Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simbolon, Porman Tiurmaida
Abstrak :
Dampak pencemaran udara telah menyebabkan menurunnya kualitas udara yang dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan khususnya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2018, Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi 10 tertinggi dengan prevalensi ISPA sebesar 13,2%. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian lebih mendalam mengenai korelasi antara kualitas udara ambien dengan kejadian ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018-2022. Desain penelitian ini adalah studi ekologi dengan analisis time series. Data yang digunakan adalah data bulanan jumlah kasus ISPA balita dan data kualitas udara ambien diperoleh dari data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang kemudian dikonversi menjadi nilai konsentrasi per bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata jumlah kasus ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta tahun 2018-2022 sebesar 6.048 kasus dengan jumlah kasus tertinggi sebesar 65.972 kasus. Konsentrasi parameter kualitas udara ambien yang melebihi baku mutu adalah parameter O3 dengan konsentrasi rata-rata sebesar 126 ug/m3. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa O3 memiliki hubungan yang signifikan dan korelasi arah positif dengan nilai p=<0,001; r=0,307). Kesimpulan dari penelitian ini adalah parameter kualitas udara ambien yang memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada balita ialah O3, sedangkan PM10, PM2.5,NO2 dan SO2 tidak berhubungan kejadian ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta tahun 2018-2022. Dari hasil temuan ini perlu dilakukan upaya dalam pengendalian pencemaran udara terkait parameter tersebut. Untuk peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian dengan rentang waktu yang lebih lama untuk melihat kekuatan hubungan antara kualitas udara ambien dan kejadian ISPA pada balita.< ......The impact of air pollution has caused a decrease in air quality which can cause various health problems, especially Acute Respiratory Infections (ARI). Based on the results of the 2018 Basic Health Research, DKI Jakarta Province is the 10th highest province with an ARI prevalence of 13.2%. Therefore, it is necessary to conduct a more in-depth study of the correlation between ambient air quality and the incidence of ARI in toddlers in DKI Jakarta Province in 2018-2022. The design of this research is an ecological study with time series analysis. The data used are monthly data on the number of cases of ARI under five and ambient air quality data obtained from Air Pollution Standard Index (ISPU) data which is then converted into concentration values per month. The results of this study show that the average number of ARI cases in toddlers in DKI Jakarta Province in 2018-2022 was 6,048 cases with the highest number of cases of 65,972 cases. The concentration of ambient air quality parameters that exceed quality standards is the O3 parameter with an average concentration of 126 ug/m3. The results of the Spearman Rank correlation test show that O3 has a significant relationship and a positive directional correlation with a value of p = <0.001; r=0.307). The conclusion of this study is that ambient air quality parameters that have a relationship with the incidence of ARI in toddlers are O3, while PM10, PM2.5, NO<2 and SO2 are not related to the incidence of ARI in under five in DKI Jakarta Province in 2018-2022. From these findings, efforts need to be made in controlling air pollution related to these parameters. For further researchers, it is necessary to conduct a study with a longer time span to see the strength of the relationship between ambient air quality and the incidence of ARI in toddlers.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fajar Subechi
Abstrak :
