Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adek Liza Sahara
"Karsinogenesis serviks tidak hanya terkait dengan infeksi human papillomavirus (HPV), tetapi juga terkait dengan berbagai faktor risiko, termasuk infeksi C.trachomatis dan Mycoplasma spp., U. Urealyticum, dan U. parvum. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan infeksi Chlamydia trachomatis, Mycoplasma spp., U.urealyticum, dan U.parvum sebagai faktor risiko infeksi HPV pada kasus kanker serviks. Penelitian ini menggunakan desain casecontrol dengan 68 sampel yang dikumpulkan dari pasien yang dirawat di 5 Klinik di Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia, dari Juli-November 2014. Dari 68 pasien, 22 pasien positif HPV high-risk (hrHPV) dengan kanker serviks(kelompok kasus)dan 46 pasien negatif HPV non kanker serviks (kelompok kontrol). Deteksi HPV menggunakan Roche Linear Array HPV Test Kit, sementara deteksi bakteri menggunakan Real Time PCR kualitatif dan kuantitatif. Terdapat perbedaan bermakna rata-rata usia 8 tahun ([p = <0,0001]) antara kelompok kanker serviks (46 tahun) dan kelompok kontrol (38 tahun). Tidak ada hubungan yang bermakna antara infeksi C. trachomatis dan Mycoplasma spp., U. urealyticum, dan U. parvum dengan HPV secara kualitatif. Namun, terdapat hubungan bermakna secara kuantitatif pada jumlah DNA relatif Mycoplasma spp.pada kelompok kasus dibandingkan kelompok kontrol (p = 0,028).

This study aimed to determined the association of infection Chlamydia trachomatis, Mycoplasma spp., Ureaplasma urealyticum and U. Parvum with HPV in cervical cancer cases.This study used a case-control design with 68 samples collected from patients treated in 5 gynecologic centers in Makassar, South Sulawesi, Indonesia, between July-November 2014. Of 68 patients, 22 were the high-risk HPV (hrHPV) positive patients (case group) with cervical cancer and 46 were the HPV negative patients (control group) with non cervical cancer. HPVs were detected and typed by Roche Linear Array HPV Test Kit, while bacteria were detected by qualitaitive and quantitative real time PCR assays.There was a significant difference of mean age (8 years old [p= <0.0001]) between the cervical cancer group (46 years) and control group (38 years). There was no significant association of C. trachomatis and Mycoplasma spp., U. Urealyticum, and U. parvum qualitatively with HPV. However, we found a significant association of relative DNA quantity of Mycoplasma spp. in the case group with the control group (p=0.028).There were the significant difference of mean age and the significant association of relative DNA quantity of Mycoplasma spp. between the case and control groups. In the future study, it is important to understand the role of the factors in increasing the risk for cervical cancer disease."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Bioesei Ureaplasma urealyticum perlu dikembangkan sebagai teknik untuk mendeteksi dan mendeterminasi faktor patogen bakteri, sehingga patogenesis penyakit yang disebabkan infeksi ureaplasma dapat dipahami dengan baik. Tahap pertama penelitian ini adalah mengembangkan metoda untuk kultivasi dan verifikasi ureaplasma; kultivasi pada media padat maupun cair dapat digunakan untuk mendeteksi ureaplasma dalam sampel yang diperiksa. Meskipun demikian teknik PCR yang mengamplifikasi DNA bakteri menggunakan primer yang meliputi gen urease (ure) lebih memberikan konfirmasi yang akurat tentang keberadaan U. urealyticum. Untuk memahami patogenisitas ureaplasma, uji expresi gen menggunakan gen reporter yang berfungsi sebagai penanda (marker) expresi dapat digunakan untuk membuktikan aktifitas gen yang membawa sifat patogen bakteri. Gen iceC dapat digunakan sebagai gen reporter untuk mendeterminasi patogenisitas ureaplasma karena gen ini mempunyai keunggulan sangat sensitif, mudah dideteksi dan diukur aktifitasnya menggunakan uji pembekuan es (ice nucleation assay). Patogenesis penyakit juga dapat dipantau dengan uji mutagenesis in vitro, dimana gen kompeten untuk patogenisitas bakteri diinaktifkan dengan menginsersikan gen penanda (marker) dalam proses transformasi bakteri. IgA1 protease merupakan enzim ureaplasma yang menentukan patogenisitas dan diperlukan untuk kolonisasi bakteri pada situs infeksi, sehingga identifikasi gen iga dan uji aktifitas IgA1 protease juga sangat menunjang pemahaman tentang patogenesis penyakit yang disebabkan infeksi ureaplasma. Dalam penelitian ini gen iga putatif Mycoplasma genitalium digunakan sebagai acuan untuk melacak gen iga U. urealyticum. Amplifikasi DNA ureaplasma dengan PCR menggunakan primer yang didesain