering terjadi dalam proses pelatihan adalah relevansi dan penerapan hasil pelatihan yang tidak sesuai dengan tujuan daripelatihan tersebut. Permasalahan tersebut timbul umumnya terjadi pada proses transfer pelatihan untuk diterapkan di pekerjaanya belum tercapai secara maksimal.Beberapa faktor pendorong dari kesuksesan proses transfer pelatihan pada pekerjaaan diantaranya andalah faktor karakteristik peserta pelatihan, desain pelatihan dan lingkungan kerja yang mendukung proses transfer hasil pelatihan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh validitas konten pelatihan yang didapatkan terhadap pekerjaannya dan dukungan sosial dalam pencapaian transfer pelatihan melalui mediasi motivasi untuk melakukan transfer pelatihan di pekerjaannya dalam lingkup pekerja disektor UMKM yang telah mendapatkan pelatihan. Validitas konten pelatihan adalah seberapa mirip kegiatan pelatihan yang didapatkan dengan situasi dan kondisi pekerjaan. Dukungan sosial menekankan pada sejauh mana peran dari organisasi khususnya peran supervisor dan rekan kerja dalam mendorong proses transfer pelatihan ditempat kerja. Sementara, motivasi untuk melakukan transfer pelatihan merupakan dorongan dan keinginan diri dalam mengembangkan hasil pelatihan pada pekerjaan.Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari validitas konten pelatihan dan dukungan sosial terhadap motivasi untuk melakukan transfer. Penelitian ini juga menyatakan bahwa faktor desain pelatihan yang relevan dan dukungan supervisor dan rekan kerja mempengaruhi keberhasilan proses transfer pelatihan di sektor UMKM. Penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagaimana gambaran kondisi proses transfer yang terjadi saat ini dan perbaikan yang masih perlu dilakukan untuk mendapatkan proses pelatihan yang efektif dan efisien khususnya di sektor UMKM.
The process to improve the gap between current and desired performance for individual in organization is through training and development. The training processes which organized relevantly and continuously is expected to increase the competence of individuals to fit in organizational goals in order to improve organizational performance. However, the problems that often occur in the training process is the relevance and applicability of training results does not match with the training objectives. Such problem mostly occurs in the transfer of training process applied on the job.The driving forces of the transfer of training process to job requirement are trainee's characteristics, training design and work environment that supports the process of the transfer of training. Therefore, the authors are interested in conducting a research on the influence of the perceived content validity and social support on achieving the transfer of training through the mediation of motivation to transfer within the SME's workers who had received training. Perceived content validity is the degree of training activities that similar to the situation and conditions on the job. The social support emphasizes the degree of organization roles in support transfer of training especially the role of supervisor and peer workers in the workplace. Meanwhile, the motivation to transfer training is an impulse and desire in developing the results of the training on the job.The results of this study shown that perceived content validity and social support positively and significantly influences motivation to transfer. This research also indicate that the relevance of training design to the job characteristics and both supervisor and peer support significantly influences training transfer. The research could be an instructional material about the description of training transfer processes conditions nowadays, and improvements to develop more effective and efficient training process, especially in the SME's sector.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meitreya Taris
Abstrak :
Sejak Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi global oleh World Health Organization (WHO) pada 12 Maret 2020, berbagai kebijakan dibuat oleh pemerintah di seluruh dunia, salah satunya adalah lockdown. Kebijakan ini membuat perusahaan tidak dapat memproduksi dan mendistribusikan produknya sehingga menyebabkan gangguan rantai pasokan. Industri alat kesehatan merupakan salah satu rantai pasokan yang terkena dampak signifikan dari pandemi ini. Terdapat kekurangan alat pelindung diri (APD) dan alat kesehatan lainnya untuk perawatan Covid-19 pada rumah sakit di seluruh dunia. Salah satu negara yang mengalami gangguan dalam rantai pasokan alat kesehatan adalah Indonesia, karena ketergantungannya pada alat kesehatan dari negara lain, dan adanya larangan ekspor selama lockdown. Penting untuk mengadopsi ketangguhan rantai pasok karena ketergantungan dalam rantai pasokan. Ketika strategi ini diadopsi, diperlukan Key Performance Indicator (KPI) sebagai alat untuk memantau dan mengukur kinerja ketangguhan rantai pasokan pada industri alat kesehatan di Indonesia. Dalam penelitian ini, indikator yang dikumpulkan dari tinjauan literatur, terdapat 9 indikator dan 42 sub indikator untuk ketangguhan rantai pasokan. Setelah itu, indikator dan sub-indikator tersebut divalidasi oleh beberapa ahli dengan mengisi kuesioner. Dengan menggunakan modified kappa (k*) untuk validasi, didapatkan 35 sub indikator dinyatakan valid untuk industri alat kesehatan di Indonesia dengan nilai k* ≥ 0.74. Dengan menganalisa menggunakan Dematel-based ANP (DANP), indikator knowledge management