Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kris Pranarka
"ABSTRAK
Glimepirid adalah suatu antihiperglikemia golongan sulfonilurea untuk terapi oral diabetes melitus tipe 2. Studi ini dilakukan untuk menilai glimepirid monoterapi dalam mengendalikan gula darah (HbA1c) pada pasien DM tipe 2, dosis yang digunakan, dan profil keamanannya. Metode: Studi observasional prospektif ini dilakukan di 4 klinik pribadi di Semarang, Jambi, Mojokerto dan Medan antara Oktober 2006 sampai September 2007 pada pasien rawat jalan, pria dan wanita, umur >20 tahun, dengan DM tipe 2, HbA1c >7%, dan tidak mendapat antidiabetik oral paling sedikit 3 bulan sebelumnya. Tablet glimepirid diberikan sekali sehari selama 3 bulan. Hasil: Dari 74 pasien yang memenuhi syarat, 18 pasien tidak kembali untuk evaluasi dan 56 pasien menyelesaikan studi 3 bulan ini, terdiri dari 26 pasien baru (belum pernah mendapat obat antidiabetes) dan 30 pasien yang sebelumnya pernah diobati (dengan obat antidiabetes). Dosis glimepirid awal dan akhir tidak berbeda untuk pasien baru maupun pasien yang sebelumnya pernah diobati (awal 2,0 mg, akhir 2,3 mg). Penurunan rata-rata kadar HbA1c 1,8% untuk semua pasien, lebih besar pada pasien baru (2,3%) dibandingkan dengan pasien yang sebelumnya pernah diobati (1,3%). Berdasarkan berat massa tubuh, penurunan rata-rata kadar HbA1c pada 20 pasien dengan BB normal 1,3%, dan lebih besar pada 20 pasien obese (2,4%). Penurunan rata-rata kadar gula darah puasa pada semua pasien 54 mg/dL, lebih besar pada pasien baru (83 mg/dL) dibandingkan pasien yang pernah diobati (30 mg/dL), tetapi tidak dipengaruhi oleh berat badan. Berat badan meningkat selama studi dengan rerata 0.9 kg. Tidak ada efek samping yang dialami oleh pasien selama 3 bulan monoterapi dengan glimepirid pada studi ini. Kesimpulan: Glimepirid monoterapi pada studi observasional dalam praktek sehari-hari selama 3 bulan ini efektif dalam menurunkan kadar HbA1c dan gula darah puasa, terutama pada pasien baru. Glimepirid pada studi ini disertai dengan peningkatkan berat badan meskipun tidak bermakna secara statistik. Tidak dilaporkan adanya efek samping dalam studi ini.

Abstract
Background: Glimepiride is a sulphonylurea antihyperglycemic agent for oral therapy of type-2 diabetes mellitus. This study was carried out to evaluate glimepiride monotherapy in controlling blood glucose (HbA1c) in type-2 DM patients, its dosage, and safety profile. Methods: This was a prospective observational study carried out at 4 private clinics in Semarang, Jambi, Mojokerto and Medan between October 2006 and September 2007 in outpatients of both gender, aged > 20 years, with type-2 DM, HbA1c > 7%, and received no oral antidiabetic treatment for at least 3 months. Glimepiride tablet was given once daily for 3 months. Results: From 74 eligible patients, 18 patients were lost to follow-up and 56 patients completed this 3 months study, consisting of 26 treatment-naive patients and 30 previously treated patients. The initial and final doses of glimepiride were similar in both treatment-naive patients and previously treated patients (initial 2.0 mg, final 2.3 mg). The mean reduction of HbA1c levels was 1.8% (absolute) for all patients, higher in naive patients (2.3%) compared to previously treated patients (1.3%). Based on BMI, the mean reduction of HBA1c in 20 normal weight patients was 1.3%, and more marked in 20 obese patients (2.4%). The mean reduction of FBG levels in all patients was 54 mg/dL, more pronounced in naive patients ( 83 mg/dL) compared to previously treated patients (30 mg/dL), but not affected by body weight. Bodyweight was increased during the study by a mean of 0.9 kg. No adverse event was encountered in any patient during 3 months monotherapy with glimepiride in the present study. Conclusion: Glimepiride monotherapy in the present observational study in daily practice for 3 months was shown to be effective in reducing HbA1c and FBG levels, especially in treatment naive patients. Glimepiride in the present study was associated with weight gain, although not statistically significant. No adverse event was reported in the present study."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2009
