Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dicky Caesario Wibowo
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang perubahan entesis pada rangka manusia dari situs Gilimanuk, Bali. Sebanyak 42 individu diteliti mengenai perubahan entesisnya pada 17 titik. Metode pengamatan entesis untuk pemberian skor menggunakan metode yang diajukan oleh Hawkey Merbs 1995 dan Mariotti et al. 2007. Spesimen penelitian yang diamati berasal dari ekstrimitas atas dan bawah, dengan fokus pengamatan pada tulang panjang seperti clavicle, humerus, radius, ulna, femur, dan tibia. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam kesehariannya komunitas Gilimanuk cenderung melakukan aktivitas fisik berkaitan dengan kegiatan menangkap ikan di perairan dangkal.

ABSTRACT
This research focus on entheseal change among human remains from Gilimanuk, Bali. 42 individuals were selected based on completeness of long bones to be observed at 17 chosen enthesis sites. Among many bones specimens, six long bones were chosen to be observed, those specimens are clavicle, humerus, radius, ulna, femur and tibia. Scoring methods followed standard proposed by Hawkey Merbs 1995 and Mariotti et al. 2007. Result shows that this community do not have high intensity of deep sea fisherman rsquo s activity."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahresa Hilmy
"Defek kritis tulang panjang adalah kondisi bagian tulang yang hilang dengan ukuran lebih dari 2 cm dan atau 50% diameter tulang, sehingga sulit untuk mengalami regenerasi. Salah satu penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah tindakan transplantasi autologous namun peningkatan risiko morbiditas pada pendonor menyebabkan diperlukannya tata laksana alternatif untuk defek kritis tulang panjang. Penggunaan eksosom sel punca mesenkimal adiposa atau PRF telah menunjukkan hasil yang menjanjikan pada penelitian sebelumnya. Kami bertujuan untuk mengevaluasi efek penggunaan eksosom sel punca mesenkimal adiposa dan PRF terhadap defek kritis tulang panjang pada tikus Sprague-Dawley. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental post-test only control group design pada hewan coba tikus Sprague Dawley. Sampel diambil secara acak dari tikus putih spesies Sprague Dawley jantan yang berusia 8-12 minggu, dengan berat sekitar 250 – 350 gram. Sebanyak 30 ekor tikus dibagi ke dalam 5 kelompok, yaitu kelompok perlakuan hidroksiapatit (HA) dan bone graft (BG) (kelompok I), kelompok perlakuan HA, BG, dan PRF (kelompok II), kelompok perlakuan HA, BG dan eksosom sel punca mesenkimal adiposa (kelompok III), kelompok perlakuan HA, BG, PRF, dan eksosom sel punca mesenkimal adiposa (kelompok IV), dan kelompok perlakuan HA, PRF, dan eksosom sel punca mesenkimal adiposa (kelompok V). Setiap tikus kemudian dibuat defek tulang femur sebesar 5mm yang difiksasi interna menggunakan K-wire ukuran 1,4 mm. Histomorfometri dan BMP-2 dilakukan untuk menilai proses penyembuhan tulang pada setiap kelompok perlakuan. Pada analisis RT-PCR, kelompok IV (HA + BG + eksosom sel punca mesenkimal adiposa) memiliki ekspresi gen BMP-2 tertinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Sebaliknya, kelompok III (HA + BG + eksosom sel punca mesenkimal adiposa + PRF) memiliki tingkat chordin tertinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Secara umum, kelompok yang diintervensi dengan eksosom sel punca mesenkimal adiposa atau PRF memiliki ekspresi BMP-2 yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Namun, kami tidak menemukan perbedaan yang signifikan antar kelompok dalam analisis statistik. Pembentukan jaringan ikat pada penyembuhan tulang predominan dibandingkan pembentukan jaringan tulang untuk semua kelompok. Kelompok dengan pemberian kombinasi eksosom sel punca mesenkimal adiposa, PRF, HA menunjukkan hasil yang setara/ekuivalen dengan HA+ BG. Dalam penelitian ini, penggunaan eksosom sel punca mesenkimal adiposa dan/atau PRF telah menunjukkan peningkatan aktivitas osteogenic yang ditunjukkan dengan peningkatan laju penyembuhan tulang. Kuantifikasi BMP-2 dapat menunjukkan aktivitas osteogenic pada tikus yang ditatalaksana dengan eksosom sel punca mesenkimal adiposa, bone graft dan HA. Selain itu, penggunaan eksosom sel punca mesenkimal adiposa yang dikombinasikan dengan PRF menunjukkan efek yang saling mendukung. Hal ini tampak pada kombinasi eksosom sel punca mesenkimal adiposa, PRF, HA tanpa BG menunjukkan hasil yang setara/ekuivalen dengan HA+ BG. Hasil histomorfometri menunjukkan aktivitas osteogenic yang baik pada tikus yang ditatalaksana dengan eksosom sel punca mesenkimal adiposa dan/atau PRF. Namun, efek ini tidak terlalu tampak pada kombinasi eksosom sel punca mesenkimal adiposa, PRF, HA dan BG meskipun hasil ini memiliki tren yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini mendukung sinergi antara eksosom sel punca mesenkimal adiposa dan PRF. Penggunaan PRF dan eksosom sel punca mesenkimal adiposa memiliki luaran histomorfometri dan molekular (BMP-2 dan Chordin) yang sebanding dengan penggunaan bone graft pada defek tulang kritis pada tikus Sprague Dawley.