Pekerja di pintu masuk pelabuhan Tanjung Priok (petugas penjualan pas masuk dan petugas keamanan) beresiko untuk terkena gangguan kesehatan saluran pernafasan akibat dari polusi udara terutama dari pajanan konsentrasi PM10 diudara ambien.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara konsentrasi PM10 di udara ambien terhadapa kejadian gangguan kesehatan saluran pernafasan (serangan asma dan bronkitis kronis) setelah dikontrol oleh umur, masa kerja, kebiasaan merokok dan penggunaan APD masker pada saat bekerja. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional pada 75 pekerja di pintu masuk Pelabuhan Tanjung Priok yaitu di Pos 1, Pos 3, Pos 8 dan Pos 9.Pengumpulan data dilakukan secara observasi, wawancara dan pengukuran kualitas udara. Analisa data menggunakan uji chi-square dan hasil analisa menunjukan adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara konsentrasi PM10 diudara ambien dengan kejadian bronkitis kronis, p=0,049 dengan OR=4,301.Disarankan untuk mengurangi jumlah jam kerja sesuai dengan ketentuan dan melakukan rotasi pekerja secara berkala. ......Officers who works at Tanjung Priok entrance gate (entrance ticketing officers and security) at risks of respitory health problems as an bad effects of air pollutants especially from PM10 concentration expose in air ambient. This research intented to analyze the relation on PM10 concentration in air ambient on respitory health problems occurences (asthma and chronic bronchitis) referred to ages, years of works, smoking habits and the use of APD masks at work. This research is a cross-sectional study on 75 officers who works at Tanjung Priok entrance gate such as Gate 1, Gate 3, Gate 8 and Gate 9. The data of research collected by observation, interview and air quality measurement. Data analysis using chi-square test and analysis results indicate a statistically significant relation between PM10 concentration in air ambient with chronical bronchitis, p=0,049 with OR=4,301. It is recommended to reduce the number of working hours based on applicable requirements and perform periodic rotation of officers.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zebian Paskalis
Abstrak :
Kremasi menghasilkan emisi debu partikulat yang mampu mencemari udara ambien, tak terkecuali udara ambien pada ruang krematorium. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis konsentrasi debu partikulat dalam udara ambien pada ruang krematorium. Hal ini akan dikaitkan dengan kesehatan para pekerja krematorium. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode gravimetri menggunakan High Volume Air Sampler (HVAS) selama satu jam per sampelnya. Konsentrasi partikulat tertinggi terjadi pada kremasi dengan peti berbahan kayu jati, yaitu sebesar 216,919 μg/m3. Bahan jenis lain yang digunakan adalah particle board. Enam dari delapan sampel yang diambil masih berada di bawah standar baku mutu. Dua sampel yang melewati standar baku mutu terjadi akibat kremasi dengan peti kayu jati. Standar baku mutu yang digunakan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Hasil pengukuran diameter partikulat menggunakan Scanning Electrone Microscope (SEM) menunjukkan bahwa adanya partikulat memiliki diameter kurang dari 10 μm (PM10). Hal ini menunjukkan bahwa partikulat bisa masuk ke dalam saluran pernapasan dan membahayakan kesehatan. Komposisi kimiawi partikulat yang diuji menggunakan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy menunjukkan tiga unsur tertinggi adalah karbon (C), oksigen (O), dan kalsium (Ca). ......Cremation produce particulate matter emission which can contaminate ambient air, including ambient air in the crematory. The purpose of this study is to determine and analyze particulate matter concentration in ambient air in the crematory. The analysis will be linked to the crematory workers health. The method of sampling is gravimetric method using the High Volume Air Sampler for one hour per sample. The highest particulate matter concentration is 216,919 μg/m3, which occur on teak wood coffin cremation. The concentration of six samples is below the quality standard. The concentration of two sample, which is above the quality standard, caused by teak wood coffin cremation. The quality standard that is used is Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. The results of particulate matter diameter, which is measured with Scanning Electrone Miscroscope, show the presence of PM10. It shows that particulate matter can enter the respiratory system and endanger health. Particulate matter chemical composition, which is tested using Energy Dispersive X Ray Spectroscopy, showed the highest three elements, which are carbon (C), oxygen (O), dan calcium (Ca).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S69867
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rahman
Abstrak :