kompatibel dengan gen iga putatif M. genitalium dilanjutkan sikuensing DNA, membuktikan adanya homologi sikuens nukleotida 100% seperti yang terekam pada data acuan (referensi). IgA1 protease U. urealyticum adalah enzim seluler yang tidak disekresikan; ini dibuktikan dengan aktifitas enzim yang terdeteksi didalam sel, bukan di media kultur. IgA1 protease telah terbukti merupakan protein integral membran sel dan digunakan untuk merusak IgA dipermukaan mukosa jaringan sehingga memungkinkan bakteri untuk mengkolonisasi mukosa dan menginduksi patogenesis penyakit. Penemuan ini mempunyai implikasi luas pada penanganan penyakit yang meliputi diagnosis dan terapi infeksi ureaplasma. (Med J Indones 2005; 14: 204-14)

Bioassay of Ureaplasma urealyticum is necessary for detection as well as determination of pathogenic factors in order to understand the pathogenesis of diseases associate with ureaplasma infection. Cultivation and verification of ureaplasma is the first step of this study in the purpose of discovering sensitive method for ureaplasma detection. Cultivation of ureaplasma either in liquid or in solid media are able to detect the existence of ureaplasma in samples analyzed. However, application of PCR using specific primers to be compatible with urease gene (ure) would confirm the presence of ureaplasma. The pathogenicity of ureaplasma is potentially monitored using reporter gene as a marker for gene expression. IceC was chosen as reporter gene for ureaplasma pathogenic determination as the gene has great sensitivity, easily detectable and quantitated in simple method of ice nucleation assay. Transposon 916 (Tn916) was selected as a vector for iceC gene to transform ureaplasma. The application of recombinant Tn916-iceC which is considered as pUI, allow detection of ureaplasma activities when transform ureaplasma is tested by ice nucleation assay. It was expected that ureaplasma transformation is the manifestation of mutagenesis which interfere genes responsible for bacterial pathogenicity, in order pathogenesis of bacterial infection to be analyzed accurately. IgA1 protease is considered to be an important factor for ureaplasma pathogenicity as the enzyme is required for successful colonization. Identification of iga gene and determination of IgA1 protease activity are important for understanding the pathogenesis of ureaplasma infection. Putative iga gene of Mycoplasma genitalium was used as a reference to identify the presence of iga nucleotide sequence in U. urealyticum. Convincing evidence were obtained after PCR amplification of ureaplasma DNA using primers designed to be compatible with putative iga gene of M. genitalium followed by the discovery of 100% sequence homology of amplified ureaplasma iga gene and iga gene of M. genitalium mentioned in establish data. IgA1 protease activity of U. urealytium has been detectable in the cell rather than in media culture, suggesting that IgA1 protease is not secreted out of cell. It was proofed that IgA1 protease is membrane bound enzyme capable of digesting IgA1 in mucosal tissues of various organs and considered as potential virulence factor for ureaplasma that cause disease or gain entry to mucosal membrane. The existence of IgA1 protease activity in bacterial plasma membrane would have implication in ureaplasma management such as diagnosis and therapy of ureaplasma infection. (Med J Indones 2005; 14: 204-14)"
Medical Journal Of Indonesia, 14 (4) October December 2005: 204-214, 2005
MJIN-14-4-OctDec2005-204
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yovita Harmiatun
"Ureaplasma rarealyticum diklasifikasikan ke dalam kelas Mollicutes, ordo Mycoplasmatales, familia Mycoplasmataceae (Koneman et al., 1992). Pada mulanya U. urealyticum lebih dikenal dengan sebutan T -mycoplasma, dan diketahui sebagai bakteri Gram-negatit nonmotil, berukuran 0.2 - 0.25 urn, tidak berdinding sel, dan berbentuk pleomorfik. U. urealyticum hanya diselubungi oleh membran plasma trilaminer, maka organisme ini tidak dihambat oleh antimikroba penghambat pembentukan dinding sel seperti golongan penisilin, basitrasin atau polimiksin-B (Marmion, 1989). U. urealyticum telah berhasil diisolasi dari tubuh binatang dan manusia. U. urealyticum dapat mengkolonisasi dan menginfeksi membran mukosa berbagai organ manusia (Phillips et al., 1986; Marmion, 1989; Koneman et al., 1992; Smith et al., 1994), meskipun demikkian U urealyticum juga dapat diisolasi dari orang-orang asimptomatik, sehingga organisme ini dapat digolongkan sebagai bakteri patogen oportunis (Quinn et al., 1985; Gibbs et al., 1986; Koneman et al., 1992).
