Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anindya Amanah Primaningrum
Abstrak :
Sesuai dengan yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024, untuk mengupayakan agenda meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing, dibutuhkan penduduk yang tumbuh seimbang dan tata kelola penduduk yang kuat. Umur kawin pertama merupakan salah satu faktor dari pertumbuhan penduduk, dimana waktu saat pertama kali melakukan perkawinan akan mempengaruhi individu yang terlibat dan keturunan yang dilahirkan di waktu mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh modal manusia terhadap umur kawin pertama. Sumber data penelitian ini adalah hasil Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (SAKERTI) 2007 dan 2014. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode regresi logistik biner. Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, status kesehatan, dan pengeluaran per kapita mempengaruhi umur kawin pertama. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan menurunkan kemungkinannya untuk melakukan perkawin pada umur 25 tahun atau kurang. Seseorang dengan riwayat penyakit kronis akan meningkatkan kecenderungan untuk melakukan perkawinan pada usia 25 tahun atau kurang, dan pengeluaran per kapita keluarga yang lebih tinggi mengurangi kecenderungan untuk melakukan perkawinan pada usia 25 tahun atau kurang. ......As stated in Indonesia’s RPJMN 2020-2024, to pursue the agenda of increasing human resources with high quality and competitive, population growth that is balance and a good population management are needed. The timing of entry to marriage is one of the factors of population growth. The timing of entry to marriage would affect people involved in family. This research aims to do a study on the impact of human capital on age at first marriage. Using the IFLS 2007 and 2014, the author regressed the data with binary logistic regression method, this study show that educational attainment, health status, and per capita expenditure affect age at first marriage. Someone with higher educational attainment less likely to marry when they are 25 years old or younger. Someone with chronic disease diagnose more likely to marry when they are 25 years old and younger. Lastly, the higher per capita expenditure the family of someone spent, will lessen the probability of that someone to marry when they are 25 years old or younger.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuridista Putri Pratiwi
Abstrak :
Tingkat fertilitas merupakan salah satu indikator yang menjadi prioritas utama pencapaian MDGs Indonesia. Tingkat fertilitas di Jawa Barat merupakan yang tertinggi di Indonesia. Tingkat fertilitas di dalam data survei dapat diukur dengan menggunakan jumlah anak lahir hidup (ALH). Umur kawin pertama merupakan salah satu faktor terpenting yang dapat mempengaruhi tingkat fertilitas. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh umur kawin pertama terhadap tingkat fertilitas wanita usia subur di Provinsi Jawa Barat. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional dengan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Penelitian menggunakan kriteria inklusi wanita usia subur usia 15-49 tahun yang pernah menikah di Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan pada wanita yang pernah penikah di Provinsi Jawa Barat, mereka yang menikah di usia ≤ 18 tahun memiliki risiko 2,5 kali lebih tinggi untuk memiliki tingkat fertilitas tinggi dibandingkan yang menikah di usia > 18 tahun setelah variabel lain dikendalikan. Variabel lain yang turut berperan dalam tingkat fertilitas wanita usia subur yaitu umur, tempat tinggal, tingkat pendidikan istri, status pekerjaan istri, norma tentang besarnya keluarga, dan penggunaan alat kontrasepsi saat ini. Oleh karena itu, kegiatan KIE terkait program KB dan pendewasaan usia perkawinan, pemberdayaan wanita, serta pembukaan lapangan pekerjaan untuk meningkatkan status ekonomi diperlukan sebagai upaya mencegah dan mengatasi permasalahan terkait fertilitas di kalangan wanita usia subur di Provinsi Jawa Barat. ......Fertility rate is one of indicator that include in the top priority of Indonesia’s MDGs achievement. West Java has the highest fertility rate in Indonesia. The fertility rate in survey data can be measured by using the number of children ever born (CEB). Age at first marriage is one of the most important factors that can affect the fertility rate. The study was conducted to determine the effect of age at first marriage to the fertility rate of women in their childbearing ages in West Java. The study uses a cross-sectional study design with SDKI 2012. The inclusion criteria of this study is women aged 15-49 years who were married in West Java. The results showed that in women who were married in West Java province, those who were married at age ≤ 18 years had a 2.5 times higher risk to have high fertility rates than those married at age > 18 years after other variables are controlled. Other variables played a role in the fertility rate of women in childbearing ages are age, place of residence, wife’s education level, wife's employment status, norms about family size, and current contraceptive use. Therefore, IEC activities related to family planning programs and increasing age at first marriage, women's empowerment, and the opening of employment opportunities that important to improve the economic status are necessary of to prevent and resolve problems related to fertility among women of childbearing ages in their childbearing ages in West Java.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ubro, Mincie H.
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pola dan perbedaan fertilitas dan juga mempelajari faktor sosio-ekonomi, budaya dan demografi yang mempengaruhi fertilitas di kawasan Indonesia Timur. Data yang digunakan adalah Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 dengan menerapkan metode analisis tabulasi silang dan regresi logistik biner. Wanita yang memiliki tiga anak atau lebih, cenderung lebih tinggi pada wanita yang berumur 35 ? 49 tahun, berpendidikan rendah, wanita dengan preferensi jenis kelamin anak laki-laki, menikah pada umur kawin pertama ≤ 20 tahun, tinggal didaerah perdesaan, bekerja dan yang pernah mengalami kematian anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor sosial ekonomi, budaya dan demografi secara statistik signifikan mempengaruhi fertilitas di Indonesia Timur. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fertilitas di Indonesia Timur adalah adalah umur wanita, pendidikan wanita, preferensi jenis kelamin anak, umur kawin pertama dan kematian anak. ...... The objectives of this paper is to studying the patterns and differences of fertility and also studying the socio-economic, culture and demographic factor that affecting fertility in Eastern Indonesia. The data used are from results of Indonesia Demographic and Health Survey, 2012 The analysis using crosstabulation and binary logistic regression. lower educated, women with gender preference son, first married at age ≤ 20 years of marriage, living in the rural areas, worked and women who have experienced child mortality. The results showed the socioeconomic, culture and demographic factor significantly affect fertility in Eastern Indonesia. Women who have three more children is higher in women aged 35-49 years, The factors significant affected fertility in Eastern Indonesia is women aged, education, child gender preference, first age at marriage and child mortality.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library