Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akhmad Ginanjar
Abstrak :
Di Indonesia, program imunisasi merupakan salah satu program prioritas oleh karena 30% dari. Angka Kematian Bayi (AKB) disebabkan oleh PD3I atau Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi. Angka Insiden campak di Kabupaten Lebak dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 terus meningkat dimana pada tahun 2003 sebesar 6,38/10.000, tahun 2004 sebanyak 6,41110,000 dan tahun 2005 mencapai 17,96110.000 dan disamping itu frekuensi kejadian luar biasa (KLB) campak dalam 3 (tiga) tahun terakhir juga meningkat yaitu tahun 2003 sebanyak 3 (tiga) kali, tahun 2004 sebanyak 8 (delapan) kali dan pada tahun 2005 sebanyak 9 (sembilan) kafi. Dari hasil pemantauan dan bimbingan teknis pads tahun 2004 yang dilakukan terhadap seluruh puskesmas mengenai checklist rantai vaksin diperoleh bahwa 23 puskesmas dari 35 puskesmas (66%) yang telah memenuhi standar dalam menangani vaksin di puskesmas, hal ini menunjukkan bahwa penanganan vaksin di puskesmas masih menjadi masalah yang dapat memberikan dampak menurunnya potensi vaksin. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan petugas imunisasi terhadap prosedur tetap (protap) penanganan vaksin campak. Metode penelitian dengan desain studi cross sectional. Populasi meliputi seluruh petugas imunisasi puskesmas se Kabupaten Lebak yang berjumlah 443 orarg. Sampling dalam penelitian ini adalah sebanyak 105 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara melalui kuesioner untuk variabeI independen dan untuk variabel dependen berupa observasi dengan menggunakan checklist. Variabel dependen adalah kepatuhan petugas imunisasi dalam penanganan vaksin campak di puskesmas. Sedangkan variabel independen adalah variabel-variabel individu (umur, pendidikan, pelatihan, lama kerja dan pengetahuan), variabel-variabel psikologis (motivasi dan sikap) dan variabel-variabel organisasi (kepemimpinan, imbalan, supervisi dan sarana). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian kecil responden yaitu sebanyak 38 prang (36,2%) yang patuh terhadap protap penanganan vaksin campak. Dari I 1 variabel yang dianalisis secara bivariat, hanya ada 4 (empat) variabel yang terbukti bermakna secara statistik yaitu variabel sikap, imbalan, pengetahuan, dan motivasi. Sedangkan pada analisis multivariat didapatkan 7 (tujuh) variabel independen yang diduga berhubungan dengan kepatuhan responden terhadap protap penanganan vaksin campak sedangkan variabel yang signifikan berhubungan dengan kepatuhan sebanyak 3 (tiga) variabel yaitu variabel sikap, pengetahuan, dan lama kerja. Adapun variabel yang paling dominan berhubungan adalah variabel pengetahuan. Dengan basil penelitian ini diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dapat menyusun langkah yang akan diambil untuk meningkatkan kepatuhan petugas imunisasi dalam menerapkan protap penanganan vaksin campak melalui pembinaan teknis yang berkesinambungan dan berjenjang, memberikan penghargaan pada puskesmas dan petugas yang patuh. Pimpinan puskesmas diharapkan memperhatikan hal-hal yang dapat meningkatkan kepatuhan petugas imunisasi misalnya dengan melakukan penyeliaan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas melalui pelatihan baik di tingkat kabupaten maupun propinsi.
Immunization program is one of the priority programs in Indonesia because 30% of baby mortality rate is caused by illness which can be prevented by an immunization. Measles incident rate increased at sub-province of Lebak from 2003 to 2005 wherc it reached 6,38/10000 in 2003, 6,41110000 in 2004 and 17,96110000 in 2005 and extraordinary occurrence frequency of measles in the last three years increased too. It increased three times in 2003, eight times in 2004 and nine times in 2005, From monitoring result and technical guide which wee conducted to all of primary health cares concerning a vaccine enchain checklist found that 23 from 35 primary health cares (66%) which have fulfilled standard in handling a vaccine in primary health care, this case indicated that handling a vaccine in primary health care was still become a problem which able to give a degradation impact of vaccine potency, This research purpose is to find information concerning factors related to compliance of immunization officer toward standard operating procedure of measles vaccine immunization. It used a Cross Sectional Design, 443 population including all immunization officer (primary health care) sub-province of Lebak and 105 samples. Data collected with interview through questionnaire for independent and dependent variable in the form of observation by using checklist. Dependent variable is compliance of immunization officer in handling of measles vaccine at primary health care. While independent variable is individual variable (age, education, training, job period and knowledge), psychological variable (motivation and attitude) and organizational variable (leadership, reward, supervision and facility). Research result indicated that some of immunization officers that were 38 people (36,2%) who were compliance toward standard operating procedure of measles vaccine immunization. From 11 analyzed variables with bivariate analysis, there were only 4 significant variables statistically that were attitude, reward, knowledge and motivation variable, While multivariate analysis got that from 7 independent variables which anticipated relate to respondent compliance toward standard operating procedure of measles vaccine immunization, in fact they were only 3 variables which related significantly to compliance that were attitude, knowledge and job period. The most dominant correlated variable was knowledge variable. From this research result is expected to Public Health Service, Sub-Province of Lebak can plan a step which will be taken to improve compliance of immunization officer in applying a standard operating procedure of measles vaccine immunization by a continual technique construction and ladder, giving appreciation to primary health care and compliance officer. It is also expected to primary health care to pay attention things able to improve a compliance of officer immunization, for example improvement of officer knowledge and skill by training at sub-province and province level.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T18997