Critical long bone defects is defined as a defect of over 2 cm or 50% of the bone diameter that leads to a small chance of healing. Autologous bone graft has been proposed as a treatment for critical bone defects in prior studies. However, unreliable results and donor-site morbidity call for an alternative treatment in critical long bone defect. Biological augmentation with ASCs exosome and PRF has shown promising results in bone regeneration in prior studies. We aimed to evaluate the efficacy of ASCs exosome and PRF in treating critical long bone defect in Sprague-Dawley rats. This study was a quasi-experimental post-test only control group design on Sprague-Dawley rats. Samples were taken randomly from male Sprague-Dawley white rats aged 8 to 12 weeks, weighing approximately 250 to 350 grams. A total of 30 rats were divided into 5 groups: hydroxyapatite (HA) and bone graft (BG) treatment group (group I); HA, BG, and PRF treatment group (group II); HA, BG, PRF and ASCs exosome treatment group (group III); HA, BG, and ASCs exosome treatment group (group IV); and HA, PRF, and ASCs exosome treatment group (group V). A 5 mm femur bone defect was created that was internally fixed using a 1.4 mm K-wire threaded. Histomorphometry and BMP-2 was performed to evaluate bone healing process in each group. On RT-PCR analysis, group IV (HA+BG+ASCs exosome) had the highest BMP-2 gene expression compared to other groups. In the contrary, group III (HA+BG+ASCs exosome+PRF) has the highest chordin level compared to other groups. In general, the group intervened by ASCs exosome or PRF has a higher BMP-2 expression compared to control. However, we did not find any significant difference between groups in statistical analysis. Histomorphometry examination showed increased bone healing progression in groups with ASCs or PRF. The use of biological augmentation to increase the speed and rate of bone healing especially in critical bone defect has been shown in previous study. In this study, the use of ASCs exosome and/or PRF has shown increased osteogenic activities that translates into increased rate of bone healing. The quantification of BMP-2 could show the osteogenic activities in rats treated with ACSs exosome with BG and HA. In addition, the use of adipose mesenchymal stem cell exosomes in combination with PRF showed a mutually supportive effect. This was seen in the combination of adipose mesenchymal stem cell exosomes, PRF, HA without BG showed equivalent results with HA + BG. Histomorphometric results showed good osteogenic activity in rats treated with adipose mesenchymal stem cell exosomes and/or PRF. However, this effect was less pronounced in the combination of adipose mesenchymal stem cell exosomes, PRF, HA and BG although this result had a higher trend compared to the control group. This supports the synergy between adipose mesenchymal stem cell exosomes and PRF. The ASCs exosome showed a positive effect on osteogenesis in critical long bone defects in Sprague-Dawley rats."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ziad Alaztha
"Pendahuluan: Infeksi luka operasi superfisial merupakan komplikasi yang sering muncul pada tatalaksana operatif fraktur tulang panjang. Untuk mencegah terjadinya infeksi tersebut, diberikan antibiotik profilaksis sebelum operasi, yang kemudian dilanjutkan dengan antibiotik terapeutik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan angka kejadian infeksi luka operasi superfisial antara pemberian antibiotik profilaksis intravena saja dan yang diteruskan dengan pemberian antibiotik oral selama 7 hari pasca operasi.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi klinis non-inferioritas terkontrol tersamar ganda. Sampel penelitian adalah pasien dewasa yang menjalani operasi elektif reposisi terbuka fiksasi interna untuk kasus fraktur tertutup tulang panjang di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dan RSU Siaga Medika Banyumas pada bulan Juli 2022 hingga Maret 2023. Subjek penelitian dibagi secara acak menjadi dua kelompok, yakni kelompok tanpa pemberian antibiotik oral selama 7 hari pasca operasi (perlakuan) dan kelompok dengan pemberian antibiotik oral selama 7 hari pasca operasi (kontrol). Hasil: Penelitian ini melibatkan 80 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, yang terdiri dari 47 (58,75%) subjek laki-laki dan 33 (41,25%) subjek perempuan. Angka kejadian infeksi luka operasi superfisial baik pada kelompok perlakuan dan kontrol adalah 2,5%. Pada hari ke-30 pasca operasi, terdapat 1 (2,5%) kejadian infeksi baik di kelompok perlakuan maupun kontrol. Hasil tersebut secara statistik tidak berbeda bermakna (p = 1.000).
