Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nisyawati
"Tunas berganda dapat dibentuk pada nodus kotiledon dari kecambah kacang tanah (Arachis hypogaea L.) varietas Lokal, Kelinci dan Pelanduk pada medium B5 dengan penambahan [(2-isopentenyl) adenosine] (2,iP), Kinetin dan 6-benzylaminopurine (BAP) sebanyak 50 mg/1. Frekuensi pembentukan tunas berganda bervariasi diantara varietas dan zat pengatur tumbuh yang dipergunakan. Namun demikian hanya varietas lokal yang pembentukan tunas bergandanya sangat efektif pada medium B5 dengan penambahan BAP sebanyak 50 mg/1. Perbanyakan tunas tampaknya telah diinduksi oleh adanya diferensiasi dari pemula tunas aksilar yang tersembunyi. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa daerah nodus kotiledon kacang tanah memiliki potensi morfogenetik yang dapat diaktifkan dengan penggunaan BAP secara in vitro.

Multiple shoot were formed on cotyledonary nodes of seedlings in peanut (Arachis hypogaea L.) Local, Kelinci and Pelanduk varieties on B5 medium supplemented with [(2-isopentenyl) adenosine] (2,iP), Kinetin and 6-benzylaminopurine (BAP) at 50 mgl1. The frequency of multiple shoots formation varied among the varieties and plant growth hormones tested. However, only mutiple shoots of Lokal variety seedlings were formed effectively on the B5 medium supplemented with 50 mg/1 of BAP. Multiplication of buds was induced by the differentiation of auxiliary buds from initially emerged buds. This results indicate that cotyledonary node region of peanut has high morphogenetic potential which could be activated by in vitro BAP application.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Kusmianto
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui respons eksplan potongan daun Dendrobium antennatum Lindl. terhadap perlakuan 1 (1 mgl-1 TDZ), perlakuan 2 (1,5 mgl-1 TDZ dan 7,5 mgl-1 BAP), perlakuan 3 (2 mgl-1 TDZ dan 7,5 mgl-1 BAP), perlakuan 4 (1,5 mgl-1 TDZ dan 10 mgl-1 BAP), dan perlakuan 5 (2 mgl-1 TDZ dan 10 mgl-1 BAP) dalam menginduksi tunas. Penelitian dilakukan di laboratorium Khansa Orchids Cimanggis Depok (september 2007--April 2008). Dua puluh lima potong daun dikultur pada 1 botol sampel perlakuan. Data yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa setiap perlakuan yang diberikan cenderung menghasilkan respons pembentukan protocorm like bodies (plb) dan tunas pada eksplan. Data tersebut juga menunjukan bahwa pada perlakuan 2, 3, dan 4 terdapat sinergisme antara TDZ dan BAP, sedangkan perlakuan 5 tidak menunjukkan adanya sinergisme. Perlakuan 3 (2 mgl-1 TDZ dan 7,5 mgl-1 BAP) cenderung menghasilkan jumlah plb dan tunas terbanyak (49,1 ± 44,7 per botol), dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Eksplan mengawali respons induksi tunas dengan membengkak, dan kemudian membentuk plb atau tunas."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S31535
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Susiani Purbaningsih
"Penelitian lanjutan yang terkait dengan perbanyakan bambu apus (Gigantochloa apus Kurz.) secara in vitro telah dilakukan. Pada periode penelitian kali ini, percobaan-percobaan yang dilakukan dititik beratkan pada masalah pengurangan tingkat kontaminasi, masalah perlu atau tidak pemberian NAA (zat pengatur tumbuh kelompok auksin) di dalam tahap induksi tunas, dilanjutkan dengan bagaimana agar tunas yang tumbuh dapat lebih dari satu (yang diharapkan minimal tiga) dan bagaimana eksplan yang telah tumbuh tunas dapat diinduksi sistem perakarannya. Untuk menjawab permasalahan tersebut, telah dilakukan berbagai cara sterilisasi (13 metode), dilanjutkan dengan penanaman eksplan pada media dasar (MS padat) ditambah dua macam zat pengatur tumbuh (Kinetin 5 mg/l) dan NAA (0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1 mg/l); untuk mengetahui pengaruh NM di dalam induksi tunas. Sedangkan untuk mengetahui apakah ada sinergi dari dua macam sitokinin, telah diujikan dua macam sitokinin (Kinetin dan BAP) baik secara tunggal maupun kombinasi. Terakhir, di dalam usaha menginduksi sistem perakaran, baik eksplan awal maupun eksplan yang telah tumbuh tunas ditanam pada media dasar MS dengan penambahan IBA dan Phloroglucinol.
