Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syamsul Anwar
Abstrak :
Ion tripolifosfat merupakan zat yang terkandung dalam detergen dalam bentuk natrium tripolifosfat Na5P3O10 . Pembuangan air limbah detergen ke lingkungan perairan dapat menyebabkan peningkatan jumlah ion tripolifosfat. Di lingkungan ion triolifosfat dapat mengalami hidrolisis secara perlahan mengasilkan ortofosfat H2PO4- dan HPO42-. Kandungan fosfat yang berlebih dapat menyebabkan terjadinya ledakan populasi tanaman dan ganggang eutropikasi sehingga mengurangi jumlah oksigen yang terlarut dalam air dan berbahaya bagi kelestarian ekosistem perairan, oleh karena itu kadar ion tripolifosfat dalam perairan perlu dimonitor. Salah satu metode pemisahan ion tripolifosfat dapat dilakukan dengan menggunakan ion-imprinted polymer. Kitosan-suksinat, tripolifosfat dan MBA Methylene Bis Akrilamida digunakan secara berturut-turut sebagai monomer pengompleks, template dan pengikat silang. Pada tahap awal dibentuk kompleks Fe-kitosan-suksinat-tripolifosfat. Tahap kedua kompleks Fe-kitosan-suksinat-tripolifosfat diikat silang dengan MBA Methylene Bis Akrilamida dan diiradiasi sinar gamma. Template Ion tripolifosfat dikeluarkan dengan menggunakan larutan KOH sehingga terbentuk rongga yang selektif untuk hanya ion tripolifosfat pada ion-imprinted polymer. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa penyerapan ion tripolifosfat optimum pada kondisi pH 2, konsentrasi ion tripolifosfat 1 ppm dan waktu kontak 70 menit. Pada studi ini dilakukan pula percobaan penyerapan ion tripolifosfat pada non-imprinted polymer, termasuk juga pengaruh ion pengganggu. Hasil penyerapan ion tripolifosfat pada ion imprinted polymer lebih besar dibanding non-imprinted polymer pada kondisi optimum yaitu sebesar 94,42 , sedangkan pada non imprinted polymer yaitu 72,12 . Ion klorida Cl- merupakan ion yang memberikan gangguan lebih besar dibandingkan ion karbonat CO32- pada proses penyerapan ion tripolifosfat, persentase adsorpsi tripolifosfat dengan adanya Cl- adalah 57,71 dibandingkan ion CO32- yaitu 68,28.
Tripolyphosphate ion is a substance contained in the detergent in the form of sodium tripolyphosphate Na5P3O10 . Disposal of detergent waste water into the environment can lead increasing tripolyphosphate ion. This ion will undergo hydrolysis slowly which produces orthophosphate H2PO4 and HPO4 2. Excess phosphate content can cause the increase in the number of plants and algae eutrophication , thus reduce the amount of oxygen dissolved in water and can be harmful to the preservation of aquatic ecosystems, therefore the levels of tripolyphosphate ion in the aquatic environment need to be monitored. One method separation of tripolyphosphate ion can be done through ion imprinted polymer chitosan succinate, tripolyphosphate and MBA Methylene Bis Akrilamida used as the complexing monomer, template and crosslinking agent, respectively. In the first step, Fe III chitosan succinate tripolyphospate is formed. In the second step, Fe III chitosan succinate tripolyphospate is crosslinked by MBA and irradiated by gamma ray. Tripolyphosphate ion is removed with KOH solution to form a selective cavity for tripolyphosphate ion in the ion imprinted polymer. Based on this research is known the optimum adsorption of tripolyphosphate ion at pH 2, concentration tripolyphosphate ion 1 ppm, contact time for 70 minutes. This study also conducts experiments of adsorption of tripolyphosphate ion in non imprinted polymer, as well as the effect of interference ions. The result of adsorption of tripolyphosphate ion on imprinted ions is higher than compared to non imprinted. The adsorption percentages are 94.42 for IIP and 72.12 for NIP MBA. Chloride ion Cl is an ion that provides a greater interference to the adsorption process of tripolyphosphate ion than compared to carbonate ion. The Adsorptions of tripolyphosphates are 57.71 for present Cl ion and 68.28 for present CO32 ion.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T49534
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhwan Karim
Abstrak :