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam kejadian infeksi luka operasi superfisial antara kelompok dengan maupun tanpa pemberian antibiotik oral selama 7 hari pasca operasi.

Introduction: Superficial surgical site infection is a common complication in the operative management of long bone fractures. To prevent the infection, prophylactic antibiotics are given prior to surgery, followed by therapeutic antibiotics. This study aimed to compare the superficial surgical site infection rate between subjects who was given intravenous prophylactic antibiotic only and those with continued oral antibiotic for 7 days postoperatively.
Method: This study was a double-blind, controlled, non-inferiority clinical study. The sample was adult patients who underwent open reduction internal fixation surgery for closed long bone fractures at Dr Cipto Mangunkusumo Central Hospital Jakarta and Siaga Medika Hospital Banyumas from July 2022 to March 2023. The subjects of the study were randomized into two groups, namely the group without oral antibiotics for 7 days postoperatively (treatment) and the group with oral antibiotics for 7 days postoperatively (control).
Result: This study involved 80 subjects who met the inclusion and exclusion criteria, consisting of 47 (58.75%) male and 33 (41.25%) female subjects. The superficial surgical site infection rate in both treatment and control groups were 2,5%. At day 30 post- operation, there was one case of infection both on the treatment and control groups. The results showed no statistically significant difference (p = 1.000).
Conclusion: There was no significant difference in the superficial surgical site infection rate between the groups with and without oral antibiotics for 7 days postoperatively.
"
2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Annisa Dw.
"Eleutherinol merupakan senyawa derivat naftokuinon yang diketahui memiliki afinitas yang kuat untuk berikatan dengan reseptor estrogen alfa ER? . Senyawa ini terdapat di dalam umbi bawang dayak Eleutherine bulbosa Mill. Urb . Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara ilmiah efek pemberian ekstrak umbi bawang dayak dalam mengurangi sindrom pascamenopause dilihat dari densitas tulang yang dibuktikan dengan adanya peningkatan kadar kalsium tulang tikus melalui pengukuran menggunakan spektrofotometer serapan atom, berat tulang, serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan tulang. Sebanyak 36 tikus putih betina Sprague-Dawley dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan yaitu sham, kontrol negatif, kontrol positif, dosis 1, dosis 2, dan dosis 3. Enam kelompok tersebut berturut-turut, mendapatkan perlakuan CMC Na 0,5 , CMC Na 0,5 , tamoksifen dengan dosis 0,4 mg/200 g BB tikus, ekstrak umbi bawang dayak dengan dosis 8 mg/200 g BB tikus, ekstrak umbi bawang dayak dengan dosis 12 mg/200 g BB tikus, dan ekstrak umbi bawang dayak dengan dosis 18 mg/200 g BB tikus. Semua kelompok kecuali kelompok sham diovariektomi untuk mendapatkan kondisi hipoestrogen pascamenopause. Setelah ovariektomi, semua tikus dievaluasi keberhasilan ovariektominya pada hari ke-35, kemudian dilanjutkan dengan pemberian bahan uji pada hari ke-36 selama 21 hari secara peroral. Setelah 21 hari pemberian bahan uji, dilakukan pengukuran kadar kalsium tulang, berat tulang, dan panjang tulang. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa kadar kalsium tulang, berat tulang, dan panjang tulang meningkat dengan bertambahnya dosis pemberian ekstrak.

Eleutherinol is a naphtoquinone derivative that have a strong affinity to bind with estrogen alpha receptors ER. This compound can be found in dayak onion bulbs Eleutherine bulbosa Mill. . The purpose of this study is to scientifically prove the effects of extract of dayak onion bulbs on overcoming postmenopausal symptoms seen from bone density by the increasing of rat bone calcium level through atomic absorption spectrophotometer measurements, bone weight, and bone growth. A total of 36 female white rats of Sprague Dawley were divided into 6 groups sham, negative control, positive control, negative control, dose 1, dose 2, and dose 3. Successively, all 6 groups receive CMC Na 0,5 , CMC Na 0,5 , tamoxifen, dayak onion bulbs extract at a dose 8 mg 200 g bw rat, dayak onion bulbs bulbs extract at a dose 12 mg 200 g bw rat, and dayak onion bulbs extract at a dose 18 mg 200 g bw rat. All groups, except the sham, is ovariectomized to obtain the conditions of hypoestrogen. After ovariectomy, all rats were evaluated for ovariectomy success on day 35, followed by the administration of the sample orally for 21 days on day 36. After 21 days administration, measured level of bone calcium, bone weight, and bone length. The results showed that the bone calcium levels, bone weight, and bone length increased with increasing doses of the extract.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69154
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library