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debie Rizqoh
Abstrak :
Indonesia is one country with highest number cases of H5N1 influenza virus infection. Therefore, it is necessary to attempt to overcome the infection and prevent a pandemic. Vaccines are one of the effective efforts for the prevention of infectious diseases. This study will be developed H5N1 virus-like particle (VLP) vaccine detection system with green fluorescent protein (GFP). H5N1 VLP and GFP protein encoding plasmid was constructed in a transient pBACgus4x-1 which has four promoters of baculovirus expression, two polh promoters and two p10 promoters. Construction of plasmid transient conducted gradually. Each H5N1 VLP protein (HA, NA, and M) encoding gene and the eGFP gene was inserted in a different promoter. Based on analysis of polymerase chain reaction (PCR), restriction enzymes and sequencing, the recombinant plasmid construction pBACM1H5N1eGFP successfully obtained. Co-transfection of pBACM1H5N1eGFP with BacVector® 1000 showed GFP successfully expressed. GFP expressed continuously from co-transfection until 5th passage and used as a parameter of recombinant baculovirus infection and VLP encoding protein expression. Until the passage of the 5th, the highest percentage of expression is 3%. PCR results have confirmed the presence of VLP and GFP gene in Sf9 cells infected with recombinant baculovirus. Results of immunostaining using polyclonal antibodies against HA, NA and M are observed in confocal microscopy have shown the presence of H5N1-forming protein expression is at GFP expressing cells. GFP detection system to control the H5N1 VLP expression has been successfully performed. The increase of titer recombinant baculovirus in Sf9 cells is required to detect recombinant baculovirus and VLP.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kasus infeksi virus influenza H5N1 terbanyak dibandingkan negara lainnya. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha untuk menanggulangi infeksi dan mencegah terjadinya pandemi. Vaksin merupakan salah satu upaya yang efektif untuk pencegahan penyakit infeksi. Dalam penelitian ini akan dikembangkan vaksin virus-like particle (VLP) H5N1 dengan sistem pendeteksi green fluorescent protein (GFP). Protein pengkode VLP H5N1 dan GFP dikonstruksi dalam satu plasmid transien pBACgus4x-1 yang memiliki empat promotor ekspresi baculovirus yaitu dua promotor polh dan dua promotor p10. Konstruksi plasmid transien dilakukan secara bertahap. Setiap gen pengkode VLP H5N1 (HA, NA, dan M) serta gen eGFP diinsersi di promotor yang berbeda. Berdasarkan hasil analisis polymerase chain reaction (PCR), enzim restriksi dan sekuensing, konstruksi plasmid rekombinan pBACM1H5N1eGFP berhasil diperoleh. Kotransfeksi pBACM1H5N1eGFP dengan BacVector® 1000 memperlihatkan GFP berhasil diekspresi. Protein GFP berhasil diekspresi secara kontinu dari tahap ko-transfeksi hingga pasase ke-5 dan dijadikan sebagai parameter infeksi baculovirus rekombinan dan ekspresi protein pembentuk VLP. Hingga pasase ke-5, persentase ekspresi paling tinggi hanya 3%. Hasil PCR telah mengkonfirmasi adanya gen penyandi VLP dan GFP di sel SF9 yang terinfeksi baculovirus rekombinan. Hasil immunostaining menggunakan antibodi poliklonal terhadap HA, NA dan M yang diamati pada mikroskop konfokal telah menunjukkan adanya ekspresi protein pembentuk H5N1 yang berada pada sel pengekspresi GFP. Sistem pendeteksi GFP untuk kontrol ekspresi VLP H5N1 telah berhasil dilakukan. Peningkatan titer baculovirus rekombinan pada sel SF9 diperlukan untuk mendeteksi Baculovirus rekombinan dan VLP.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T58720
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Ayu Azzahrah Fikri
Abstrak :
Untuk mengatasi COVID-19, vaksin perlu didistribusikan secara masif dan cepat. Pada kenyataannya, ditemukan beberapa permasalahan dalam pendistribusian vaksin COVID-19, antara lain manajemen pemesanan yang tidak efisien, birokrasi yang memakan waktu, dan ketinggalan penerbangan yang berujung pada penarikan vaksin ke pusat distribusi. Manajemen rantai pasokan memainkan peran penting dalam memastikan efisiensi distribusi vaksin COVID-19. Makalah ini bertujuan untuk merancang peningkatan distribusi outbound vaksin COVID-19 di Indonesia untuk meningkatkan kinerja logistik menggunakan Business Process Reengineering. Observasi dilakukan untuk memperoleh data primer penelitian ini, dan waktu diperoleh dari data historis. Proses tersebut dipetakan menggunakan Business Process Model and Notation (BPMN) dan disimulasikan menggunakan software iGrafx. Kajian ini menghasilkan peningkatan radikal pada distribusi outbound vaksin COVID-19, yang mengubah waktu proses dari 74,57 jam menjadi 35,81 jam, dengan penerapan Sistem Informasi dengan Integrasi API, QR Code, dan teknologi Sign on Glass. ......To tackle COVID-19, the vaccine needs to be distributed massively and rapidly. In reality, some problems are found in COVID-19 vaccine distribution, including inefficient order management, time-consuming bureaucracy, and missed flights that lead to the withdrawal of vaccines to the distribution center. Supply chain management plays a significant role in ensuring the distribution efficiency of the COVID-19 vaccine. This paper aims to design the improved outbound distribution of the COVID-19 vaccine in Indonesia to increase logistics performance using Business Process Reengineering. Observation is conducted to gain primary data of this research, and time is obtained from historical data. The process is mapped using Business Process Model and Notation (BPMN) and simulated using iGrafx software. This study results in a radical improvement of the COVID-19 vaccines' outbound distribution, which changes the process time from 74,57 hours to 35,81 hours, with implementation Information Sistem with API Integration, QR Code, and Sign on Glass technology.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library