Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rukman Abdullah
"Latar belakang: Selama proses pendidikan, mahasiswa pendidikan dokter diharapkan mampu mengembangkan kemampuan critical thinking berpikir kritis , clinical reasoning penalaran klinis dan problem solving penyelesaian masalah . Perangkat kognitif tersebut ditopang oleh kemampuan metakognisi. Mahasiswa dengan metakognisi yang baik mampu mensinergikan pengetahuan yang dimiliki saat ini dengan strategi refleksi diri agar mencapai target belajar yang dikehendaki. Salah satu cara untuk mengetahui tingkat metakognisi mahasiswa adalah dengan Metacognition Awareness Inventory MAI . Sebelum menggunakan MAI dalam konteks pendidikan dokter, instrumen tersebut perlu divalidasi terlebih dahulu. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas MAI hasil adaptasi Bahasa Indonesia.
Metode: Penelitian potong lintang untuk menilai gambaran MAI adaptasi Bahasa Indonesia pada mahasiswa pendidikan dokter tahap akademik. Penelitian ini melalui 3 tahap yaitu adaptasi bahasa, uji coba, dan penelitian utama. Penelitian melibatkan seluruh mahasiswa FK Universitas Malahayati Bandar Lampung pada semester 2, 4, dan 6. Data diperoleh dengan menyebarkan 1200 kuesioner MAI hasil adaptasi Bahasa Indonesia selama bulan Mei 2014. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan SPSS dengan exploratory factor analysis EFA untuk mengetahui jumlah subskala baru sekaligus uji validitas dan reliabilitas.
Hasil: Kuesioner yang memenuhi syarat analisis sebanyak 757 eksemplar. Hasil uji validitas konstruk bernilai bagus, dengan hanya 1 butir kuesioner yang drop out dari 52 butir. Nilai koefisien korelasi ke 51 butir berada pada rentang 0,158 s/d 0,561 diatas nilai ambang >0,074 df-2: 755 dengan taraf signifikansi 5 . Ekstraksi 5 komponen kognitif persiapan, pengawasan, pengelolaan, strategi, dan penilaian menggunakan analisis point of inflexion pada scree plots dengan metode ekstraksi principal component analysis PCA dan rotasi promax. Hasil koefisien alfa kuesioner MAI hasil adaptasi Bahasa Indonesia bernilai sangat baik pada 0.904.
Kesimpulan: MAI hasil adaptasi Bahasa Indonesia memenuhi: 1 kriteria validitas konstruk, baik dari segi isi, proses respon, konsistensi internal, hubungan antar variabel, dan konsekuensi, 2 kriteria reliabilitas baik secara keseluruhan maupun persubskala. MAI hasil adaptasi Bahasa Indonesia valid dan reliabel untuk digunakan sebagai instrumen penilaian metakognisi dalam konteks pendidikan kedokteran tahap akademik.

Background During educational process, medical students are expected to develop critical thinking, clinical reasoning, and problem solving. These cognitive attributes are supported by student rsquo s metacognition. Students with good metacognition are able to synergize the knowledge possessed today with a strategy of self reflection in order to achieve the desired learning targets. There are several ways to measure student rsquo s metacognition, one of which is Metacognition Awareness Inventory MAI . Before conducting research using MAI in the context of medical education, the instrument needs to be validated first. The purpose of this study was to test the validity and reliability of Indonesian version of MAI.
Method A cross sectional study was conducted to assess Indonesian version of MAI in academic phase of medical student. This research divided into three stages language adaptation, pilot study, and main research. The study involved all students of the Faculty of Medicine University of Malahayati Bandar Lampung from semester 2, 4, and 6. Data obtained by distributing 1200 questionnaires May of 2014. The data were analyzed using SPSS with exploratory factor analysis EFA to know the number of factor extraction new subscale and at the same time to test the validity and reliability of the questionnaire.
Result Remaining 757 questionnaires were eligible for analysis. Construct validity of the questionnaire are good. Only one item of the questionnaire was drop out. The correlation coefficient of the remaining 51 items are in the range of 0.158 to 0.561 which is beyond threshold value of 0.074 df 2 755 , significance level of 5 . A point of inflexion analysis on scree plots were used to decide the number of component to be extracted. Extraction method is principal component analysis PCA with promax rotation. The 5 extracted components are preparation, monitoring, regulation, strategy, and assessment of cognitive. Chronbach of the Indonesian version of MAI is very good at level of 0,904.
