Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Septiani Hidianingsih
"Pendahuluan dan tujuan: Gangguan traktus urinarius pada pasien pediatrik merupakan kasus yang kompleks, karena itu membutuhkan evaluasi yang cukup lengkap. Videourodinamik (VUD) adalah sebuah pemeriksaan yang baik, yang dapat memberikan hasil evaluasi gabungan dari sistouretrografi flouroskopi dan evaluasi tekanan, aliran, dan elektromiografi dari traktus urinarius bagian bawah. Karenanya, saat ini VUD menjadi pemeriksaan yang standar untuk evaluasi gangguan traktus urinarius bagian bawah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil pasien urologi di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) selama 5 tahun yang dilakukan pemeriksaan VUD. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif terhadap semua pasien pediatri (<18 tahun) yang menjalani pemeriksaan VUD dari tahun 2014 hingga 2019 di RSCM. Hasil dari pemeriksaan VUD diambil dari 3 fase pemeriksaan VUD yaitu fase pengisian, miksi, dan pasca miksi. Perbandingan antar variabel dari hasil pemeriksaan VUD dilakukan antara dua kelompok yaitu kelompok pasien dengan gangguan traktus urinarius bawah neurogenik (NLUTD) dan gangguan traktus urinarius bawah non-neurogenik. Selain itu penelitian ini juga melihat hubungan antara kondisi pasien yang menjadi indikasi pemeriksaan VUD dengan insidensi terjadinya gagal ginjal kronik pada pasien. Hasil: Ada 68 subjek yang diteliti pada penelitian ini. Diagnosis klinis tersering sebagai indikasi dilakukan pemeriksaan VUD adalah refluks vesikoureter (n=31; 45.6%); dan buli neurogenik (n=26; 38.8%). Penelitian ini menemukan bahwa dalam perbandingan pasien NLUTD dengan NNLUTD, penurunan bladder compliance dan penampakan Christmas-tree ditemukan lebih banyak secara signifikan pada kelompok NLUTD (p<0.001, p=0.008). Penelitian ini tidak menemukan korelasi signifikan antara kondisi-kondisi sebagai indikasi pemeriksaan VUD dengan angka insidensi gagal ginjal kronis. Kesimpulan: Penelitian ini menemukan bahwa refluks vesikoureter dan buli neurogenik merupakan gangguan yang paling sering menyebabkan pasien melakukan pemeriksaan VUD. Selain itu penurunan bladder compliance dan penampakan Christmas-tree ditemukan lebih banyak secara signifikan pada kelompok NLUTD. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk melihat adanya korelasi antara kondisi-kondisi sebagai indikasi pemeriksaan VUD dengan angka insidensi gagal ginjal kronis.

Introduction and Objectives: Compared to adults, urinary tract disorders in infants and children are more complex. Therefore a thoroughly evaluation is needed in pediatric patients. Videourodynamic (VUD) provides a combination of cystourethrographic fluoroscopic examination with evaluation of pressure, flow, and electromyography of the lower urinary tract. Thus it is now the standard examination carried out in the evaluation of lower urinary tract disorders. This study aim to determine a five-year profile of videourodynamic examinations in pediatric urology patients at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Method: This study wasa retrospective study in all pediatric patients (<18 years) who underwent VUD examination from January 2014 to December 2019 using secondary data medical record. VUD findings collected from 3 phases of VUD, that is filling, voiding, and post-void phase. Comparison of variables was done between the neurogenic lower urinary tract dysfunction (NLUTD) group and non-neurogenic lower urinary tract dysfunction (NNLUTD) group.This study also looked for correlation between VUD indications in subjects and the chronic kidney disease (CKD) incidence. Results: There were 68 pediatric patients, as subjects of the study. The most prevalent clinical diagnosis found as indication for VUD examination was vesicoureteral reflux (n=31; 45.6%); and neurogenic bladder (n=26; 38.8%). This Study found that in comparison with NNLUTD patients, reduced bladder compliance and Christmas-tree appearance found significantly more in NLUTD patients (p<0.001, p=0.008). We found no significant correlation between indication for VUD examination and CKD incidence. Conclusion: This study found that vesico-ureteric reflux and neurogenic bladder is the two most common abnormalities found in pediatric urology who underwent VUD examination. Reduced bladder compliance and Christmas-tree appearance found to be significantly more prevalent in pediatric NLUTD patients compared to NNLUTD patients. Further studies are required regarding bladder shape in NLUTD patients and to see a correlation between indication for VUD examination and the risk of CKD."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sang Arifianto Fajar Adi Kusuma
