Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Johanes Benarto
"ABSTRAK
Angka Kematian Ibu (AKN) dan neonatal (AKN) di Indonesia
masih cukup tinggi walaupun sudah menunjukkan perbaikan,
demikian juga dengan angka morbiditasnya. Sebagian kematian
ibu dan neonatal adalah akibat pelayanan yang diberikan oleh RS,
dan ini disebut Kejadian Tidak Diharapkan (KTD). Sebagai
upaya untuk menurunkan AKI dan AKN, RS perlu belajar dari
kejadian kematian maupun morbiditas tersebut, terutama KTD
yang dapat dicegah. Untuk itu perlu metode untuk mengukur
tingkat insiden KTD maternal dan neonatal dengan lebih akurat,
mengingat sistem pelaporan wajib Insiden Keselamatan Pasien
yang ada cenderung underreporting.
Mengukur insiden KTD maternal ? perinatal, karakteristik dan
aspek preventabilitasnya, juga faktor-faktor yang berkontribusi
Desain deskriptif dengan cara telaah rekam medis menggunakan
Modifikasi IHI Perinatal Trigger Tool. Penentuan KTD
menggunakan algoritma khusus, level KTD mengikuti skala
keparahan yang dibuat oleh NCC MERP level E-I, dan penilaian
preventabilitas menggunakan skala likert 1-6.
Didapatkan 27 KTD yang terjadi pada 16 (13.33%) dari 120
pasang sampel (ibu dan bayi) atau 22.5 per 100 admisi. 23(85%)
KTD pada neonatus dan 4 (15%) pada ibu. Tingkat keparahan
mayoritas adalah level ringan yaitu E 15 (55.55%), F 10
(37.03%), dan hanya 2 dengan level H 2 (7.42%) yang keduanya
adalah kasus asfiksia neonatus, tidak ada kasus meninggal. 56%
KTD dinilai dapat dicegah yang kesemuanya merupakan act of
omission. Faktor kontributor adalah ketidaklengkapan alat dan
desain ruangan transit bayi baru lahir di kamar operasi, dan belum
adanya kebijakan dokter ahli obstetri dan anestesi on site duty 24
jam
Angka insiden perinatal adalah 22.5 KTD per 100 admisi,
mayoritas adalah level ringan, 56% nya dapat dicegah.

ABSTRACT
Indonesia has been making progress to decrease maternal
mortality and morbidity but the incidence remains considerably
high. Many of those could be categorized as adverse events
resulting from the care provided. There is need for a tool to
measure those incidents more accurately compare to the standard
mandatory reporting. Trigger tool is one method which has had
increasing attention globally.
To measure perinatal adverse events rate, it?s characteristics,
level of harm, and preventability
A descriptive study through medical record review using IHI
perinatal trigger tool that had been modified in terms of trigger
descriptions and preventability assessment.
27 AE (Adverse Events) were identified from 120 pair samples
(mother and baby), during 6 months period of observation, or 22.5
per 100 admissions. Majority of them were low level harm (level
E: 15 (55.55%), F :10 (37.03%) namely hypothermia,
hypoglycemia, transient hyperbilirubinemia. Only two AE were
level H harm namely asphyxia neonatal, and no maternal or
neonate death. 56% of AE were deemed to be preventable, and all
of them involving act of omissions. Contributory factors found
were lack of equipment and facilities for preventing hypothermia
and delay in treatment of dystocia.
AE in perinatal identified by trigger tool were 22.5 per 100
admissions, majority was low level harm, and 56% was
preventable."
2016
T47179
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanes Benarto
"ABSTRAK
Latar belakang : Angka Kematian Ibu (AKN) dan neonatal (AKN) di Indonesia
masih cukup tinggi walaupun sudah menunjukkan perbaikan,
demikian juga dengan angka morbiditasnya. Sebagian kematian
ibu dan neonatal adalah akibat pelayanan yang diberikan oleh RS,
dan ini disebut Kejadian Tidak Diharapkan (KTD). Sebagai
upaya untuk menurunkan AKI dan AKN, RS perlu belajar dari
kejadian kematian maupun morbiditas tersebut, terutama KTD
yang dapat dicegah. Untuk itu perlu metode untuk mengukur
tingkat insiden KTD maternal dan neonatal dengan lebih akurat,
mengingat sistem pelaporan wajib Insiden Keselamatan Pasien
yang ada cenderung underreporting.
Tujuan : Mengukur insiden KTD maternal ? perinatal, karakteristik dan
aspek preventabilitasnya, juga faktor-faktor yang berkontribusi
Metode : Desain deskriptif dengan cara telaah rekam medis menggunakan
Modifikasi IHI Perinatal Trigger Tool. Penentuan KTD
menggunakan algoritma khusus, level KTD mengikuti skala
keparahan yang dibuat oleh NCC MERP level E-I, dan penilaian
preventabilitas menggunakan skala likert 1-6.
Hasil : Didapatkan 27 KTD yang terjadi pada 16 (13.33%) dari 120
pasang sampel (ibu dan bayi) atau 22.5 per 100 admisi. 23(85%)
KTD pada neonatus dan 4 (15%) pada ibu. Tingkat keparahan
mayoritas adalah level ringan yaitu E 15 (55.55%), F 10
(37.03%), dan hanya 2 dengan level H 2 (7.42%) yang keduanya
adalah kasus asfiksia neonatus, tidak ada kasus meninggal. 56%
KTD dinilai dapat dicegah yang kesemuanya merupakan act of
omission. Faktor kontributor adalah ketidaklengkapan alat dan
desain ruangan transit bayi baru lahir di kamar operasi, dan belum
adanya kebijakan dokter ahli obstetri dan anestesi on site duty 24
jam
Kesimpulan : Angka insiden perinatal adalah 22.5 KTD per 100 admisi,
mayoritas adalah level ringan, 56% nya dapat dicegah.