Conclusion Indonesian version of MAI not only meet the criteria for selected construct validity content and internal structure but also the criteria for reliable questionnaire as a whole set and some subscales. Indonesian version of MAI is valid and reliable to be used as an instrument for metacognition assessment in the context of medical education at academic phase.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezki Yeti Yusra
"Latar Belakang : Penilaian praktik kolaborasi interprofesi tenaga kesehatan penting dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai praktik kolaborasi interprofesi bagi praktisi kesehatan dan bagi institusi pendidikan yang merencanakan pengalaman pembelajaran bagi mahasiswa profesi kesehatan. Berdasarkan telaah literatur penilaian praktik kolaborasi interprofesi dapat menggunakan Collaborative Practice Assessment Tool CPAT . Instrumen CPAT belum pernah digunakan di Indonesia sehingga perlu dilakukan validasi terlebih dahulu. Tujuan penelitian ini adalah melakukan uji validitas dan reliabilitas CPAT adaptasi Bahasa Indonesia.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain potong lintang untuk menilai validitas kuesioner CPAT adaptasi Bahasa Indonesia pada tenaga kesehatan. Penelitian melibatkan 304 responden tenaga medis dan kesehatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan dilaksanakan bulan Maret hingga Juni 2017. Penelitian ini melalui 3 tahap yaitu adaptasi bahasa, uji coba dan pengumpulan data untuk validasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan perangkat SPSS 20.0 dengan exploratory factor analysis EFA untuk mengetahui jumlah subskala sekaligus menguji validitas dan reliabilitas kuesioner.
Hasil : Sejumlah 304 kuesioner memenuhi untuk syarat analisis lebih lanjut. Hasil uji validitas konstruk ,menunjukkan hasil baik dan terdapat 3 butir pernyataan yang dihilangkan. Nilai koefisien korelasi 53 butir pernyataan > 0,3 dengan tingkat signifikansi 5 . Ektraksi dengan metode principal component analysis dan rotasi oblimin memperoleh 8 komponen hubungan antar anggota tim; hambatan dalam tim; hubungan tim dengan masyarakat; koordinasi dan pembagian peran dalam tim; pembuatan keputusan dan manajemen konflik; kepemimpinan; misi, tujuan, sasaran; keterlibatan pasien, tanggung jawab dan otonomi . Nilai koefisien alfa kuesioner CPAT adaptasi Bahasa Indonesia sangat baik yaitu 0,916.
Kesimpulan : CPAT adaptasi Bahasa Indonesia valid dan reliabel untuk digunakan sebagai instrumen penilaian praktik kolaborasi interprofesi. Terdapat perubahan distribusi butir kuesioner pada komponen dan perbedaan komponen CPAT versi asli dan CPAT adaptasi Bahasa Indonesia. Instrumen CPAT adaptasi Bahasa Indonesia memenuhi kriteria validitas konstruk dan kriteria reliabilitas yang baik secara keseluruhan maupun setiap komponen. Kuesioner CPAT dapat digunakan lebih lanjut untuk menilai praktik kolaborasi interprofesi tenaga kesehatandi Indonesia.

Background Assessment of interprofessional collaborative practice of healthcare practitioners is important to provide an overview of current practices. The assessment is also strategic for educational institutions that plan to prepare learning experiences for medical and health professions rsquo students. A thorough literature review suggested that the Collaborative Practice Assessment Tool CPAT can be used to assess the practice of interprofessional collaboration in health setting. This instrument has not been used in Indonesia hence,it must be validated first. The purpose of this study was to provide evidence on the validity and reliability of Indonesian adaptation of CPAT.
Method This study used cross sectional design to provide evidence on the validity and reliability of Indonesian version of CPAT questionnaire. The study involved 304 medical and healthcare practitioners at Cipto Mangunkusumo Hospital from March to June 2017. The study was conducted through 3 stages language adaptation, pilot study and validation study. The data was analyzed using SPSS 20.0 with exploratory factor analysis EFA to identify the number of subscales and to provide evidence of the validity and reliability of the questionnaire.Result A total of 304 completed questionnaires were eligible for analysis.