Kitosan merupakan polimer alam bersifat polikationik, biodegradabel dan biokompatibel yang berpotensi sebagai sediaan lepas terkendali. Pentoksifillin merupakan obat yang memiliki efek anti inflamasi dan penekan daya imun digunakan sebagai model obat. Beads kitosan-tpp mengandung pentoksifillin dibuat dengan metode gelasi ionik pada pH natrium tripolifosfat 3, 4 dan 5. Beads dikarakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) dan ayakan bertingkat. Uji kandungan obat, efisiensi penjerapan pentoksifillin dalam beads dan pelepasan obat ditetapkan secara spektrofotometri. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa beads yang dihasilkan berbentuk bulat berwarna kuning agak keputihan dengan ukuran rata-rata 710 - 1180 μm. Kandungan obat dalam beads dari ketiga formula, yaitu 10,46%, 10,18%, dan 10,41%. Efisiensi penjerapan dari ketiga formula tersebut tidak berbeda signifikan, yaitu 20,74%, 19,73%, dan 20,61%. Pada uji disolusi obat dalam medium HCl pH 1,2, dapar fosfat pH 7,4, dan dapar fosfat pH 6 terlihat bahwa pelepasan obat tidak berbeda secara signifikan. Obat dapat terlepas hampir seluruhnya pada menit ke 30. Hasil menunjukkan bahwa beads kitosan-tripolifosfat dengan perbedaan pH tidak berbeda secara signifikan dalam bentuk, ukuran, efisiensi penjerapan dan pelepasan obatnya. ......Chitosan is a natural polymer with polycationic, biodegradable and biocompatible characteristics, has the potential as controlled release delivery. Pentoxyfilline has inflammatory and immunosuppressive used as a model drug. Chitosan-tpp beads containing pentoxyfilline prepared by ionic gelation method in pH of sodium tripolyphosphate 3, 4 and 5. Beads characrerized by Scanning Electron Microscope (SEM) and sieveing grade. Drug content, encapsulation efficiency of pentoxyfilline in beads and drug release decided by spectrofotometry. Characterization result shows that beads which produced have a spherical form and have yellow-white color with mean size 710 - 1180 μm. Drug Content from three formulas are 10,46%, 10,18%, and 10,41%. Encapsulation efficiency from three formula did not differ significantly, which are 20,74%, 19,73%, and 20,61%. On the disolution test of drug in the medium HCl pH 1.2, dapar phosphate pH 7.4 and phosphate dapar pH 6 looks that the release of the drug does not differ significantly. All of drug released in 30 minutes. Result shows that chitosan - tripolyphosphate beads different in pH did not differ significantly in encapsulation efficiency and the release of drug.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1791
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gardiani Febri Hadiwibowo
Abstrak :
Pada penelitian ini mikrosfer telah dihasilkan dan terbentuk dari hasil reaksi sambung silang antara kitosan suksinat (KS) dan natrium tripolifosfat (STPP) pada pH 6 dengan menggunakan metode semprot kering. Teofilin digunakan sebagai model obat dengan perbandingan polimer dan obat 2:1. Kitosan suksinat yang digunakan merupakan hasil modifikasi kimia kitosan dengan reaksi substitusi gugus suksinat ke dalam gugus amin kitosan. Modifikasi ini terbukti menambah kelarutan kitosan suksinat pada medium basa dibandingkan dengan kitosan. Reaksi sambung silang dilakukan untuk menghasilkan suatu polimer yang lebih dapat menahan obat dan mengubah profil pelepasan obat. Dari hasil penelitian diperoleh diameter rata-rata mikrosfer sebesar 22,12 μm dengan efisiensi penjerapan teofilin berkisar antara 79-81%. Indeks mengembang mikrosfer KS-STPP pada medium basa lebih rendah jika dibandingkan dengan pada medium asam selama 2 jam. Dari hasil penelitian, pelepasan teofilin dari mikrosfer kitosan suksinat-STPP pada medium basa (44,37%) lebih rendah daripada medium asam (51,61%). Selama 8 jam mikrosfer kitosan suksinat-STPP lebih dapat menahan pelepasan teofilin dibandingkan dengan mikrosfer kitosan-STPP dalam medium asam dan basa. Hal ini menunjukkan bahwa mikrosfer kitosan suksinat berpotensi digunakan sebagai matriks dalam sediaan lepas lambat.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S1790
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliana
Abstrak :