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bonita Melia
"ABSTRAK
Penyakit ginjal diabetes merupakan komplikasi mikrovaskuler yang menyerang pasien diabetes melitus tipe 2. Dalam perkembangan penyakit ginjal diabetes, sistem renin-angiotensin intrarenal merupakan faktor yang berperan penting.. Hal ini menjadikan angiotensinogen sebagai salah satu komponen sistem renin-angiotensin yang berpotensi menjadi penanda kerusakan ginjal. Article review ini bertujuan untuk menelusur dan menelaah penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pengukuran kadar angiotensinogen dalam urin sebagai penanda klinis penyakit ginjal diabetes pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penyusunan article review dilakukan dengan mengumpulkan jurnal-jurnal penelitian pada pangkalan data daring, yaitu ScienceDirect, Pubmed, dan Scopus. Penelusuran menghasilkan tujuh jurnal penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Studi artikel menunjukkan bahwa angiotensinogen memiliki korelasi positif yang signifikan dengan ekspresi mRNA angiotensinogen, kreatinin urin, dan faktor terkait spesi oksigen reaktif. Angiotensinogen juga menunjukkan korelasi negatif yang signifikan terhadap estimasi laju filtrasi glomerulus. Hasil telaah beberapa artikel menunjukkan bahwa angiotensinogen memiliki performa yang baik dalam menggambarkan kondisi ginjal subjek penelitian. Hal ini dibuktikan dengan adanya korelasi yang signifikan antara angiotensinogen dengan parameter-parameter lain yang terlibat dalam patofisiologi penyakit ginjal diabetes melitus yang terdiri dari estimasi laju filtrasi glomerulus, ekspresi mRNA angiotensinogen, kadar faktor spesi oksigen reaktif, dan kadar albumin kreatinin urin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq
"Latar Belakang: Studi epidemiologi menunjukkan bahwa DM merupakan salah satu faktor dalam proses terjadinya aterosklerosis dan mempengaruhi secara nyata kesaldtan dan kematian akibat PIK. Dibandingkan dengan penderita bukan DM, penderita DM 2-4 kali lebih banyak menderita P3K dan 2-4 kali lebih banyak mengalami kematian jangka pendek setelah menderita serangan infark miokard akut Dewabrata mendapati 23,2% penderita infark miokard akut yang di rawat di RSCM selama periode 1994-1999. Data di Indonesia tersebut belum banyak menggambarkan bagaimana karakteristik penderita DM tersebut saat terbukti menderita infark miokard akut. Dengan demildan, gambaran penderita DM yang mengalami sindrom koroner akut merupakan ha! yang renting untuk diketahui, baik karakteristik klinis maupun komplikasi yang muncul akibat S1CA tersebut.
Tujuan. Penelitian ini ingin mengetahui prevalensi SKA pada penderita DM tipe-2. Penelitian ini juga ingin mengetahui karakteristik klinis dan komplikasi SKA pada penderita DM tipe-2 serta perbandingannya dengan penderita bukan DM. Metodologi. Studi potong lintang retrospektif untuk mengetahui prevalensi dan karakteristik klinis serta studi kohort retrospektif untuk mengetahui perbandingan komplikasi SKA pads penderita DM tipe-2 dan penderita bukan DM, terhadap penderita yang dirawat di ICCU RSCM periode 1 Januari 2001 s.d. 31 Desember 2005.