The results of the construct validity test was good and a total of 3 items were removed from 56 item of an original CPAT. The correlation coefficient of 53 items was 0.3 with significance level of 5 . Extraction using principal component analysis and oblimin rotation method resulted in 8 components relationships among members team barriers team relationships with community coordination and role sharing decision making and conflict management leadership, missions, meaningful purpose, goals patient involvement responsibilty and autonomy . Cronbach alpha of Indonesian version of CPAT was very good 0,916.
Conclusion The Indonesian version of CPAT was valid and reliable to be used as an instrument to assess interprofessional collaborative practice of health professionals. There were some changes in the total number of items, the distribution of items to the subscales and identified subcales in Indonesian CPAT compared to the original CPAT. The Indonesian version of CPAT fulfills the criteria of construct validity and reliability of a questionnaire both as a whole set and in each subscale. The questionnaire can be used further to assess interprofessional collaboration practiceof health professionals in Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vetta Fegitalasky
"Latar belakang: Memberikan edukasi dan memberikan kesempatan pasien untuk
berpartisipasi pada pengambilan keputusan merupakan kunci keberhasilan
hubungan dokter dengan pasien. Oleh karena itu diperlukan komunikasi antar
dokter dan pasien untuk mendiskusikan tatalaksana medis. Untuk menilai
pemahaman pasien terhadap suatu prosedur, diperlukan alat bantu misalnya dalam
bentuk kuesioner. Saat ini belum ada kuesioner standar di Indonesia maupun
internasional untuk menilai pemahaman pasien mengenai seksio sesarea. Untuk itu
peneliti merasa perlu untuk membuat suatu kuesioner untuk menilai pemahaman
pasien terhadap prosedur seksio sesarea
Tujuan: (1) Membuat kuesioner yang dapat menilai pemahaman pasien terhadap
edukasi pra tindakan operasi seksio sesarea, (2) kuesioner dapat dipakai sebagai
sarana untuk mengetahui pemahaman pasien sebelum dilakukan edukasi
pratindakan seksio sesarea, (3) Kuesioner ini akan digunakan untuk penelitian
selanjutnya yaitu untuk membandingkan pemahaman pasien yang diberikan
edukasi dengan alat bantu video edukasi dan pasien yang diberikan edukasi standar.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan, yaitu membuat suatu
kuesioner baru. Validasi dilakukan dengan uji validasi isi oleh panel expert, uji face
validity dan uji validitas konstruk. Kuesioner terdiri atas 28 butir pertanyaan pilihan
ganda. Pengujian validitas konstruk dengan menilai item discimination dan item
difficulty. Analisis uji validitas penelitian ini menggunakan korelasi Bivariat
Pearson yang diolah dengan program SPSS versi 20.
Hasil: Penelitian dikatakan valid apabila r-hitung > r-tabel. Pada perhitungan rtabel
didapatkan nilai koefisien 0,207. Hasil penelitian kami, berdasarkan nilai rhitung
>0,207 yaitu sebanyak 19 dari 28 butir soal kuesioner dinyatakan valid.
Tingkat reliabilitas yang kami dapatkan sebesar 0,551.
Kesimpulan: Kuesioner pemahaman pasien terhadap tindakan seksio sesarea
menghasilkan 19 butir kuesioner yang valid dan dapat digunakan sebagai alat untuk
menilai pemahaman pasien sebelum operasi seksio sesarea.

Background: Patients education prior cesarean section is a success key in doctorpatient
relationship. Therefore, good communication to discuss medical procedure
is needed. An instrument such as questionnaire is important to evaluate patients
knowledge of medical procedure. Nowadays, theres no standard tool to evaluate
patients knowledge of cesarean section, neither here in Indonesia, nor in abroad.
Hence, we need to create a new questionnaire to evaluate it.
Objective: (1) To make a questionnaire that can evaluate patients knowledge of
cesarean section, (2) The questionnaire can be use as a tool before doctors educate
patients during informed consent, (3) The questionnaire could be use again in the
next research, to compare patient with standard informed consent and with
educational video.