Pragelatinisasi pati singkong fosfat (PPSF) adalah hasil modifikasi fisik dan kimia dari pati singkong. Pati singkong dimodifikasi menjadi pragelatinisasi pati singkong (PPS). PPS dapat mengalami retrogradasi yang akan menyebabkan terjadinya sineresis sehingga PPS perlu dimodifikasi secara kimia. Pada penelitian ini, PPS dimodifikasi kimia dengan pereaksi natrium tripolifosfat, dengan konsentrasi 5% (b/b) dan pH 9-10, selanjutnya dikeringkan dengan drum dryer. PPSF yang dihasilkan dikarakterisasi yang meliputi karakterisasi fisika, kimia dan fungsional. Derajat substitusi yang dimiliki PPSF sebesar 0,05% (%P). Gel PPSF yang diletakkan pada suhu ruang masih stabil serta tidak mengalami sineresis sampai hari ke-11. Indeks mengembang PPSF selama 8 jam menunjukkan hasil terbesar pada medium aquadest yaitu 235,85% dan tekecil pada larutan HCl pH 1,2 yaitu 182,50%. Viskositas PPSF dengan konsentrasi 15% sebesar 2645 cps dan kekuatan gel PPSF dengan konsentrasi 30% sebesar 8,70 gF. Karakteristik film PPSF dengan konsentrasi 15% memiliki elongasi 31,67%, tensile strength 3,56x106 N/m2 dan modulus elastis 0,62x106 N/m2. Berdasarkan karakteristik yang dimiliki, PPSF mungkin dapat dimanfaatkan dalam formulasi tablet sebagai pengikat, matriks dalam sediaan sustained release, bahan penyalut baik salut film maupun salut gula, bahan pembentuk film untuk penutup luka, basis gel, bahan pengental dan bahan pensuspensi. ......Pragelatinized cassava starch phosphate (PCSP) is a result of physical and chemical modification from cassava starch. Cassava starch was modified into Pragelatinized cassava starch (PCS). PCS may experience retrogradation that will cause syneresis therefore PCS was modified chemically. In this research, PCS was modified by reacting it with 5% sodium tripolyphosphate (w/w) at pH 9-10, then dried using drum dryer. PCSP produced was then characterized by means of physical, chemical and functional characterizations. Substitution degree of PCSP was 0,05% (%P). PCSP gel which was placed in room temperature was not syneresis until the 11th day. Swelling index of PCSP during 8 hours showed the highest in aquadest was 235,85% and the lowest in HCl solution pH 1,2 was 182,50%. Viscocity of PPSF with concentration 15% was 2645 cps and gel strength of PPSF with concentration 30% was 8,70 gF. Characterizations of PCSP film with concentration 15% were 31,67% elongation, 3,56x106 N/m2 tensile strength and 0,62x106 N/m2elastic modulus. Based on PCSP characterizations, it may be applied in formulation of pharmaceutical dosage forms, such as tablet binder, matrix in sustained release tablet, tablet coating material either film coating or sugar coating, film forming for wound dressing, gel base, thickening agent and suspending agent.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S42399
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Mardiyanti
Abstrak :
Ikan gabus (Channa striatus) dipercaya dapat meningkatkan penyembuhkan luka karena mengandung protein, asam amino esensial, lemak dan asam lemak yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat serum yang mengandung serbuk konsentrat ikan gabus (Channa striatus) sebagai zat aktif dengan konsentrasi 7,5 % pada formula 1, 10% pada formula 2, dan 12,5% pada formula 3. Serbuk konsentrat ikan gabus dibuat dengan cara gelasi ionik menggunakan kitosan dan natrium tripolifosfat selanjutnya dibuat menjadi serum dengan menggunakan kolagen dan gelatin sebagai bahan pengental. Sediaan serum yang dihasilkan dikarakterisasi in vitro dan dievaluasi secara in vivo penyembuhan luka bakar derajat dua (deep partial thickness) pada kelinci. Suspensi dan serum yang dihasilkan dikarakterisasi secara fisik maupun kimia. Hasil pengukuran suspensi formula 1, 2, dan 3 adalah sebagai berikut : ukuran partikel masing ? masing sebesar 42,67 - 204,23 nm, 70,81 - 257,11 nm, 128,86 - 323,68 nm; nilai potensial zeta masing ? masing sebesar (+) 16,9 mv, (+) 18,3 mv, (+) 18,4 mv; ketiga formula memiliki partikel berbentuk sferis. Dari hasil uji aktivitas secara in vivo dan analisa histologi sediaan serum serbuk konsentrat ikan gabus-kitosan tripolifosfat dapat digunakan sebagai penyembuh luka bakar derajat dua dalam.