"ABSTRAK
Tujuan: Menilai masa pemulihan disfungsi saluran kemih setelah histerektomi radikal pada pasien kanker serviks di RSUPN Ciptomangunkusumo. Metode: Studi survei dilakukan di RSUPN Cipto Mangunkusumo dari September 2016 hingga Mei 2017. Subjek penelitian terdiri dari pasien kanker serviks stadium IA2 hingga IIA2 yang menjalani histerektomi radikal. Kateter suprapubik SPC digunakan sebagai alat untuk memantau produksi urin pasca operasi. Pasien diinstruksikan untuk mengikuti protokol bladder training yaitu melalui prosedur menutup dan membuka kateter. Rasa sensasi ingin berkemih dan berkemih spontan. Pengukuran residu volume urin pasca berkemih dibawah 100mL dianggap merupakan indikator pemulihan disfungsi saluran kemih. Rata-rata hari dari setiap fase kemudian dihitung. Hasil: Dua puluh sembilan subjek didapatkan selama penelitian. Namun, hanya 21 subjek yang dapat mengikuti protocol bladder traning dan dicatat perkembangan pemulihannya. Rata-rata hari yang diperlukan untuk merasakan sensasi berkemih dan berkemih spontan adalah 7,57 4.78 hari median 5 hari, minimum 3 hari, dan maksimum 22 hari dan 8 5.21 hari. median 6 hari, minimum 3 hari dan maksimum 23 hari Rata-rata hari untuk mencapai residu urin di bawah 100 mL adalah 21.42 18 median 18 hari, minimum 7 hari, dan maksimum 74 hari . Kesimpulan: Setelah prosedur histerektomi radikal, pencatatan masa pemulihan penting untuk dipantau untuk memastikan pemulihan lengkap. Rata-rata hari yang diperlukan untuk pemulihan adalah 21.42 18 hari median 18 hari, minimum 7 hari, dan maksimum 74 hari .

ABSTRACT
Objectives To assess the length of recovery phase in urinary tract dysfunction following radical hysterectomy for cervical cancer patients in Ciptomangunkusumo Hospital. Methods This survey study was conducted in Cipto Mangunkusumo Hospital from September 2016 to May 2017. Subjects were cervical cancer patients from stage IA2 to IIA2 underwent radical hysterectomy. Suprapubic catheter SPC was inserted to observe the urine production after procedure. Patients were then directed for bladder training protocol involving clamping and opening SPC. Sensation of bladder fullness followed by spontaneous micturition were recorded. Measurement of post voiding residual PVR urine volume after spontaneous micturition until less than 100 mL was considered as resolution of urinary tract dysfunction. The average days of every achieved phase were then calculated. Results Twenty nine subjects underwent radical hysterectomy during observation period. But only 21 subjects continued the bladder training protocol and recorded for the recovery phases. The average time needed to obtain sensation of bladder fullness and spontaneous micturition were 7.57 4.78 days median 5 days, minimum 3 days, maximum 22 days and 8 5.21 days median 6 days, minimum 3 days, maximum 23 days . The objective PVR urine became less than 100mL was obtained after 21.42 18 days median 18 days, minimum 7 days, maximum 74 days . Conslusion Following radical hysterectomy, recording the recovery phase of urinary tract dysfuction is essential to ensure complete resolution. Complete resolution of the urinary dysfunction is achieved after 21.4218 days in average median 18 days, minimum 7 days, maximum 74 days ."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M Iqbal Tafwid
"Latar Belakang Disfungsi saluran kemih bawah (LUTD) adalah istilah yang merujuk pada gangguan penyimpanan dan pengosongan urin, atau disfungsi kandung kemih, termasuk gejala saluran kemih bawah (LUTS). Arus interferensial digunakan untuk memberikan arus frekuensi rendah yang diperlukan untuk stimulasi transkutan struktur internal tanpa menyebabkan ketidaknyamanan. Elektroterapi interferensial (IET) telah banyak digunakan untuk mengobati LUTD. Namun, IET belum banyak diteliti dalam hal evaluasi klinisnya, terutama pada anak-anak dengan LUTD. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas dan efek IET terhadap kualitas hidup pasien disfungsi kandung kemih dibandingkan dengan terapi konservatif konvensional.