Pada manusia U urealyticum sering ditemukan pada saluran urogenital wanita dan pria. Menurut Koneman et al. (1992), frekuensi kolonisasi U. wealyticum pada saluran urogenital wanita berkisar antara 35% - 80%. Sementara itu menurut McCormack et al. (1972), McCormack et al. (1973), dan McCormack et a!. (1975), frekuensi kolonisasi U. urealyticum pada saluran urogenital wanita berkisar antara 8.5% - 77.5% dan pada saluran urogenital pria berkisar antara 3% - 56%; frekuensi kolonisasi ini erat hubungannya dengan umur, ras, pengalaman seksual, dan tingkatan sosio-ekonomi individu yang bersangkutan. U. urealyticum telah diketahui sebagai penyebab penyakit uretritis, vaginitis, servisitis, salpingitis, infertilitas pada pria dan wanita, abortus, dan berat bayi lahir rendah (Cracea et al., 1985; Taylor Robinson, 1995; Cole et al., 1996; Abele-Horn et al., 1997; Clegg, et al., 1997; Kong et al., 1999). Tjokronegoro et al. (1993) menyatakan bahwa kolonisasi U urealyticum di dalam semen pria pasangan infertil tidak mempengaruhi motilitas dan kuantitas spermatozoa namun pengaruhnya terhadap kemampuan sperma membuahi sel telur belum dapat disingkirkan. Pemyataan ini dapat dikaitkan dengan adanya kenyataan bahwa U. urealyticum dapat menyebabkan bocornya membran plasma sperma (Harmiatun, "submitted").
Bocornya membran plasma memungkinkan hilangnya enzim penetrasi sperma terhadap sel telur (hialuronidase, akrosin) sehingga dengan demikian sperma tidak mungkin lagi dapat membuahi sel telur. Kemungkinan bocornya membran plasma disebabkan oleh aktivitas suatu enzim. Kilian et al. (1996) menyatakan, protease IgA1 tipe-serin merupakan suatu golongan protein yang digunakan oleh berbagai kelompok bakteri Gram-negatif untuk kolonisasi dan invasi bakteri patogen pada sel target. U. urealyticum telah berhasil diisolasi dari kultur darah wanita yang menderita demam postpartum. Kultur darah 10% wanita dengan demam postpartum mengandung U urealyticwn (Quinn et al., 1983; Naessens et al., 1989; Gauthier et al., 1991)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
D15
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mesak, Felix Melchizedech
"Topik penelitian ini berawal dari penelusuran kepustakaan melalui CD-ROM Medline dan CC Life Sciences pada tahun 1994. Ternyata salah satu persoalan kesehatan yang menarik untuk dipelajari ialah kasus-kasus penyakit ibu dan bayi yang berasosiasi dengan salah satu spesies mikoplasma, Ureaplasma urealyticum, atau singkatnya disebut ureaplasma.
Publikasi mengenai ureaplasma per tahunnya cukup banyak, misalnya pada tahun 1994 tedapat 26 laporan kasus klinik dari berbagai negara. Dalam dua tahun belakangan ini, tahun 1997 dan 1998, masing-masing tercatat 54 dan 53 publikasi. Medline (pusat data milik National Library of Medicine, National Institute of Health, Amerika Serikat) sendiri telah merekam 1130 publikasi mengenai urealyticum sampai bulan April 1999 ini, Diperkirakan 60 - 70 % di antaranya berupa laporan kasus-kasus klinik. Karena kasus-kasus klinik yang bermunculan berdampak luas pada kesehatan reproduksi dan perinatal, maka ureaplasma semakin mendapat perhatian luas di beberapa negara maju dalam kurun waktu sepuluh tahun belakangan ini.