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA masih menjadi penyakitterbanyak di Kota Depok. Penurunan kualitas udara ambien dan luas Ruang TerbukaHijau RTH karena pembangunan yang semakin berkembang diduga memiliki kaitandengan hal tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk melihat trend Kualitas UdaraAmbien, RTH dan Jumlah Kasus ISPA yang terjadi di Kota Depok tahun 2013-2017serta bagaimana kaitan ketiganya dalam kualitas kesehatan lingkungan. Desainpenelitian ini adalah studi ekologi. Unit analisisnya adalah data sekunder konsentrasilima parameter kualitas udara ambien SO2, NO2, CO, Pb dan PM10 dan luas RTH dariDinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan DLHK , serta data jumlah kasus ISPA dariDinkes Kota Depok. Analisis dilakukan secara spasial dan statistik. Hasil penelitiandisajikan dalam tabel, grafik trend dan pemetaan. Terdapat trend fluktuasi yang acakdari konsentrasi lima parameter kualitas udara dan ISPA, sedangkan RTH mengalamitrend perubahan yang teratur. Disarankan kepada pemerintah serta instansi kedinasan diKota Depok untuk merumuskan regulasi dan berbagai program untuk meningkatkankualitas kesehatan lingkungan serta menurunkan jumlah kasus ISPA di Kota Depok. ......Acute Respiratory Infection ARI disease is still the highest number of diseasein Depok City. Decline in ambient air qualityand availability of Green Open Space GOS due to the growing development is thought to be the causing factors. This studywas conducted to determine the trend of Ambient Air Quality, GOS and the number ofARI cases that occurred in Depok during 2013 2017. The research design is ecologicalstudy. The units of analysis are the secondary data of the concentration of fiveparameters of ambient air quality SO2, NO2, CO, Pb dan PM10 and GOS fromDepartment of Hygiene and Environment, and data of ARI cases from HealthDepartment in Depok. The analysis was done with spatial and statistical analysis. Resultof the analysis showed in tables, graphs and mapping. There is random fluctuative trendon theambient air parametersand ARI. Whereas there is patterned change on the GOS. Itis suggested to the city government as well as the official departments in Depok City toformulate regulations and various programs to improve the quality of environmentalhealth and reduce the number of ARI cases in Depok.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tumanggor, Benhard Nataniel
Abstrak :
Timbal (Pb) merupakan logam berat dengan nomor atom 82 dan massa atom 207,2. Timbal bersumber dari alam, industri, serta transportasi. Timbal dari industri berasal dari industri baterai, industri kimia, industri bahan bakar, dan industri peleburan aki bekas serta dari transportasi berasal dari bahan bakar kendaraan bermotor. Sumber-sumber logam timbal ini dapat menyebabkan pajanan timbal ke dalam lingkungan sehingga mengakibatkan terjadinya pencemaran udara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko kesehatan (Risk Quotient) akibat pajanan timbal pada masyarakat lingkungan di sekitar Kawasan Industri Manis, Banten. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juli tahun 2019 menggunakan metode penelitian Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Metode penelitian ini untuk menghitung atau memprakirakan risiko pada kesehatan manusia. Nilai RQ dinyatakan berisiko jika RQ>1. Nilai pengukuran timbal (Pb) didapat dari dua titik sampling uji udara ambien di sekitar Kawasan Industri Manis yaitu 1,58 μg/Nm3 pada titik 1 dan 0,23 μg/Nm3 pada titik 2. Nilai rata-rata pengukuran timbal (Pb) dari kedua titik adalah 0,905 μg/Nm3. Hasil pengukuran tersebut masih dibawah Baku Mutu Udara Ambien yang ditetapkan dalam PP Nomor 41 Tahun 1999. Nilai jumlah asupan pada penelitian ini dihitung secara real time dan life span. Nilai jumlah asupan pajanan timbal (Pb) dengan durasi pajanan real time yaitu 2,2038x10-4 mg/kg/hari. Sedangkan nilai jumlah asupan dengan durasi pajanan life span adalah 2,8746x10-4 mg/kg/hari. Nilai tingkat risiko dihitung dengan membandingkan antara nilai asupan (intake) dengan nilai default RfC. Nilai RfC didapatkan dari IRIS US-EPA yaitu 4,93x10-4 mg/kg/hari. Nilai tingkat risiko dihitung berdasarkan beberapa durasi pajanan mencakup real time dan life span (1, 10, 23, 30, 60, dan 100 tahun). Nilai tingkat risiko (RQ) akibat pajanan timbal (Pb) yang didapatkan adalah 0,0388; 0,194; 0,447; 0,583; 1,166; dan 1,943.
