Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Sihaloho, Eva Beatrix
"Studi ini membahas pendegradasian plastik biodegradableberbahan dasar campuran pati dan polietilen selama pengujian dengan metode uji reaksi enzimatik, konsorsia mikroba dan pengomposan. Oleh karena polimer plastik konvensional sulit untuk diuraikan oleh mikroorganisme lingkungan maka diperlukan evaluasi biodegradabilitas ketika merancang polimer plastik baru untuk pemakaian plastik biodegradable. Biodegradabilitas plastik berbahan dasar pati tersebut diukur melalui bentuk fisik dan penurunan berat plastik tersebut yang direpresentasikan oleh hasil pengamatan secara kasat mata dan persentase degradasi. Pengujian dengan metode uji reaksi enzimatik menggunakan enzim αamilase dan konsorsia mikroba dilakukan dalam skala laboratorium. Proses pengomposan diikutsertakan dalam pengujian untuk mengetahui proses degradasi/dekomposisi plastik biodegradableberbahan dasar pati di lingkungan pengomposan. Hasil pengujian menunjukkan enzim αamilase mendegradasikan pati di dalam plastik berbahan dasar pati sebesar 18,74% untuk inkubasi selama 18 jam pada suhu 60°C. Hasil uji media cairan menggunakan konsorsia mikroba menunjukkan persentase degradasi plastik berbahan dasar pati tertinggi sebesar 34,43% pada minggu uji ke8 menggunakan konsorsia mikroba BioSAFERO. Sedangkan pada pengujian pengomposan persentasi degradasi tertinggi sebesar 26,14% pada minggu uji ke6.
This study discusses about the degradation of biodegradable plastics made from a mixture of starch and polyethylene during the test with the test methods of enzymatic reactions, microbial consortia and composting. Because of the conventional plastic polymers are difficult to be degraded by environment microorganisms it is necessary to evaluate biodegradability of plastic when designing new polymers for the use of biodegradable plastics. Biodegradability of plastic made from starch was measured through physical shape and weight decreasing of plastic which is represented by the observation by naked eyes and the percentage of degradation. Testing method with enzymatic reaction using αamylase enzyme and microbial consortia conducted in laboratory scale. The composting process is included in the testing to find out the process of degradation/decomposition of starchbased biodegradable plastics in composting environments. The test results showed the αamylase enzyme in degrading starch in starchbased plastics by 18.74% to inbucation for 18 hours at 60°C. The results of liquid media using microbial consortia shows the degradation percentage of starchbased plastic high of 34.43% for eight weeks test using BioSAFERO microbial consortium. While the testing of composting highest degradation percentage of 26.14% on the test to six weeks."
2011
S593
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Sufrijal H. Folasimo
"Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perancah dressing luka inovatif berbahan dasar kulit ikan king kobia melalui proses deselularisasi menggunakan larutan hipotonik dan hipertonik. Dressing luka ini diharapkan dapat menjadi alternatif yang efektif dan ramah lingkungan untuk merawat luka. Proses deselularisasi dilakukan dengan merendam kulit ikan dalam larutan khusus, diikuti oleh karakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) dimana dilakukan perbesaran 600X dari ketiga sampel , Differential Scanning Calorimetry (DSC) dimana pengujian dilakukan mulai dari suhu 30-70, uji tensile strength, diperoleh spesimen 1 adalah Y= 0.0568x - 3.0227 MPa untuk spesimen 2 Y = 0.55x - 8.6058 MPa dan untuk spesimen 3 Y = 0.7183x - 11.31 MPa dan uji degradabilitas. Hasil karakterisasi dengan SEM menunjukkan perubahan struktur mikro dan morfologi kulit ikan setelah deselularisasi, sementara analisis DSC menggambarkan perubahan sifat termal bahan. Uji tensile strength digunakan untuk mengevaluasi kekuatan mekanik dressing, sementara uji degradabilitas memberikan informasi tentang kemampuan dressing untuk terurai secara alami dalam lingkungan tertentu. Proses inkubasi pada suhu 37°C juga penting karena mencerminkan suhu tubuh manusia, di mana perancah diharapkan dapat terurai dengan baikPengembangan dressing luka berbasis kulit ikan king kobia ini memiliki potensi besar sebagai produk yang ramah lingkungan dan memiliki sifat biokompatibel. Hasil penelitian ini dapat menjadi landasan untuk pengembangan lebih lanjut dalam bidang perawatan luka, dengan memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan.
