Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Rudy Haryanto
Abstrak :
Menurut Aghevli, perkembangan perbankan dengan index jumlah kantor bank perpenduduk akan berpengaruh pada permintaan uang. Perkembangan perbankan akan berpengaruh pada monetisasi maupun pendalaman finansial. Monetisasi dimaksudkan sebagai luasnya penggunaan uang kartal, sedangkan pendalaman finansial dimaksudkan sebagai luasnya penggunaan deposit (simpanan pada bank). Makin tersebarnya kantor bank secara geografis akan makin mempopulerkan penggunaan uang kartal sebagai ganti barter ataupun pembayaran dalam bentuk barang. Pada saat bersamaan tersebarnya kantor bank mendorong individu-individu untuk mendribtusikan uang kartalnya menjadi bentuk simpanan pada perbankan (deposit) dalam portofolionya sejalan dengan menurunnya biaya opartunitas dalam memindahkan pada kedua bentuk aset tersebut. Model permintaan uang Aghevli disini diturunkan dari teori permintaan uang Boumol dimana permintaan uang dipengaruh juga oleh 'Brokerage fee'. "Brokerage fee" ini diartikan secara luas termasuk biaya-biaya pergi ke bank guna mengambil uang tunai atas deposit (simpanan) yang dimasukkan pada bank. Pemerintah Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1988 mengeluarkan serangkaian kebijakan yang berkaitan dengan bidang keuangan dan perbankan dalam rangka mobilisasi dana pada lembaga keuangan formal (perbankan). Sebelumnya semenjak tahun 1973, pertambahan jumlah kantor bank relatif dibatasi melalui peraturan pemerintah. Baru setelah kebijakan 28 Oktober 1988 membuka bank baru ataupun kantor bank makin dipermudah. Hasil pengujian ekonometri dengan menggunakan model sejalan dengan model Aghevli menunjukkan bahwa perkembangan perbankan di Indonesia secara nyata berpengaruh pada permintaan uang luas permintaan deposit dan rasio deposit dengan uang kartal pada periode se6elum maupun sesudah kebijakan 28 Oktober '88. pada periode sebelum kebijakan 28 Oktober '88 dimana jumlah kantor bank relatif sedikit elastisitas perkembangan perbankan lebih besar dibandingkan pada periode setelah kebijakan yakni pada saat jumlah bank, telah banyak. Berarti persentase penambahan jumlah kantor bank setelah kebijakan 28 Oktober 1988 (dimana jumlah kantor bank telah meningkat pesat) membawa pada persentase penambahan deposit maupun uang luas yang relatif tidak begitu besar dibanding periode sebelumnya. Dengan kata lain setelah kebijakan 28 Oktober '88 jumlah kantor bank seakan-akan menuju pada titik jenuh. Namun apabila dibandingkan dengan hasil studi Aghevli di AS tahun 1879-1914 elastisitas perkembangan perbankan di Indonesia setelah kebijakan 28 Oktober 1988 masih lebih tinggi. Artinya perkembangan perbankan mesih membawa pada peningkatan uang luas maupun deposit (simpanan pada perbankan) yang lebih besar dibandingkan di AS pada masa itu. Dengan berpedoman pada hasil studi di AS maka apabila perkembangan jumlah kantor bank bisa diimbangi tingkat kwalitas kualitasnya misalnya kesehatan perbankan, kesiapan sumber daya manusia serta pengawasan yang memadai maka kebijakan 28 Oktober 1988 yang mempermudah pembukaan kantor-kantor bank masih bisa diteruskan guna mendorong tabungan masyarakat. Namun apabila sebaliknya maka sebaiknya pemerintah lebih berkonsentrasi pada peningkatan atau paling tidak mempertahankan tingkat kwalitas perbankan seperti semula.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
S18394
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Aswin Kosotali
Abstrak :
Penggunaan alat pembayaran non-tunai dalam dua dekade terakhir meningkat pesat. Namun demikian, perkembangan penggunaan alat pembayaran non-tunai tersebut belum mencapai tingkat yang diharapkan. Penggunaan alat pembayaran tunai terus meningkat tercermin pada peningkatan uang kartal yang diedarkan.
Tesis ini menganalisa permintaan uang kartal di Indonesia menggunakan data bulanan dari tahun 2005 s.d 2013 dengan memasukkan pengaruh alat pembayaran non-tunai melalui kartu dan uang elektronik. Untuk kebutuhan analisis, selain menganalisis permintaan uang kartal secara agregat, penelitian ini juga menganalisis permintaan uang kartal berdasarkan 2 katagori denominasi yaitu permintaan uang kartal pecahan besar (UPB) dan permintaan uang kartal uang kartal pecahan kecil (UPK).
Dengan menggunakan vector error correction model (VECM), hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan uang kartal secara agregat maupun permintaan berdasarkan denominasi (UPB dan UPK) meningkat dengan meningkatnya pendapatan (PDB), dan menurun dengan meningkatnya suku bunga. Sedangkan terhadap variabel non-tunai tidak ditemukan hasil yang konklusif bahwa variabel non-tunai tersebut berdampak terhadap permintaan uang kartal agregat, permintaan UPB, dan permintaan UPK.
......
While non-cash payment usage has increased dramatically in the last two decades, the stock of outstanding currency has not declined. Non-cash payment usage does not reach at the expected level as reflected by the increasing stock of outstanding currency.
The thesis analyses currency demand in Indonesia using monthly data from 2005 to 2013 with incorporating non-cash payment particularly payment card usage and electronic money. For the analysis purposes, the examination is undertaken by analyzing currency demand at the aggregate level as well as at the denominational composition, i.e. analyzing currency demand at high denomination and currency demand at low denomination.
Using vector error correction model (VECM), those currency demand models are investigated. The result shows that those currency demands increase when income rise and currency demands decrease when interest rate increase. Related to non-cash payment, there is no conclusive result that non-cash payment has impact either at aggregate currency demand or at denomination currency demand.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T42577
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library