Snakehead fish (Channa striatus) is believed to promote wound healing because contains protein, essential amino acids, lipid, and fatty acids that influenced for wound healing proccess. This study was performed to formulate serum contain concentrate powder of snakehead fish (Channa striatus) as an active substance with concentration 7,5 % (formula 1), 10% (formula 2) and 12,5 % (formula 3). Concentrate powder of snakehead fish have been made with gelation ionic using chitosan and sodium tripolyphosphate, and then formulated to serum using collagen and gelatin as thickening agent. Serum has been formulated, characterized, and evaluated in vivo for burn wound healing second degree (deep partial thickness) on rabbits. Suspense and also serums has been characterized by physicochemical. The results showed that nanoparticle suspenses (formula 1, formula 2 and formula 3) have particle size in range 42,67 - 204,23 nm, 70,81 - 257,11 nm, 128,86 - 323,68 nm, respectively; zeta potential (+) 16,9 mv, (+) 18,3 mv, (+) 18,4 mv, respectively; all of formulas have sferichal particles. In vivo study and analized histology showed that serums from powder concentrate of snakehead fish and chitosan-tripolyphosphate has activity for burn wound healing second degree (deep partial thickness) effect.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T44875
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Putri
Abstrak :
ABSTRACT
Satu upaya untuk mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi yang dinilai efektif dalam segi biaya adalah melalui fortifikasi zat besi ke dalam makanan. Namun, fortifikasi zat besi secara langsung dapat menurunkan kualitas organoleptis makanan serta mengurangi efektivitas, stabilitas, dan bioavailabilitas zat besi hasil fortifikasi. Kendala ini dapat diatasi dengan teknologi enkapsulasi zat besi menggunakan bahan penyalut. Kitosan sebagai polisakarida yang biodegradable dan biocompatible bisa digunakan sebagai bahan penyalut untuk mengenkapsulasi besi dengan menambahkan tripolyphosphate TPP sebagai crosslinking agent. Tujuan dari studi ini adalah untuk menformulasikan sistem pelepasan terkendali mikropartikel besi II glukonat tersalut kitosan menggunakan metode spray drying serta mengevaluasi pengaruh konsentrasi TPP terhadap karakteristik fisikokimia mikropartikel serta profil rilis in vitro mikropartikel. Pembentukan mikropartikel menggunakan metode spray drying menghasilkan partikel sferis yang halus dengan ukuran rata-rata 2,4 m-5,6 m. Peningkatan konsentrasi TPP yang ditambahkan ke larutan menghasilkan ukuran partikel yang semakin besar. Adanya TPP mempengaruhi kapasitas loading besi, efisiensi enkapsulasi, ukuran mikropartikel, serta morfologi partikel. Efisiensi enkapsulasi mikropartikel menggunakan spray drying mencapai nilai maksimum pada konsentrasi TPP 2. Namun, yield mikropartikel maksimum terjadi pada variasi konsentrasi TPP 1 . Uji rilis mikropartikel kitosan dilakukan pada synthetic gastric fluids SGF selama 3 jam dan 4 jam pada synthetic intestine fluids SIF. Profil pelepasan besi dari mikropartikel dengan berbagai konsentrasi TPP mengindikasikan burst release profile. Peningkatan jumlah TPP pada larutan terbukti memperlambat proses rilis besi. Pada variasi TPP 3 besi yang rilis pada jam pertama sebesar 50 dan 60 pada jam ke-7 sementara pada mikropartikel yang tidak ditambahkan TPP banyaknya besi yang rilis mencapai 80 pada jam pertama dan 100 pada jam ke-7. Hasil ini menunjukkan bahwa karakteristik mikropartikel dan profil rilis besi dipengaruhi oleh interaksi kitosan dengan TPP sebagai crosslinking agent. Keberadaan TPP merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam preparasi sistem pelepasan terkendali mikropartikel besi tersalut kitosan dengan metode spray drying.