Mikroorganisme ini tergolong mahluk hidup bebas terkecil dan berada dalam relung yang relatif sempit: selnya hanya dilapisi sebuah membran plasma, kisaran temperatur hidupnya hanya sekitar 37°C dengan ph optimum 6.0, hanya dapat hidup di dalam jaringan tubuh inangnya (komensal pada saluran urogenital manusia), dan mudah sekali kehilangan viabilitasnya.
Tetapi kasus-kasus klinik yang berasosiasi kuat dengannya sangat tidak terduga: kolonisasi saluran urogenital wanita dan pria yang berdampak pada kesehatan reproduksi dan morbiditas-mortalitas perinatal. Kasus-kasus tersebut antara lain: infertilitas, prostatitis, urinary calculi, dan uretritis pada pria (Taylor-Robinson, 1996; Xu et al., 1997; Li et al., 1997), uretritis dan endometritis pada wanita, dan (mungkin) mengakibatkan kegagalan konsepsi, aborsi, janin lahir prematur, berat bayi lahir sangat rendah, pneumonia dan infeksi akut saluran pernapasan bayi baru lahir dan malahan ditemukan kasus meningitis (Cassell et al,, 1993; Abele-Horn et al., 1997). Kasus lain yang berasosiasi erat dengan ureaplasma antara lain artritis (Horowitz et a1, 1994) dan bahkan Martinelli et al. (1998) dan Florio da Cunha et al. (1998) melaporkan terisolasinya ureaplasma dari pasien yang terinfeksi HIV. Nir Paz (1995) mendeteksi komponen membran yang diduga berperanan dalam aktivasi transkripsi yang dimediasi sekuen ulangan terminal panjang genom HIV. Sementara itu Hill (1998) mengungkapkan kemungkinan hubungan bacterial vaginosis yang salah satunya ureaplasma dengan mikroflora mulut. Jadi ureaplasma berhubungan erat dengan aktivitas seksual dan transmisinya secara seksual berperanan panting dalam terjadinya kasus-kasus di atas (Cassell et al., 1994; Koch et al., 1997).
Secara global bila penanganan dan manajemen kesehatan penyakit-penyakit infeksi yang berasosiasi dengan kesehatan ibu dan bayi baru lahir menjadi semakin baik lalu masih ditemukan gejala atau kasus seperti di atas, maka kemungkinan besar ureaplasma-lah yang menjadi dugaan paling akhir penyebabnya. Keberadaan ureaplasma selama ini tertutupi oleh organisme komensal dan patogen lainnya di traktus urogenital manusia. Cepat atau lambat, negara-negara berkembang seperti Indonesia akan menghadapi persoalan yang lama. Antisipasi hanya dapat dilakukan bila Indonesia memiliki riset paralel dengan negara maju baik eksplorasi klinis maupun faktor-faktor patogenesis. Indonesia sebenarnya telah memiliki riset awal ureaplasma yaitu upaya untuk menemukan korelasi statistik antara infertilitas pria dan ureaplasma yang di deteksi dengan kit uji urease tanpa pembiakan (Tjokronegoro et at, 1993). Pemerintah Indonesia telah turut serta dalam komitmen internasional bahwa akses yang sepantasnya terhadap pelayanan kesehatan primer ialah menjamin daya hidup wanita dan anak-anak yang paling rentan. Komitmen internasional yang penting ini diadakan antara lain Safe Motherhood Initiative pada tahun 1987, World Summit pada tahun 1990, dan International Conference on Population and Development di Kairo pada tahun 1994 (Ministry of Health, 1999). Akses ini berarti tersedianya pelayanan berkualitas tinggi yang mampu menjangkau orang-orang yang sangat membutuhkannya. Secara spesifik, jenisjenis pelayanan kesehatan primer ini merupakan kerangka kerja yang menggunakan isu prioritas yang di adopsi dalam paket kebijaksanaan perawatan kesehatan reproduksi nasional .tahun 1996. Program ini mencakup empat isu esensial yang mempunyai dampak menyelurub terhadap terjadinya dan proses kehamilan dan kelahiran yaitu: (1) kesehatan ibu dan bayi; (2) kesehatan reproduksi remaja; (3) keluarga berencana, dan (4) penanganan penyakit-penyakit menular seksual. Kemudian isu tambahan yang penting selain ke empat program di atas ialah pemberdayaan potensi manusia usia lanjut yang berperanan dalam perubahan komunitas dan keluarga. Departemen Kesehatan dalam laporannya mencantumkan bahwa 40% wanita dari 486 peserta keluarga berencana di Jakarta?"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
D232
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library