Method: This is a pilot study to create a new questionnaire about patients
knowledge of cesarean section. We conduct a validation test which are content
validity, face validity and construct validity. The questionnaire has 28 item, with
multiple choice questions type. To measure construct validity, we analyze item
discrimination and item difficulty. Data was processed using SPSS version 20 to
analyze pearson bivariate correlation.
Result: This questionnaire is valid if pearsons r-count > r table. We determine the
r-table is 0.207. Hence, the value was valid if the coefficien is >0.207. Using SPSS
version 20, there are 19 from 28 items which are valid. The reliablity of this
questionnaire is 0.551.
Conclusion: This questionnaire result in 19 valid items and it can be use as a tool
to evaluate patient knowledge before cesarean section."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Yuri Perwita
"Latar Belakang: Telah diketahui bahwa paradigma pendekatan pembelajaran sekolah kedokteran saat ini menuju pendekatan pembelajaran student-centered learning, namun, perubahan pendekatan pembelajaran ini akan sulit dilakukan jika konsepsi yang dimiliki oleh seorang dosen berbeda dengan pendekatan student-centered learning. Oleh karena itu, perlunya instrumen COLT adaptasi Bahasa Indonesia yang diharapkan dapat mengukur konsepsi dosen kedokteran Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan instrumen pengukuran konsepsi dosen kedokteran mengenai pembelajaran dan pengajaran yang valid dan reliabel
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian psikometri yang termasuk dalam studi eksplorasi untuk menilai validitas kuesioner COLT adaptasi Bahasa Indonesia pada dosen kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Gunadarma dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penelitian ini melalui 3 tahap, yaitu adaptasi bahasa, wawancara kognitif, dan pengumpulan data untuk validasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan perangkat SPSS 26 dengan exploratory factor analysis (EFA).
Hasil: Validitas konten pada tahap expert panel dilakukan oleh 6 orang ahli dengan menghitung nilai i-CVI dan didapatkan hasil 0,95. Hasil wawancara kognitif menunjukkan perbaikan bahasa pada beberapa butir pernyataan. Sejumlah 91 kuesioner disebar kepada dosen pada dua institusi berbeda. Hasil uji validitas konstruk menunjukkan terdapat 2 butir pernyataan dikeluarkan dari kuesioner. Ekstraksi dengan metode principal component analysis dan rotasi direct oblimin memperoleh 3 faktor. Nilai koefisien Cronbach alpha COLT adaptasi Bahasa Indonesia sebesar 0,744. Terdapat perbedaan bermakna pada kategori pengalaman mengajar, jenis kelamin, dan asal institusi
Kesimpulan: Instrumen COLT adaptasi Bahasa Indonesia merupakan instrumen yang valid dan reliabel

Backgrounds: It is known that the paradigm of the current medical school learning approach is towards a student-centered learning, however, changing this learning approach will be difficult if the conception held by a teacher is different from the student-centered learning approach. Therefore, the Indonesian version of the COLT instrument is needed, which is expected to help measure the conceptions of Indonesian medical teachers. The aim of this study was to obtain a valid and reliable instrument for measuring conceptions of learning and teaching for medical teachers.
Methods: This study is a psychometric study included in an exploratory study to assess the validity of the Indonesian adapted COLT questionnaire for medical Teachers at the Faculty of Medicine, Gunadarma University and the Faculty of Medicine University of Indonesia. This research went through 3 stages, which consists of language adaptation, cognitive interview, and data collection for validation. The data obtained were then analyzed using SPSS 26 with EFA.
Results: Content validity at the expert panel stage was carried out by 6 experts by calculating the i-CVI value and the result was 0.95. The results of cognitive interviews showed improvement in language in several statements. A total of 91 questionnaires were distributed to 2 different institutions. The results of the construct validity test showed that there were 2 statements from the questionnaire excluded. Extraction using PCA method and direct oblimin rotation obtained 3 factors. The value of the cronbach alpha COLT for Indonesian adaptation is 0.744. There are significant differences in the categories of teaching experience, gender, and institutional origin.