ABSTRACT
One of the cost effective approaches to reduce the prevalence of iron deficiency anaemia is by developing iron fortified food. However, adding iron directly into food will not only affect the organoleptic quality of the food, but will also reduce the effectiveness, stability and bioavailability of the iron added. Chitosan as linear polysaccharide, that are biodegradable and biocompatible, can be used as a protective wall material to encapsulate iron by adding tripolyphosphate TPP as crosslinking agent. The aims of this study were to formulate an extended release system of chitosan microparticles loaded with iron gluconate using spray drying method, and to evaluate the physicochemical characteristics of microparticle and release of iron in simulated gastrointestinal fluids. Formation of microparticle using spray drying method resulted in a smooth spherical particles with average size of 2.4 m 5.6 m. Increase amount of TPP added into the mixture solution formed larger size of particles. The presence of TPP affected the iron loading capacity, iron entrapment efficiency, particle size and particle morphology. The encapsulation efficiency showed maximum at addition of TPP 2 using spray drying method. However the yield of microparticle formed showed maximum when the concentration of TPP is 1. The release test of iron from the chitosan microparticles was conducted in synthetic gastric fluids SGF in 3 hours and 4 hours in synthetic intestine fluids SIF, simultaneously. The release of iron from microparticles with various amount of TPP added indicated a burst release profile. Increasing amount of TPP in the solution reduce the release in the first 1 2 hours, as well as at the end of 7 hours period of release. Using TPP 3 the release in one hour reached 50 and about 60 in 7 hours. Comparing to chitosan solution without TPP, the release in one hour reached 80 and in 7 hours it was 100 release. The results indicated that the characteristics of microparticles and release profile of iron were influenced by the interaction of chitosan and TPP as cross linking agent. The presence of TPP is thus an important factor to be addressed when preparing iron loaded chitosan microparticles with extended release characteristics via spray drying method.
2018
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Tridara
Abstrak :
Inflammatory Bowel Disease (IBD) yang terdiri dari kondisi utama, yaitu Ulcerative colitis dan Chron’s disease, mengalami peningkatan prevalensi di Asia. Obat yang dapat digunakan untuk mengatasi IBD adalah deksametason. Deksametason memiliki aktivitas spesifisitas yang rendah dan menimbulkan efek samping jika digunakan dalam jangka panjang sehingga perlu diformulasikan sebagai penghantaran tertarget kolon untuk mengatasi penyakit IBD. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formulasi dan karakterisasi beads kitosan tripolifosfat mengandung deksametason (Formula 1) serta deksametason-probiotik Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium longum (Formula 2) tersalut Eudragit L100 (Formula A) dan Eudragit S100 (Formula B). Beads dibuat berdasarkan metode gelasi ionik melalui penetesan dengan bantuan pompa peristaltik, kemudian disalut menggunakan metode pencelupan. Beads dievaluasi berdasarkan uji morfologi dan ukuran partikel, daya mengembang, efisiensi penjerapan, efisiensi proses, uji termal, serta analisis difraksi sinar X. Uji pelepasan obat dilakukan pada medium HCl pH 1,2 selama 2 jam, dapar fosfat pH 7,4 selama 3 jam, dan dapar fosfat pH 6,8 selama 3 jam. Berdasarkan hasil evaluasi, keseluruhan formulasi memiliki pelepasan rendah pada medium dapar fosfat pH 6,8. Pelepasan obat yang paling besar adalah formula 2B dengan persentase pelepasan obat sebesar 26,810±0,0302%. Formula 2B merupakan formula yang paling optimal dengan bentuk spheris dengan kandungan lembap rata-rata 2,17 ± 0,0004%, distribusi ukuran partikel dominan pada rentang 1,25-1,70 mm, serta memiliki persentase penjerapan sebesar 76,882± 0,0248% dan persentase kandungan obat sebesar 25,6275 ± 0,0082%. Berdasarkan uji analisis sinar X dan uji termal, beads telah mengalami perubahan fisik. Dapat disimpulkan bahwa formula beads kitosan tripolifosfat belum dapat digunakan sebagai sistem penghantaran tertarget kolon. ......Inflammatory Bowel Disease(IBD) with two main conditions, Ulcerative Colitis and Chron’s disease has an increase of prevalence in Asia. One of drugs to treat IBD is Dexamethasone. Dexamethasone