Hasil. Didapatkan data: Prevalensi SKA penderita DM tipe-2: 34,2%. Awitan nyeri penderita DM lebih lama, 70,7% vs 53,4%, p=0,001; 1K 95%; DR=2,259 (1,372-3,719). Nyeri dada tidak khas, didapati penderita DM lebih banyak, 17,3% vs 9,8% p~ 0,041; 1K 95%; OR=1,713 (1,019-2,881)_ Komplikasi: Gagal jantung: penderita DM tipe-2 Iebih banyak: 39,35% vs 16,8%, p=0,001; 11(95%; RR-3,213 (1,992-5,182). Untuk komplikasi syok kardiogenik, didapati penderita DM tipe-2 Iebih banyak, 16,2% vs 8,9%, p= 0,031; IK 95%; RR==1,983 (1,057-3,721). Sedangkan komplikasi kematian didapati penderita DM tipe-2 lebih banyak, 17,3% vs 6,3%, dengan p= 0,001; 1K 95%; RR= 3,116 (1,556-6,239).
Simpulan. Didapatkan perbedaan karakteristik klinis SKA antara penderita DM tipe-2 dengan penderita SKA bukan DM. Awitan nyeri lebih lama dan keluhan nyeri dada yang tidak khan, Iebih banyak didapati Dada penderita DM tipe-2. Didapatkan juga perbedaan dalam hat komplikasi SKA. Kejadian gagal jantung, syok kardiogenik dan kematian didapatkan lebih tinggi pada penderita DM tipe-2.

Background. Epidemiologic studies revealed diabetes mellitus (DM) as one of the factors involved in atherosclerosis process. DM also influence morbidity and mortality-related to coronary artery disease (CAD). Compared to non diabetic patients, type -2 DM patients suffer CAD 2-4 times more often and had increased short term mortality rate due to acute myocardial infarction 2-4 times more likely. During 1994-1999, Dewabrata found 23.2% of all acute myocardial infarction patients was diabetic patients treated in ICCU Cipto Mangunkusumo hospital. Unfortunately these data did not describe the clinical characteristic and complication ACS in type -2 DM patients. Therefore it is important to know the clinical characteristics and ACS related complications in type-2 DM patients.
Objectives. To know the prevalence of type-2 DM among ACS patients, to learn clinical characteristics and ACS related complications in type-2 DM compared to non diabetic patients.
Methods. A cross sectional retrospective study was performed to know the prevalence of ACS in type -2 DM patients and their clinical characteristics_ A retrospective cohort study was performed to compare the differences in ACS related complications in type -2 DM and non diabetic patients who were hospitalized in ICCU Cipto Mangunkusumo hospital during 5 years period (January 1st, 200I December 31st, 2005).
Results. Prevalence of Type-2 DM among ACS patients : 34.2%. The onset of chest pain in type-2 DM patients was longer, 70.7% vs 53.4%, p=0.40l; CI 95%; OR=2.259 (1.372-3.719). Aypical chest pain were often in type-2 DM patients, 17.3% vs 9.8%; p= 0.041; CI 95%; OR 1.713 (L019 2.881). Heart failure as complications were more often found in type-2 DM patients, 39.35% vs 16.8%, p=0.001; CI 95%; RR=3.213 (1.992-5.182), cardiogenic shock were more often found in type-2 DM patients, 16.2% vs 8.9%, p= 0.031; CI 95%; RR 1.983 (1.057-3.721), and death were more often found in type-2 DM patients, 17.3% vs 6.3%, p= 0.001; CI 95%; RR= 3.116 (L556-6.239).
Conclusions. There are differences in clinical characteristics of ACS between type-2 DM patients and non diabetic patients; which are longer onset of chestpain and atypical chestpain more often in type-2 DM patients. There are also differences in complications related ACS between Type-2 DM patients and non diabetic patients; heart failure, cardiogenic shock, and death more often in Type-2 DM patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18162
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library