Conclusion: The Indonesian adaptation COLT instrument is a valid and reliable
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indy Labaron
"Latar Belakang: Etiologi temporomandibular disorder (TMD) adalah multifaktor, salah satunya adalah kebiasaan parafungsi yaitu sleep bruxism. Pasien sleep bruxism sering mengalami tanda dan gejala TMD yaitu nyeri dan keterbatasan pembukaan mulut. Oleh karena itu evaluasi deteksi lebar pembukaan mulut digunakan rutin untuk pemeriksaan sendi temporomandibula, namun hubungan sleep bruxism dengan lebar pembukaan mulut ini masih kurang jelas.
Tujuan: Menganalisis reliabilitas dan validitas kuesioner sleep bruxism dan menganalisis apakah terdapat hubungan antara sleep bruxism dengan lebar pembukaan mulut.
Metode: Desain potong lintang. Kuesioner sleep bruxism dievaluasi menggunakan internal consistency reability test dan metode test-retest (ICC value), sedangkan validitas diukur dengan validasi konvergen, dan untuk hubungan antara sleep bruxism dengan lebar pembukaan mulut dilakukan dengan analisa bivariat.
Hasil: Nilai Cronbach's alpha 0.515 menunjukkan konsistensi internal yang cukup baik, dan nilai ICC test-retest > 0.808 sehingga disimpulkan kuesioner adalah reliabel, sedangkan hasil uji validitas dengan uji korelasi koefisien kontingensi adalah berbeda bermakna (p<0.05) dengan nilai korelasi lemah 0.362. Dengan demikian, alat ukur kuesioner sleep bruxism versi Bahasa Indonesia reliabel dan valid. Untuk lebar pembukaan mulut maximum comfortable, tidak ditemukan perbedaan bermakna antara pasien sleep bruxism dengan non sleep bruxism, dan antara pasien sleep bruxism TMD dengan sleep bruxism non TMD (p>0.05), sedangkan lebar pembukaan mulut maximum assisted pada pasien sleep bruxism TMD dan sleep bruxism non TMD terdapat perbedaan bermakna (p<0.05). Berdasarkan jenis kelamin, lebar pembukaan mulut maximum comfortable antara pria dan wanita berbeda bermakna (p<0.05).
Kesimpulan: Kuesioner sleep bruxism dalam bahasa Indonesia reliabel dan valid sehingga dapat digunakan di Indonesia. Tidak terdapat hubungan antara sleep bruxism dengan lebar pembukaan mulut.

Background: The etiology of temporomandibular disorders (TMD) is multifactor, one of them is parafunctional habit, such as sleep bruxism. Patients with sleep bruxism are more likely to experience jaw pain and limitation of jaw movement, than people who do not. Limitation of mouth opening is one of the cardinal signs found in TMD. Therefore, evaluation of maximum mouth opening is used as part of routine function assessment of temporomandibular joint, but the relationship between sleep bruxism and mouth opening is still unclear.
Objective: To analyze the reliability and validity of sleep bruxism questionnaire in Indonesia and also to analyze the relationship between sleep bruxism and mouth opening.
Methodolgy: Cross-sectional design. Sleep bruxism questionnaire was evaluated using internal consistency reability test and test-retest methods (ICC value), while the validity was analyzed by convergent validity. The relationship between sleep bruxism and mouth opening was analyzed with bivariate analysis.
Results: Cronbach's alpha showed moderate result (0.515), and ICC test-retest value was above 0.808, meaning the questionnaire was reliable. Validity analysis using coefficient contingency correlation showed significantly different (p<0.05) and weak correlation value (0.362). Thus, the Indonesian version of sleep bruxism questionnaire was reliable and valid. Relationship between maximum comfortable mouth opening on sleep bruxism and non bruxism, and between sleep bruxism non TMD and sleep bruxism with TMD were not significantly different (p>0.05), but relationship between assisted mouth opening on sleep bruxism non TMD and sleep bruxism with TMD were significantly different (p<0.05). Based on gender, maximum comfortable mouth opening were significantly different between sleep bruxism non TMD and sleep bruxism with TMD (p<0.05).
