Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iin Nur Indahsari
"Balita membutuhkan banyak asupan nutrisi untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Faktor ekonomi keluarga dan pengetahuan orangtua akan mempengaruhi pola makan balita yang akan berdampak pada asupan nutrisi dan status gizi balita. Balita usia 12-24 bulan harus diberikan ASI minimal hingga berusia 12 bulan dan makanan pendamping ASI (MP-ASI) setelah usia 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Karya ilmiah ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari intervensi manajemen nutrisi berupa pengaturan pola makan pendamping ASI sebagai upaya peningkatan status nutrisi balita dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan. Metode yang digunakan pada karya ilmiah ini yaitu deskriptif dengan analisis terhadap hasil asuhan keperawatan keluarga selama tujuh minggu pada salah satu warga RW 07 Kelurahan Tugu Depok. Hasil evaluasi keperawatan menunjukkan bahwa pengaturan pola makan pendamping ASI efektif dalam meningkatkan status gizi balita yang dibuktikan dengan adanya peningkatan berat badan dari 7,8 kg menjadi 8,6 kg. Karya ilmiah ini direkomendasikan kepada perawat komunitas untuk menerapkan intervensi berupa pengaturan pola makan pendamping ASI dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.

Nutritional intake is needed for under-five-year-old children as review for increasing their growth. Family economic factors and parental knowledge will affect under-five-year-old children diet that will have an impact on nutrient intake and nutritional status. Under-five-year-old children of 12 until 24 months suggested to consuming ASI until 12 months old and needs complementary foods of ASI (MP-ASI) after 6 months old for fulfill their needed. This paper conducted to determine the effectiveness of management interventions in nutrition such as, arrangements of complementary foods of ASI to improvement nutrition status on toodlers with imbalanced nutrition problem less than needed. The method used in this paper is a descriptive with analysis of nursing interventions results at one of citizen from RW 07 Kelurahan Tugu Depok. Evaluation results shows that arrangements of complimentary foods of ASI is effective to improving nutritional status that evidenced by weight increasing from 7,8 kg to 8,6 kg. This paper recommending community nurse to implement interventions of complimentary foods arrangements of ASI in providing nursing care families with nutritional imbalance issue less than needed."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Budiyani
"Giardia lamblia adalah protozoa parasit usus pada manusia yang umum terdapat di seluruh dunia, dominan pada iklim lembab, dan lebih sering terjadi di negara berkembang. Pada sebagian besar negara berkembang, prevalens giardiasis paling tinggi terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan infeksi Giardia lamblia dengan status nutrisi balita.
Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional dengan menggunakan data sekunder hasil survei pemeriksaan parasit usus dan pengukuran tinggi dan berat badan pada balita di kecamatan Jatinegara, Jakarta Pusat tahun 2006. Sejumlah 467 anak di bawah lima tahun dipilih secara acak sebagai sampel dalam penelitian ini. Prevalens infeksi parasit usus pada populasi ini mencapai 65.7%, dengan persentase giardiasis sebesar 4.1%. Sembilan belas orang dengan giardiasis telah dibandingkan dengan 160 orang tanpa infeksi parasit usus untuk melihat adanya perbedaan bermakna pada indikator malnutrisi. Z score dengan nilai -2SD digunakan sebagai cut off point indikator malnutrisi. Sebanyak delapan (42.1%) anak yang terinfeksi dan 53 (33.1%) anak yang bebas infeksi parasit usus mengalami berat badan kurang (underweight). Delapan (42.1%) anak dari kelompok yang terinfeksi dan 60 (37.5%) anak dari kelompok tanpa infeksi parasit usus mengalami gangguan pertumbuhan linear (stunting). 10.5% anak dengan giardiasis dan 26.8% anak tanpa infeksi parasit mengalami gangguan pertumbuhan dalam proporsi tubuh (wasting).
Analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada berat badan dan tinggi badan antara kelompok yang terinfeksi dengan kelompok kelompok tanpa infeksi parasit (p<0.05). Namun, tidak terdapat perbedaan indikator antropometri untuk status nutrisi (WAZ, HAZ, WHZ) yang bermakna antara kedua kelompok. Sebagai kesimpulan, studi ini memperlihatkan bahwa status nutrisi anak balita pada area ini tidak dipengaruhi oleh infeksi Giardia lamblia.