merupakan indikator yang sangat mempengaruhi indikator lainnya sedangkan indikator agility merupakan indikator yang paling mudah dipengaruhi oleh indikator lainnya. ......Since Covid-19 was declared a global pandemic by the World Health Organization (WHO) on 12 March 2020, various policies have been made by governments around the world, one of which is a lockdown. This policy makes companies unable to produce and distribute their products, causing supply chain disruptions. The medical device industry is one of the supply chains significantly affected by this pandemic. There is a shortage of personal protective equipment (PPE) and other medical devices for Covid-19 treatment in hospitals around the world. One of the countries experiencing disruptions in the medical device supply chain is Indonesia, due to its dependence on medical device supplies from other countries, and the export ban during the lockdown. It is important to adopt Supply Chain Resilience (SCR) due to the dependency on the supply chain. When SCR is adopted, Key Performance Indicators (KPIs) are required as a tool to monitor and measure the performance of supply chain resilience in the medical device industry in Indonesia. In this study, indicators collected from the literature review, there are 9 indicators and 42 sub-indicators for supply chain resilience. After that, the indicators and sub-indicators were validated by several experts by filling out a questionnaire. Using modified kappa (k*) for validation, 35 sub-indicators were found to be valid for the medical device industry in Indonesia with a k* value ≥ 0.74. By analyzing using Dematel-based ANP (DANP), the knowledge management indicator is the indicator that strongly influences other indicators while the agility indicator is the indicator that is most easily affected by other indicators.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tia Atika Putri
Abstrak :
Saat ini tren penggunaan kosmetik di Indonesia tidak untuk wanita saja, namun telah berinovasi pada produk kosmetik bagi pria maupun anak-anak. Hingga tahun 2019, pemerintah Indonesia mencatat terdapat sebanyak 797 perusahaan kosmetik dalam negeri baik dari skala kecil, menengah maupun besar dimana angka tersebut meningkat dari jumlah pada tahun sebelumnya yaitu sebesar 760 perusahaan. Kinerja industri kosmetik juga mengalami pertumbuhan sebesar 5.59% pada tahun 2020 dan berhasil menyumbang devisa negara dengan nilai ekspor mencapai USD 317 juta atau mengalami kenaikan sebesar 15.2% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Aliran rantai pasok dalam akivitas bisnis tentunya merupakan hal yang rumit untuk dibicarakan karena aktivitas, koneksi dan keterkaitan antar elemen dari hulu ke hilir penuh dengan risiko dan ketidakpastian. Penelitian ini bertujuan untuk merancang model risiko rantai pasok pada industri kosmetik di Indonesia, sehingga pengelolaan risiko dan ketidakpastian dalam jaringan rantai pasok dapat dieksplor lebih lanjut sehingga dapat dijadikan sebagai referensi dalam melakukan mitigasi risiko yang tepat. Terdapat 3 metode yang digunakan pada penelitian ini, pertama adalah literature review untuk mengumpulkan indikator risiko rantai pasok di industri kosmetik dari penelitian sebelumnya, kedua adalah metode CVI untuk melakukan validasi dari indikator yang telah diperoleh dari hasil literature review serta terakhir adalah DEMATEL berbasis ANP untuk mengetahui bobot dan pengaruh antar dimensi. 20 indikator dalam 6 dimensi telah berhasil tervalidasi dari 36 indikator oleh 5 expert di bidang industri kosmetik dengan rata-rata nilai I-CVI sebesar 0,91. Dimensi pada risiko rantai pasok di industri kosmetik yang paling kuat pengaruhnya adalah dimensi pasokan dan logistik, sementara dimensi keuangan dinilai sebagai dimensi yang paling mudah terpengaruh. ......The trend of using cosmetic products in Indonesia is not only exclusively for women but also has expanded for men and children. Until 2019, the Indonesian government recorded 797 domestic cosmetic companies from small, medium, and large scale, which increased compared to 760 companies in the previous year. The cosmetics industry's performance also grew by 5.59% in 2020 and contributed to foreign exchange for export with USD 317 million, increasing 15.2% compared to the previous year. Supply chain flow in business activities is undoubtedly a complicated issue to discuss because the activities, connections, and interrelationships between elements from upstream to downstream are full of risks and uncertainties. This study aims to conceptualize a supply chain risk model in the Indonesian cosmetics industry to ensure the development of appropriate risk mitigation strategy. This research used qualitative data in a questionnaire assessment by experts, processed using a Content Validity Index (CVI) approach. This research used 3 methods, literature review for collecting supply chain risk indicators, CVI method for validating the indicators collected from literature review, and DEMATEL based ANP for find the weight and relation between each indicator and dimension. A total of 20 indicators in 6 dimensions have been successfully validated from 36 indicators by five experts in the cosmetics industry with an average I-CVI value of 0.91. The highest influence dimension in supply chain risk in cosmetic industry is the supply and logistic indicator, meanwhile the finance dimension is rated as the most easily affected dimension.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library