Lead (Pb) is a heavy metal with an atomic number of 82 and an atomic mass of 207.2. Lead is sourced from nature, industry, and transportation. Lead from industry comes from the battery industry, chemical industry, fuel industry, and used battery smelting industries as well as from transportation derived from motor vehicle fuel. These sources of lead metal can cause lead exposure into the environment resulting in air pollution. This study aims to determine the level of health risk (Risk Quotient) due to lead exposure to the neighborhood community of Manis Industrial Zone, Banten. This research was conducted in April-July 2019 using the method of research Environmental Health Risk Analysis (ARKL). This research method is to calculate or predict risks to human health. RQ value is stated as risk if RQ >1. The measurement value of lead (Pb) was obtained from two ambient air tes sampling points around the Manis Industrial Zone was 1.58 μg/Nm3 at the first point and 0.23 μg/Nm3 at the second point. The average value of lead (Pb) measurement from both points is 0.905 μg/Nm3. The results of these measurements are still below the Ambient Air Quality Standard according to PP No. 41 Tahun 1999. The amount of intake in this study is calculated in real time and life span. The value of lead (Pb) exposure intake with real time exposure duration was 2.2038 x10-4 mg/kg/day. While the value of the amount of intake with the duration of life span exposure is 2.8746x10-4 mg/kg/day. The value of the risk level is calculated by comparing the value of the intake with the default value of the RfC. The RfC value was obtained from IRIS US-EPA which was 4.93x10-4 mg/kg/day. Risk level values are calculated based on several exposures including real time and life span (1, 10, 23, 30, 60, and 100 years). The value of risk level (RQ) due to lea exposure (Pb) obtained is 0.0388; 0.194; 0.447; 0,583; 1,166; and 1,943.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rahman
Abstrak :
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih menjadi penyakit terbanyak di Kota Depok. Penurunan kualitas udara ambien dan luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) karena pembangunan yang semakin berkembang diduga memiliki kaitan dengan hal tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk melihat trend Kualitas Udara Ambien, RTH dan Jumlah Kasus ISPA yang terjadi di Kota Depok tahun 2013-2017 serta bagaimana kaitan ketiganya dalam kualitas kesehatan lingkungan. Desain penelitian ini adalah studi ekologi. Unit analisisnya adalah data sekunder konsentrasi lima parameter kualitas udara ambien (SO2, NO2, CO, Pb dan PM10) dan luas RTH dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK), serta data jumlah kasus ISPA dari Dinkes Kota Depok. Analisis dilakukan secara spasial dan statistik. Hasil penelitian disajikan dalam tabel, grafik trend dan pemetaan. Terdapat trend fluktuasi yang acak dari konsentrasi lima parameter kualitas udara dan ISPA, sedangkan RTH mengalami trend perubahan yang teratur. Disarankan kepada pemerintah serta instansi kedinasan di Kota Depok untuk merumuskan regulasi dan berbagai program untuk meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan serta menurunkan jumlah kasus ISPA di Kota Depok.
Acute Respiratory Infection (ARI) disease is still the highest number of disease in Depok City. Decline in ambient air qualityand availability of Green Open Space (GOS) due to the growing development is thought to be the causing factors. This study was conducted to determine the trend of Ambient Air Quality, GOS and the number of ARI cases that occurred in Depok during 2013-2017. The research design is ecological study. The units of analysis are the secondary data of the concentration of five parameters of ambient air quality (SO2, NO2, CO, Pb dan PM10) and GOS from Department of Hygiene and Environment, and data of ARI cases from Health Department in Depok. The analysis was done with spatial and statistical analysis. Result of the analysis showed in tables, graphs and mapping. There is random fluctuative trend on theambient air parametersand ARI. Whereas there is patterned change on the GOS. It is suggested to the city government as well as the official departments in Depok City to formulate regulations and various programs to improve the quality of environmental health and reduce the number of ARI cases in Depok.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53788
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Oktora
Abstrak :
Pajanan pencemar udara selama kehamilan berhubungan dengan bayi be- rat badan lahir rendah (BBLR). Untuk menghubungkan konsentrasi NO2 dalam udara ambien, telah dilakukan studi ekologi di Jakarta. Konsentrasi NO2 didapat dari data monitoring BPLHD DKI Jakarta 2009 ? 2011, sedan- gkan kasus-kasus bayi BBLR diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Data dianalisis dengan Anova, uji korelasi, dan regresi linier dan berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi NO2 dalam bulan pertama dan kedua kehamilan berhubungan bermakna dengan BBLR (masing-masing dengan R = 0,464, nilai p = 0,0001 dan R = 0,243, nilai p = 0,013). Regresi linier berganda menunjukkan bahwa konsentrasi NO2 dapat meramalkan 25% kasus BBLR (R = 0,5; R2 = 0,25; nilai p = 0,0001). Variabel yang paling memengaruhi BBLR adalah pajanan ter- hadap NO2 pada bulan pertama gestasi (B = 259). Disimpulkan, pajanan NO2 pada bulan pertama dan kedua kehamilan dan tempat wilayah tinggal berhubungan dengan BBLR, dengan pajanan NO2 pada bulan pertama kehamilan merupakan faktor utama BBLR.