Hasil sementara dari berbagai percobaan tersebut di atas adalah sebagai berikut: Pertama, tingkat kontaminasi terendah (10%, metode ke-12) diperoleh jika antibiotik yang digunakan dalam prosedur sterilisasi adalah Dumocycline (Dumex) 500 mg/100 ml. Kedua, di dalam media induksi tunas keberadaan senyawa auksin (NM) menunjukkan kecenderungan pengaruh yang baik, yaitu pada konsentrasi NM 0,6 dan 0,8 mg/l. Ketiga, dari dua macam sitokinin yang diujikan (Kinetin dan BAP) menunjukkan adanya sinergisme dari kedua zat pengatur tumbuh tersebut, yang terlihat pada kombinasi konsentrasi Kinetin 7,5 mg/l dan BAP 5 mg/l Sementara itu, proses induksi sistem perakaran masih berlangsung hingga laporan ditulis, sehingga hasil akhirnya belum dapat dilaporkan. Namun demikian, dari sekian banyak perlakuan yang telah dicobakan ada satu eksplan yang sistem perakarannya dapat terinduksi. Selain itu, di dalam media yang mengandung IBA dan Phioroglucinol respon pertama dari eksplan adalah tumbuh tunas, serta dijumpai adanya varigasi daun.

An experiment to overcome the problem of contamination of explant in vitro and to obtain a multiple shoots, including rooting of the shoot of Gigantochloa apus Kurz. have been carried out. Single nodal segments with axillary buds were the starting material. The nodal segment (each segment was 2-3 cm long) was collected from Gigantochloa apus plants grown in the riverside at Griya Tugu Asri, Depok. Since a high rate of contamination is reported in bamboo, a series of sterilization methods were tested through successive modification. There were 13 methods of sterilization tested. After sterilization, nodal segments were directly inoculated on modified Murashige & Skoog (MS) medium, supplemented with Kinetin 5 mg/I and various concentration of NM (0; 0,2; 0,4; 0,6, 0,8; 1,0 mg/l) or in the same basal medium supplemented with 16 combination Kinetin (0; 2,5; 5,0; 7,5 mg/1) and BAP (0; 2,5; 5; 7,5 mg/l). Rooting of the shoots and initial explants were achieved under in vitro and ex vitro conditions. For rooting in vitro a series of combination IBA and Phloroglucinol were tested.
The results of the experiment showed that the rate of contamination could be reduced to 10% with successive modifications in the methods of surface sterilization. The use of Dumocycline as an antibiotic seemed to be useful. The presence of NAA (0,6 or 0,8 mg/l) in the shoot induction medium contained 5 mg/l Kinetin, appeared to enhance the growth of the shoots. On the other hand, a combination of two cytokinines (Kinetin 7,5 mg/l and BAP 5 mg/l) showed slightly better than NAA-Kinetin combination, but this result should be confirmed. Rooting of the shoots either in vitro or ex vitro have not been successful yet, but the experiments are in progress to study the rooting induction.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Desiwarni Laina M
"ABSTRAK
Salah satu usaha untuk meningkatkan kualltas dan
k-Qantitas tanaman anggrek adalah dengan menberikan zat 10 ppm, rata-rata 5,75 tunas anakan, PemlDerian KAA 12 ppm menghasilkan pertamtiahaii luas daun terl)aik, rata-rata 2,592
cm . Pemberian NAA tidak berpengaruh terhadap jnmlaii
tianas bunga, jumlab daun dan waktu pembentukan tunas bunga. pengatiir ttmbiihr sepertl: HAA.-, Pemberian NAA 0 hingga 14 ppm dengan, selang 2 ppm bextnauan xuxtuk mengetahiii pengaruhnya
terhadap perttunbtihan v:ege1>atif dan generatif ang
grek Bendrobitun Yonppadeewan» Paiyempro.tan lamtan HAA
dilakukan pada hari ke-8 ae-telah adaptasi terhadap 32
tanaman bermntn: knrang lebib 3 tahmii, dengan tlnggi tanaman
rata-rata 45 cm. Penyemprotan dilaknkan empat kali dengan
interval waktu 10 hari sekall, Maaing-masing tanaman disemprot
sebanyak 31,25 ml larutan EAA hingga merata keselnroh
bagian tanaman, ?ranaman dipelihara di rumah kaca Sub
Balal Penelitian- HortikuiLtura, Pasar Minggu, Jakarta.