ABSTRACT
Background : Indonesia has been making progress to decrease maternal
mortality and morbidity but the incidence remains considerably
high. Many of those could be categorized as adverse events
resulting from the care provided. There is need for a tool to
measure those incidents more accurately compare to the standard
mandatory reporting. Trigger tool is one method which has had
increasing attention globally
Objectives : To measure perinatal adverse events rate, it?s characteristics,
level of harm, and preventability
Method : A descriptive study through medical record review using IHI
perinatal trigger tool that had been modified in terms of trigger
descriptions and preventability assessment.
Results : 27 AE (Adverse Events) were identified from 120 pair samples
(mother and baby), during 6 months period of observation, or 22.5
per 100 admissions. Majority of them were low level harm (level
E: 15 (55.55%), F :10 (37.03%) namely hypothermia,
hypoglycemia, transient hyperbilirubinemia. Only two AE were
level H harm namely asphyxia neonatal, and no maternal or
neonate death. 56% of AE were deemed to be preventable, and all
of them involving act of omissions. Contributory factors found
were lack of equipment and facilities for preventing hypothermia
and delay in treatment of dystocia.
Conclusion : AE in perinatal identified by trigger tool were 22.5 per 100
admissions, majority was low level harm, and 56% was
preventable"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avini Risda Khaerani
"Pasien pediatri merupakan kelompok yang rentan akan terjadinya Efek Samping Obat (ESO), dikarenakan perbedaan farmakokinetika, farmakodinamika, dan kematangan sistem tubuh yang berbeda dengan pasien dewasa. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis ESO antimikroba yang terjadi pada pasien pediatri COVID-19 dengan menggunakan metode trigger tool dimodifikasi dan algoritma Naranjo dan mengetahui antimikroba penyebab ESO. Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) dideteksi dengan trigger tool yang dimodifikasi dan analisis kausalitas dianalisis dengan algoritma Naranjo. Studi cross-sectional ini dilakukan pada pasien pediatri yang dirujuk pada unit rawat inap RSUD Pasar Minggu dari Agustus 2020 hingga Juli 2021. Dari 120 pasien, didapatkan 119 pasien mengalami 389 kasus ESO dengan tingkat probabilitas sebesar 67,7% kasus possible dan 6,1% probable. ESO yang paling banyak ditemukan adalah ulser (84,2%), hipersensitivitas (39,2%), dan mual (27,5%). Obat yang diduga sebagai penyebabnya adalah seftriakson dan azitromisin. Kemampuan trigger tool dan naranjo untuk mendeteksi ESO ditunjukkan dengan Positive Predictive Value (PPV) berada pada rentang 0 hingga 1. Metode trigger tool yang dimodifikasi dan algoritma Naranjo dapat digunakan untuk mendeteksi ESO yang terjadi pada pasien pediatri. Seftriakson dan azitromisin adalah antimikroba dengan penyebab ESO tertinggi pada pasien pediatri COVID-19 dari hasil penelitian ini.

The pediatric population is vulnerable to ADRs due to the different pharmacokinetics, pharmacodynamics, and maturity of pediatric body systems compared to adults. The purposes of this study were to analyze antimicrobial ADRs in pediatric COVID-19 patients using a modified trigger tool and Naranjo algorithm and to determine the antimicrobials most associated with ADRs. Adverse Effects (AEs) were detected using a modified trigger tool, and causality assessment was analyzed using the Naranjo algorithm. This cross-sectional study was performed on pediatric patients with COVID-19 admitted to Pasar Minggu District Hospital from August 2020 until July 2021. A total of 120 patients, 119 patients were observed with 389 ADRs. According to the Naranjo scale, probable cases were 6,1%, and possible cases were 67,7%. The most common ADRs in pediatric patients are ulcer (84,2%), hypersensitivity (39,2%), and nausea (27,5%). The effectiveness of the modified trigger tool and Naranjo algorithms at detecting ADRs were calculated with Positive Predictive Value (PPV), ranging from 0 to 1. Modified trigger tool and Naranjo algorithm are applicable for ADRs detection in pediatric patients. Based on this study results, Ceftriaxone and azithromycin are the most common antibiotics associated with ADRs in pediatric COVID-19 patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library