Giardia lamblia is a common intestinal parasite in human worldwide, dominant in humid climate, especially in developing countries. The prevalence of giardiasis in some of the developing countries is highest in children under five years old. The objective of this cross sectional study is to access the association between giardiasis and nutritional status among children.
This study utilized secondary data aquired from a survey for stool analysis of intestinal parasites and measurement of height and weight, which was carried out among children in Jatinegara district in 2006. A total of 467 children under five years old were randomly selected for this study. The prevalence of intestinal parasitic infection reached 65.7%, with 4.1% infected by Giardia lamblia. Nineteen people with giardiasis were compared with 160 people without infection to observe any significant differentiation on the malnutrition indicators. Z score of -2SD was used as cut off point of malnutrition. A total of eight (42.1%) infected children and 53 (33.1%) children without parasitic infection had underweight. Eight (42.1%) children from infected group and 60 (37.5%) children in control group were stunted. 10.5% children with giardiasis and 26.8% individuals from the noninfected group were wasted.
Statisical analysis revealed a significant differentiation for age, weight, and height between the infected group and the noninfected group (p<0.05). However, the antropometric indicator for nutritional status (WAZ,HAZ, and WHZ) did not differ significantly between the infected group non-infected group. In conclusion, this study revealed that nutritional status among under five children in this region is not associated with G. lamblia infection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Chaira Maulanisa
"B. hominis dan G. lamblia adalah parasit usus yang sering menyebabkan diare pada anak-anak terutama pada anak-anak dibawah usia lima tahun. Namun patogenitas Blastocystis hominis menyebabkan diare masih menjadi kontroversi dikalangan para peneliti, B. hominis sering ditemukan bersama organisme lainnya yang lebih cenderung menjadi penyebab diare sehingga diare tersebut seringkali dihubungkan dengan organisme selain B. hominis. Salah satu organisme yang paling banyak ditemukan bersama dengan B. hominis adalah Giardia. lamblia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan infeksi campur B. hominis adalah G. lamblia dengan kejadian diare pada balita. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang, menggunakan 206 sampel yang didapatkan dari data sekunder hasil pemeriksaan tinja pada populasi balita di Kecamatan Jatinegara pada tahun 2006 yang diperoleh dari Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dari 206 sampel 19.9% diantaranya mengalami infeksi campur B. hominis dan G. lamblia . Dan angka kejadian diare pada sampel mencapai 19.5%, dengan 26.7% pada infeksi campur B. hominis dan G. lamblia dan 73.3% pada individu yang tidak terinfeksi parasit. Sampel kemudian dibagi menjadi kelompok infeksi campur B. hominis dan G. lamblia dan kelompok yang tidak terinfeksi parasit usus. Lalu dilakukan uji statistik untuk menilai hubungan infeksi campur B. hominis dan G. lamblia dengan kejadia diare. Dengan uji Chisqure didapatkan tidak terdapat hubungan bermakna antara infeksi campur B. hominis dan G. lamblia dengan kejadian diare pada populasi balita dengan nilai p=0.315 (p>0,05). Disimpulkan bahwa Tidak terdapat hubungan bermakna antara infeksi campur B. hominis dan G. lamblia dengan kejadian diare pada populasi balita di Kecamatan Jatinegara pada tahun 2006.

B. hominis and G. lamblia are intestinal parasites that commonly cause diarrhea in children, especially those less than 5 years old. Nevertheless, the pathogenicity of B. hominis to cause diarrhea is still debated by researchers, as B. hominis is usually found mixed with other organisms, which one of those is G. lamblia. This study aimed to identify the association between mixed infection of B. hominis and G. lamblia and the occurrence of diarrhea in under five year old children. A cross sectional study was carried out using 206 samples acquired from secondary data of stool examination among children in Jatinegara district in 2006. Among 206 samples obtained, 19.9% were infected with both B. hominis and G. lamblia. A total of 19.5% children had diarrhea. Among them, 26.7% were infected with both B. hominis and G. lamblia, and the rest (74.3%) were free of intestinal parasites infection. The infected group was then compared with the uninfected group to observe any significant relation between mixed infection of B. hominis and G. lamblia and the occurrence of diarrhea. Statistical analysis using chi square test revealed that were was no relationship between mixed infection of B. hominis and G. lamblia and the occurrence of diarrhea (p=0.315). In conclusion, mixed infection B. hominis and G. lamblia was not associated with diarrhea in under five year old children in this region."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library