It has been known that exposure to air pollutant during pregnancy was as- sociated with low birth weight. To correlate NO2 concentration in ambient air with baby with low birth weight (LBW), an ecological study has been carried in Jakarta. NO2 concentration was obtained from 2009 ? 2011 monitoring data (Jakarta BPLHD), while low birth weight data were obtained from Jakarta Provincial Health Office. Anova, correlation, linear and multiple lin- ear regressions were employed to analyze NO2 concentration with LBW. It showed that NO2 concentrations during first and second month of preg- nancy were significantly correlated with the LBW (R = 0.464, p value = 0.0001 and R = 0.243, p value = 0.013). Multiple linear regression showed that the concentration of NO2 in the first and second month of pregnancy can predict 25% of LBW cases (R = 0.5, R2 = 0.25; p value = 0.0001). The most influence variable on LBW is exposure to NO2 in the first month of ges- tation (B = 259). It is concluded that exposure to NO2 in the first and second month of pregnancy and city of residence correlated with the LBW, with NO2 exposure in the first month of pregnancy was the most influencing factor of the LBW.
Universitas Indonesia, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zebian Paskalis
Abstrak :
Kremasi menghasilkan emisi debu partikulat yang mampu mencemari udara ambien, tak terkecuali udara ambien pada ruang krematorium. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis konsentrasi debu partikulat dalam udara ambien pada ruang krematorium. Hal ini akan dikaitkan dengan kesehatan para pekerja krematorium. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode gravimetri menggunakan High Volume Air Sampler HVAS selama satu jam per sampelnya. Konsentrasi partikulat tertinggi terjadi pada kremasi dengan peti berbahan kayu jati, yaitu sebesar 216,919 ?g/m3. Bahan jenis lain yang digunakan adalah particle board. Enam dari delapan sampel yang diambil masih berada di bawah standar baku mutu. Dua sampel yang melewati standar baku mutu terjadi akibat kremasi dengan peti kayu jati. Standar baku mutu yang digunakan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Hasil pengukuran diameter partikulat menggunakan Scanning Electrone Microscope SEM menunjukkan bahwa adanya partikulat memiliki diameter kurang dari 10m PM10. Hal ini menunjukkan bahwa partikulat bisa masuk ke dalam saluran pernapasan dan membahayakan kesehatan. Komposisi kimiawi partikulat yang diuji menggunakan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy menunjukkan tiga unsur tertinggi adalah karbon C, oksigen O, dan kalsium Ca. ......Cremation produce particulate matter emission which can contaminate ambient air, including ambient air in the crematory. The purpose of this study is to determine and analyze particulate matter concentration in ambient air in the crematory. The analysis will be linked to the crematory workers rsquo health. The method of sampling is gravimetric method using the High Volume Air Sampler for one hour per sample. The highest particulate matter concentration is 216,919 g m3, which occur on teak wood coffin cremation. The concentration of six samples is below the quality standard. The concentration of two sample, which is above the quality standard, caused by teak wood coffin cremation. The quality standard that is used is ldquo Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. The results of particulate matter diameter, which is measured with Scanning Electrone Miscroscope, show the presence of PM10. It shows that particulate matter can enter the respiratory system and endanger health. Particulate matter chemical composition, which is tested using Energy Dispersive X Ray Spectroscopy, showed the highest three elements, which are carbon C, oxygen O, dan calcium Ca.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library