Metode Basis data PubMed, Cochrane Library, Scopus, EBSCOhost EMBASE, dan CINAHL dicari secara sistematis termasuk semua studi dengan data primer yang membandingkan kualitas hidup dan hasil urodinamik terapi listrik interferensial dan terapi konservatif konvensional. Risiko bias untuk studi yang termasuk dievaluasi. Meta-analisis dilakukan dengan menggunakan Review Manager (Revman 5.4).
Hasil Delapan studi yang memenuhi kriteria inklusi, dengan sebagian besar menunjukkan risiko bias rendah, telah dimasukkan dalam tinjauan ini. Dari delapan studi yang termasuk, lima studi dapat dianalisis lebih lanjut menggunakan meta-analisis. Hasil meta-analisis menunjukkan bahwa IET secara signifikan mengurangi kejadian inkontinensia siang hari (RR: 0,27, 95% CI: 0,14-0,50), dan pola pengosongan abnormal (RR: 0,44, 95% CI: 0,22-0,91) dibandingkan dengan CCT. Namun, tidak ada perbedaan signifikan yang diamati dalam kejadian inkontinensia malam hari, waktu pengosongan, volume pengosongan, PVR, Qmax, atau Qave dengan IET dibandingkan dengan CCT.
Kesimpulan Studi ini mengkonfirmasi IET sebagai modalitas yang efektif dalam pengobatan disfungsi kandung kemih dengan beberapa LUTS pada anak-anak.

Background Lower urinary tract dysfunction (LUTD) is an exclusive term that refers to impairments in urine storage and voiding, or bladder dysfunction, including lower urinary tract symptoms (LUTS). During recent decades, inferential electrotherapy (IET) has been expanded and extensively used to treat LUTD in both adults and children. Despite some prior studies, to our knowledge IET has not been studied much in terms of its clinical evaluation, especially in children with LUTD. This systematic review and meta-analysis aims to address the efficacy and effect of IET on the quality of life for bladder dysfunction patients compared to conventional conservative therapy (CCT).
Methods PubMed, Cochrane Library, Scopus, EBSCOhost EMBASE and CINAHL databases were systematically searched including all studies with primary data that compared the quality of life and urodynamic outcomes of interferential electric and conventional conservative therapy. The risk of bias for included studies was assessed. Meta-analysis was performed in Review Manager (Revman 5.4).
Results Eight Studies were included that meet the eligibility criteria, with the majority exhibiting a low risk of bias. Of the eight studies included, five studies were able to be further analyzed using meta-analysis. The meta-analysis results show that IET significantly reduced the incidence of daytime incontinence (RR: 0.27, 95% CI: 0.14-0.50), and abnormal voiding patterns (RR: 0.44, 95% CI: 0.22–0.91) compared to CCT. However, no significant difference was observed in the incidence of nighttime incontinence, voiding time, voiding volume, PVR, Qmax or Qave with IET compared to CCT.
Conclusion Overall, studies confirm IET as an effective modality in the treatment of bladder dysfunction with several LUTS in children. IET is safe, with no significant adverse events reported promising results in bowel and urinary disorders in children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library