Pengamatan dilakukan sejak bulan Lesember 1991 hingga Maret
1992. Berdas^kan hasil U3i nonparametrik Kruskal-Wallis
pada = O»05 menunjukkan bahwa pemberian NAA mempengaruhi
pertambahan tinggi tanaman, pertambahan. luas daun dan jumlah
tunas anakan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian NAA mCTJpengaruhl
pertumbuhan vegetatif tanaman. Uji perbandingan
berganda pada oC = 0,05 menunjukkan bahwa. semua perlakuan.
berbeda nyata dengan kontrol untuk peirtambahani tinggi.
tanaman, kecuali 6 dan 8 ppm, dengan hasil yang terbaik
pada penyemprotan NAA 12 ppm,,, rata-rata 4,4 cm* Jumlah
tunas flriflTcfln- yang terbanyak dihasilkan pada penyemprotan"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhifa Tazkia Ramadhani
"Acrolejeunea fertilis merupakan lumut hati bentuk daun yang termasuk dalam famili Lejeuneaceae dengan potensi yang luas namun memiliki biomassa terbatas. Kultur in vitro merupakan solusi untuk perbanyakan A. fertilis. Pengaplikasian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dengan variasi konsentrasi pada medium ½ MS diharapkan dapat meningkatkan persentase pertumbuhan A. fertilis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kombinasi dan konsentrasi ZPT yang optimum untuk kultur in vitro A. fertilis. Jenis ZPT yang digunakan yaitu 2,4- Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) dan Kinetin dengan 12 variasi konsentrasi yaitu 0—1 mg/L untuk 2,4-D dan 0— 2 mg/L untuk Kinetin. Setiap perlakuan terdiri dari 14 ulangan. Pengamatan kualitatif berupa perubahan warna eksplan, pertumbuhan tunas, dan keberadaan kontaminasi. Pengamatan kuantitatif berupa persentase pertumbuhan tunas, rerata panjang tunas, jumlah tunas yang muncul dari setiap eksplan, serta persentase kontaminasi. Data jumlah eksplan yang membentuk tunas dan data panjang tunas dianalisis menggunakan ANOVA satu arah dan dilanjutkan Duncan Multiple Range Test (DMRT), α 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat variasi jumlah tunas yang tumbuh dari setiap ekpslan yang merespons. Penambahan Kinetin dengan konsentrasi 0,1—1 mg/L dan 2,4-D 1 mg/L menghasilkan pertumbuhan tunas yang paling signifikan. Pengaplikasian ZPT dengan kombinasi dan konsentrasi yang tepat mampu meningkatkan pertumbuhan tunas gametofit A. fertilis

Acrolejeunea fertilis is a leavy liverwort, part of Lejeuneaceae with lots of potensials yet its biomass is limited. In vitro culture might be an alternative solution for A. fertilis’ multiplication. The application of growth regulator in ½ MS culture media are expected to increase A. fertilis’ shoot growth. The aim of this work is to discover the optimum concentration of growth regulator for A. fertilis’ in vitro culture. Type of growth regulators used in this research were 2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) and Kinetin with 12 different concentration, range of 0—1 mg/L for 2,4-D and 0—2 mg/L for Kinetin. The qualitative parameters observed in this research were explant’s pigmentation, shoot growth, and presences of contaminations. The quantitative parameters were shoot growth percentage, average shoot length, number of shoots emerged , and percentage of contaminations. All data were analyzed with One Way ANOVA and Duncan Multiple Range Test (DMRT), α 0,05. Results showed that there were variations in shoot growth per explant. Addition of 0,1—1 mg/L Kinetin and 2,4-D 1 mg/L was the most significant concentrations for A. fertilis’ shoot growth. Addition of growth regulator with exact concentration to ½ MS media considered to increase shoot growth of A. fertilis."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Norma Sulisiawati
"Fluktuasi ekspor hasil perikanan Indonesia tidak lepas dari pengaruh faktor-faktor yang ada dalam makroekonomi negara mitra dagang Indonesia, Amerika dan Jepang. oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini adalah melakukan identifikasi dan menganalisa variabel-variabel yang mempengaruhi peningkatan ekspor hasil perikanan Indonesia maupun peningkatan ekspor HS 030349 (tunas nes, froxen, livers and roes) ke Amerika dan Jepang. Dalam tahap awal dilakukan uji stasioner dengan Augmented Dicky-Fuller (ADF) terhadap semua variabel yang termasuk dalam satu persamaan. Pengujian ini merupakan keharusan bagi model yang menggunakan deret waktu (time series) karena data tersebut umumnya bersifat random walk atau non stasioner.
Dari faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor riel hasil perikanan Indonesia dapat dikatakan bahwa nilai tukar riel Indonesia dengan Jepang signifikan memperngaruhi niali ekspor riel hasil perikanan Indonesia ke Jepang dan inflasi yang terjadi di Amerika signifikan mempengaruhi nilai ekspor riel hasil perikanan Indonesia ke Amerika. Namun faktor-fator yang mempengaruhi nilai ekspor riel HS 030349 (tuna) Indonesia dapat dikatakan bahwa nilai tukar riel Indonesia dengan Amerika signifikan mempengaruhi nilai ekspor riel HS 030349 (tuna) Indonesia ke Amerika sedangkan pendapatan riel Amerika dan pendapatan riel Jepang signifikan mempengaruhi penurunan nilai ekspor riel HS 030349 (tuna) Indonesia bai ke Jepang maupun Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T27713
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library