Conclusion: The Indonesian version of sleep bruxism questionnaire is reliable and valid, and there is no relationship between sleep bruxism and maximum mouth opening.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hasnan Habib
"Latar belakang: Difagia atau gangguan menelan merupakan gejala yang dapat memperburuk morbiditas dan mortalitas pasien yang mengalaminya baik yang bersifat mekanik maupun neurogenik. Keluhan ini sering ditemui pada poli rawat jalan THT RSCM terutama di poli THT divisi Bronkoesofagologi. Sampai saat ini belum ada instrumen yang bersifat patient reported outcome untuk skrining disfagia, sehingga dalam penelitian ini dilakukan adaptasi kuesioner EAT-10 ke bahasa Indonesia. Kuesioner ini dirancang untuk menilai keparahan gejala disfagia yang sudah banyak digunakan di berbagai negara yang sudah diadapatasi ke bahasa masing-masing negara.
Tujuan: Mengetahui validitas dan reliabilitas kuesioner EAT-10 versi bahasa Indonesia serta mengetahui nilai kepositifan EAT-10 versi bahasa Indonesia terhadap pemeriksaan FEES.
Metode: Pasien-pasien dengan gejala disfagia atau gangguan menelan yang terlebih dahulu didiagnosis dengan pemeriksaan FEES yang datang ke poli THT divisi Bronkoesofagologi. Pemeriksaan FEES dengan serat optik lentur untuk melihat kriteria objektif secara struktur anatomi dan gerakan refleks menelan daerah orofaring, kemudian dilakukan anamnesis dan diminta untuk mengisi kuesioner EAT-10 yang sudah diadaptasi ke bahasa Indonesia dengan metode WHO. Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi spearman correlation coefficient, dianggap signifikan bila nilai p<0,05. Uji reliabilitas dengan konsistensi internal mencari nilai Cronbach α di atas 0,6 untuk masing-masing dan keseluruhan pertanyaan.
Hasil: Penelitian melibatkan 50 subjek yang memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner EAT-10 ini memiliki nilai p dan korelasi yang signifikan (0,00) untuk setiap pertanyaan walaupun pada pertanyaan keenam yaitu “rasa sakit saat menelan” memiliki kekuatan korelasi yang lemah (0,408). Kuesioner ini juga memiliki Cronbach α di atas 0,6 untuk masing-masing pertanyaan (0,9) dan memiliki kepositifan 80% terhadap pemeriksaan FEES.
Kesimpulan: Instrumen EAT-10 versi bahasa Indonesia telah diadaptasi lintas budaya (transcultural), valid dan reliabel sebagai instrumen untuk menilai gejala pada disfagia serta memiliki nilai kepostifan yang baik terhadap pemeriksaan FEES.

Backround: Disphagia or swallowing disorder is a symptom that can exacerbate the morbidity and mortality of patients who experience it, both mechanical and neurogenic type. This complaint is often found in the RSCM ENT outpatient clinic, especially in the ENT polyclinic Bronchoesophagology division. Until now there was no patient reported outcome instrument that used for screening of dysphagia, so in this study an adaptation of the EAT-10 questionnaire to Indonesian version was carried out. This questionnaire is designed to assess the severity of dysphagia symptoms which have been widely used in various countries that have been adapted to the language of each country.
Objective: To determine the validity and reliability of the Indonesian version of the EAT-10 questionnaire and also to determine the positivity value between EAT-10 Indonesian version towards FEES examination.
Methods: Patients with symptoms of dysphagia or swallowing disorders diagnosed by FEES examination who came to the ENT Bronchoesophagology outpatient clinic and has been diagnosed with dysphagia by FEES examination. First of all FEES examination objectively evaluate anatomical structure and swallowing reflex in the oropharynx, then anamnesis was carried out and asked to fill out the EAT-10 questionnaire which had been adapted to Indonesian using the WHO method. The validity test was carried out using the Spearman correlation coefficient test. It was considered significant if the p value <0,05. The reliability test with internal consistency looks for a Cronbach α value above 0,6 for each and all questions.
Results: The study involved 50 subjects who met the inclusion criteria. This EAT-10 questionnaire has a significant p-value (0,00) and correlation for each question even though the sixth question “pain when swallowing” has a weak (0,408) correlation strength. This questionnaire also has a Cronbach α above 0,6 for each question (0,9) and has 80% positivity value towards FEES examination.
Conclusion: The Indonesian version of the EAT-10 instrument has been adapted cross-culturally, is valid and reliable as an instrument for assessing symptoms of dysphagia and also has a good positivity value towards FEES examination
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library