has lack of specificity and side effect after long-term administration, thus it must be formulated as colon targeted drug to treat IBD. This aim of research was to formulate and characterize the Chitosan tripolyphosphate beads of Dexamethasone(Formula 1) and Dexamethasone-probiotic(Formula 2), such as Lactobacillus acidophilus and Bifidobacterium longum coated with Eudragit L100 (Formula A) and Eudragit S100(Formula B). Beads was prepared based on ionic gelation using dropping method enhanced with peristaltic pump, then coated using dipped method. Beads were evaluated based on morphology, particle size, swelling ability, encapsulation efficiency, process efficiency, thermal, and X-Ray Diffractometry(XRD) analysis. Drug release assay was done in HCl pH 1.2 medium for two hours, phosphate buffer pH 7.4 for three hours, and phosphate buffer pH 6.8 for three hours. Based on the evaluation, all the formulation has low cumulative drug release in phosphate buffer pH 6.8. Based on in vitro release study, the highest cumulative drug release was formula 2B with the percentage of cumulative drug release was 26.810±0.030%. Formula 2B was the most optimum formulation with a spherical morphological, moisture content of 2.17±0.0004%, particle size distribution dominantly at 1.25-1.70 mm, entrapment efficiency of 76.882±0.0248%, and drug content of 25.6275±0.0082%. Based on XRD analysis and thermal test, beads have change physically. In conclusion, the formulation of chitosan tripolyphosphate beads cannot be used as colon targeted delivery system.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ibnu Syafiq Husain
Abstrak :
ABSTRAK
Preparasi kitosan bertujuan untuk menghasilkan matriks kitosan yang dapat memberikan rilis terkendali senyawa bioaktif pada sistem pencernaan. Pemilihan metode preparasi penautan silang dengan tripolifosfat untuk menjerat obat dan metode gelasi ionotropik dengan alginat untuk mencegah peluruhan matriks kitosan pada lambung serta memiliki profil rilis yang sesuai dengan waktu tinggal sistem pencernaan. Matriks kitosan dievaluasi berdasarkan kandungan senyawa bioaktif dalam kitosan serta profil rilis yang linier terhadap waktu. Matriks kitosan dengan metode preparasi taut silang dan gelasi ionotropik memiliki rilis yang rendah pada kondisi asam dan rilis yang sesuai dengan waktu tinggal sistem pencernaan. Pemuatan obat didalam matriks kitosan didapatkan sebesar 4% dan efisiensi enkapsulasi didapatkan sebesar 10%.
Abstract
Chitosan preparation is used to produce chitosan matrix that impacts controlled release in digestive system. Crosslinking method by tripolyphospate impacts of drug loading and ionotropic gelation method impacts to avoid release in acid pH digestive system and compatible in residence time of each digestive organ. Chitosan matrix will be evaluated by its drug loading and release profile. Chitosan matrix by crosslinking agent method and ionotropic gelation method able to reduce drug release in acidic condition and have time release suitable with digestive system time. Chitosan matrix also able to load 4% of drug and have 10% as value of encapsulation efficiency.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43354
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Liya Haryuni
Abstrak :
Kitosan merupakan polimer alam yang bersifat polikationik sehingga dapat berinteraksi dengan bahan lain yang bermuatan negatif. Dalam penelitian ini, natrium tripolifosfat digunakan sebagai penaut silang untuk kitosan. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat dan mengkarakterisasi kitosan-tripolifosfat (KTPP) yang akan digunakan sebagai basis gel dalam sediaan topikal serta mengevaluasi sediaan gel yang dihasilkan. Larutan kitosan 3% b/v dan natrium tripolifosfat 0,145% b/v dicampur dengan perbandingan 5:1. Karakteristik KTPP ditunjukkan dengan indeks mengembang, kekuatan gel, dan viskositas. Hasil dari sintesis KTPP menunjukkan kemampuan mengembang dalam aquadest sebesar 100% selama 8 jam. Kekuatan gel dari polimer yang disintesis bernilai 10,89 g/cm2 pada konsentrasi 3,5% dan memiliki viskositas rata-rata sebesar 16050,70 cps. KTPP kemudian diformulasikan dalam sediaan gel dengan atau tanpa penambahan HPMC. Pada penelitian ini, kofein digunakan sebagai model obat. Gel yang dihasilkan berupa warna kuning namun tidak homogen. Daya penetrasinya diuji secara in vitro dengan alat sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus. Berdasarkan uji penetrasi diperoleh bahwa