This study aims to develop an innovative wound dressing scaffold made from king cobia fish skin through a decellularization process using hypotonic and hypertonic solutions. This wound dressing is expected to be an effective and environmentally friendly alternative for wound care. The decellularization process was carried out by soaking the fish skin in a special solution, followed by characterization using Scanning Electron Microscope (SEM) where 600X magnification of the three samples was carried out, Differential Scanning Calorimetry (DSC) where testing was carried out starting from temperatures 30-70, tensile strength test, obtained by specimen 1 is Y = 0. 0568x - 3.0227 Mpa for specimen 2 Y = 0.55x - 8.6058 Mpa and for specimen 3 Y = 0.7183x - 11.31Mpa and degradability test The incubation process at 37°C is also important because it reflects the temperature of the human body, where the scaffold is expected to decompose properly. Characterization results by SEM showed changes in the microstructure and morphology of fish skin after deselularization, while DSC analysis illustrated changes in the thermal properties of the material. The tensile strength test was used to evaluate the mechanical strength of the dressing, while the degradability test provided information on the ability of the dressing to biodegrade in a specific environment. The development of this king cobia skin-based wound dressing has great potential as an environmentally friendly and biocompatible product. The results of this research can be used to."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Vica Yunar
"Plastik konvensional yang saat ini beredar di Indonesia merupakan plastik yang sulit terurai di alam sehingga dapat menyebabkan permasalahan lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan solusi dengan mengganti plastik konvensional menjadi plastik biodegradable, yang salah satunya adalah plastik biodegradabel berbahan dasar campuran pati dengan polietilen. Pada skripsi ini membahas pendegradasian yang terjadi pada plastik biodegradabel berbahan dasar pati yang di uji dengan menggunakan tiga metode, yaitu metode ASTM G21-09, uji mikroorganisme dan uji lapangan.
Hasil pengujian menggunakan 5 jenis kapang uji berdasarkan metode ASTM G21-09 menunjukkan bahwa pertumbuhan kapang dapat melingkupi 85% permukaan benda uji setelah 2 minggu. Kemudian pengujian mikroorganisme alami menghasilkan berat akhir benda uji setelah 8 minggu pengujian sebesar 71% dengan mikroorganisme air danau, 68% dengan mikroorganisme air sungai dan 56% menggunakan mikroorganisme tanah. Pada pengujian ini tidak menghasilkan perubahan bentuk benda uji. Sedangkan pengujian lapangan menghasilkan berat akhir benda uji setelah 8 minggu pengujian sebesar 0% pada perendaman air sungai dan air danau dan 58% pada penguburan di dalam tanah. Pada pengujian ini terjadi perubahan bentuk benda uji.
Conventional plastics, which are widely used in Indonesia, do not easily decompose in nature and as a result may cause environmental concerns. Therefore a solution is needed to change from conventional plastics to a more biodegradable form of the similar material, one of which is plastic made from a mixture of starch with polyethylene. This thesis discusses the degradation that occurs in starch-based biodegradable plastics as tested using three different methods: the ASTM G21-09 method, microorganism testing, and field testing. Test results using five types of test mold that are based on the ASTM G21-09 and indicate that the mold growth may cover 85% of the surface of the specimen after two weeks. Afterwards, natural microorganism testing produced a final weight for the specimen after eight weeks of testing. The results were 71% with lake microorganisms, 68% with river microorganisms and 56% using microorganisms from soil. These tests did not produce a change in the shape or form of the specimen. While field testing produced the final weight of the specimen after 8 weeks at 0% after submersion in river and lake water, specimen buried in soil was at 58%. The specimen changed form during this experiment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1349
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library