formula dengan kombinasi KTPP 3% dan HPMC 0,25% dengan adanya menthol 0,25% memiliki nilai fluks -1 tertinggi dengan nilai 381,62 ± 0,05 µg cm-2 jam -1. ......Chitosan, a natural cationic polymer, can interact with negatively charged materials. In this research, sodium tripolyphosphate was used as anionic substance that interact ionically crosslink with chitosan. The aim of this research was to synthesize and characterize chitosan-tripolyphosphate (ChTPP) which would be used as a gel base in topical dosage form. The solutions of chitosan 3% w/v and sodium tripolyphosphate 0.145% w/v were mixed in ratio 5:1. Characteristics of ChTPP were indicated by swelling index, gel strength and viscosity. ChTPP showed swelling index up to 100% in distilled water within 8 hours. Gel strength and viscosity from ChTPP were 10.89 g/cm2 and 16050.71 cps, respectively. the obtained ChTPP was then formulated in to a gel dosage form with or without the addition of HPMC. In this study, caffeine was used as a model drug. Gel had yellow colour but not homogeneous. In vitro penetration study was determined with Franz diffusion cell using rat abdominal membrane. The penetration study revealed that the formula with combination of ChTPP 3% and HPMC 0.25% with the addition of menthol 0.25% had the highest flux value which was 381.62 ± 0.05 µ g cm -2 jam-1.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S937
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Astriyani
Abstrak :
ABSTRAK
Kitosan merupakan polimer alam yang bersifat kationik, sehingga kitosan dapat berinteraksi dengan gugus anionik membentuk ikatan taut silang ionik. Dalam penelitian ini, natrium tripolifosfat digunakan sebagai agen penaut silang yang berinteraksi secara ionik dengan kitosan. Tujuan dari penelitian ini adalah preparasi kitosan-tripolifosfat yang akan digunakan sebagai eksipien dalam sediaan tablet enterik. Larutan kitosan 3% (v/v) dan natrium tripolifosfat 0,145% (b/v) direaksikan dengan perbandingan 5:1. Selanjutnya kitosan-tripolifosfat digunakan sebagai eksipien dalam sediaan tablet enterik dengan natrium diklofenak sebagai model obat. Hasil uji disolusi menunjukkan bahwa kitosantripolifosfat dengan derajat substitusi 0,587% P kurang mampu menunda pelepasan natrium diklofenak selama dua jam dalam suasana asam, namun kitosan-tripolifosfat menunjukkan kemampuan yang baik dalam melepaskan zat aktif selama 45 menit dalam suasana basa. Tablet yang mengandung kitosantripolifosfat sebanyak 25%, 37,5%, dan 50% berturut-turut melepaskan obat sebesar 64,29%, 50,40%, dan 36,97% selama dua jam dalam suasana asam, sedangkan tablet dengan kombinasi kitosan-tripolifosfat dan hidroksipropil metilselulosa ftalat (HPMCP) dengan perbandingan 20% : 5% dan 16,65% : 8,35% melepaskan obat sebesar 19,54% dan 8,9% selama dua jam dalam suasana asam. Kombinasi kitosan-tripolifosfat dengan HPMCP dapat membantu menahan pelepasan natrium diklofenak dalam medium asam sehingga memenuhi persyaratan sebagai tablet enterik.
ABSTRACT
Chitosan is a natural cationic polymer, so that it can interact with anionic site in order to form ionic crosslink reaction. In this research, sodium tripolyphosphate was used as crosslinker that interact ionically with chitosan. The aim of this research was to synthesize chitosan-tripolyphosphate which would be used as excipient in enteric tablet dosage form. Solutions of chitosan 3% (v/v) and sodium tripolyphosphate 0.145% (w/v) were mixed in ratio 5:1. Chitosantripolyphosphate was then used as excipient in enteric tablet with diclofenac sodium as drug model. Results of dissolution study showed that chitosantripoliphosphate with degree of substitution 0.587% P could not retard the release of sodium diclofenac for two hours in acid medium, but chitosan-tripolyphosphate showed good capability in release sodium diclofenac for 45 minutes in base medium. Tablet that only contains chitosan-tripolyphosphate 25%, 37.5%, 50% released the drug 64.29%, 50.40%, and 36.97% for two hours in acid medium, while tablet that contain combination of chitosan-tripolyphosphate and HPMCP with ratio 5% : 20% and 16.7% : 33.3% release the drug 19.54% and 8.9% for two hours in acid medium. Chitosan-tripolyphosphate in combination with HPMCP could help retard the released of diclofenac sodium in acid medium, so it completed the requirement as enteric tablet.
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S657
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library