Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Praditya Nugraha
Abstrak :
Fenomena localized surface plasmon resonance (LSPR) pada nanowire memiliki dua mode eksitasi berbeda yang sangat bergantung pada polarisasi gelombang eksitasinya, yaitu mode polarisasi longitudinal (mode transverse electric) dan mode polarisasi transversal (mode transverse magnetic). Kedua mode eksitasi masing – masing memiliki karakteristik yang unik. Mode transverse electric memiliki pola spektra LSPR dengan beberapa puncak resonansi yang terpisah jelas dan dapat dibedakan, sedangkan mode transverse magnetic hanya memiliki puncak resonansi tunggal pada frekuensi tinggi. Pada penelitian ini, akan dilakukan pemodelan spektra LSPR nanowire perak dengan beberapa variasi bentuk dan ukuran. Fungsi dielektrik perak diperoleh dari penelitian Johnson dan Christy (1972). Ada dua jenis nanowire yang dimodelkan: nanowire dengan tutup ujung rata (flat) dan tutup ujung setengah bola (hemi-spherical). Untuk mengetahui pengaruh perubahan bentuk dan ukuran nanopartikel, pemodelan yang dilakukan menggunakan nanowire dengan diameter 10, 30, dan 50 nanometer serta aspect ratio sebesar 10, 12, 14, 16, 18, dan 20. Hasil pemodelan mode TE menunjukkan spektra LSPR dengan beberapa puncak resonansi yang terpisah jelas. Banyaknya puncak resonansi ini diduga berasal dari adanya interferensi konstruktif gelombang berdiri surface plasmon polariton (SPP) pada nanowire. Berbeda dengan prediksi awal, hasil pemodelan mode TM menunjukkan dua buah puncak resonansi. Kedua puncak resonansi ini dapat dikaitkan dengan osilasi plasmon mode transversal dan longitudinal pada nanowire. ......The localized surface plasmon resonance (LSPR) phenomenon on nanowires possess two distinct excitation modes that depend on the polarization of the exciting planewave, the longitudinal polarization mode (transverse electric mode) and the transversal polarization mode (transverse magnetic mode). Both excitation modes exhibit unique optical spectra characteristics. The optical spectra of the transverse electric mode exhibit multiple, wellseparated resonance peaks while the optical spectra of the transverse magnetic mode only exhibit a single resonance peak spectrally located at a high frequency. In this study, we have simulated the optical LSPR spectra of silver nanowires with several size variations. The dielectric function of silver was obtained through Johnson and Christy’s previous work (1972). Two nanowire types with different end-cap shapes on each end were simulated: one having a flat end-cap shape and the other having a hemi-spherical end-cap shape. In order to discover the effects of nanoparticle size change, the simulation was done on nanowires with diameters 10, 30, and 50 nanometers along with aspect ratios of 10, 12, 14, 16, 18, and 20. The TE mode simulations result in an optical spectrum exhibiting multiple, well-separated resonance peaks. These multiple peaks are assumed to arise from the constructive interference of surface plasmon polaritons (SPPs) excited on the surface of the nanowire. Unlike previous observations, the TM mode simulations result in an optical spectrum which exhibit two resonance peaks. Both peaks can be attributed to the transversal and longitudinal plasmon oscillations which occur on the nanowire.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tesri Maideliza
Abstrak :
Penelitian tentang anatomi organ vegetatif Dioscorea bulbifera L. (gadung) telah dilakukan dari Januari - Juli 2005, di Laboratorium Struktur dan Perkembangan Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas. Penelitian dilaksanakan menggunakan metoda deskriptif dan kuantitatif, dengan pembuatan preparat permanen menggunakan metoda parafin dan pembuatan preparat semipermanen. Pada sayatan melintang struktur batang secara sentripetal terdiri atas satu lapis epidermis, korteks (6-9 lapis sel), endodermoid dengan sel sklerenkim (1-2 lapis sel) dan ikatan pembuluh. Anatomi daun terdiri dari epidermis atas dan epidermis bawah, mesofil sudah terdiferensiasi menjadi parenkim palisade dan parenkim spons (tipe daun dorsiventral). Stomata anomositik terdapat pada kedua permukaan daun. Anatomi akar terdiri dari satu lapis sel epidermis, korteks (9-11 lapis sel), ikatan pembuluh dan empulur. Sel endodermis satu lapis mengalami penebalan pada dinding dalam berbentuk U. Perisikel (1-2 lapis sel). Ikatan pembuluh ukurannya meningkat secara sentripetal dan tersusun dalam tiga lingkaran. Floem pada akar tersusun mengelilingi xilem (tipe amfikribal). Umbi didominasi oleh parenkim berisi pati. Pada umbi banyak didapatkan struktur khusus diduga berisi HCN. Kromosom berjumlah 2n=20.
The study of anatomical structure and karyotype of West Sumatran Dioscorea bulbifora L. Had been done from March 2005 to January 2006 in plant Structure and Development Laboratory of Biology Department, Faculty of Mathematic and Natural Science, Andalas University. In present study were used descriptives and quantitatives method by preparing semi-permanent and permanent slide. Anatomycal structures of green aerial stem were consisting of epidermal, cortex with endodermoid cells and sclerechima tissue centripetally. Vascular bundle can be rocognized in three distinct rings with amphycribal type. Transverse section of leave anatomical composed by both a layer epidermal on upper and lower leaf surface, palysade parechima, and spons parenchyma (dorsiventral type). The stomata were anomocytic type on both upper and lower surface of leaf (amphystomatic type). Idioblast of cell raphides crystals and tannin containing founded in leaf structure. In transverse section each of eight individual bundle surrounded by sclerenchyma. The root anatomical structures consist of epidermal, cortex, endodermal (U shape wall thickening), pericycle and pith (with three ring of vascular bundles) centripetally. The air tuber lacking of starch grains containing of parenchyma cells. Idioblast cell expected contain of HCN distributed over all of tuber tissue. The somatic cell chromosome were diploid 2n=20 with basic chromosome number were x=10.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Cut Rulia
Abstrak :
Pencitraan bawah permukaan menggunakan metode pre-stack time migration (PSTM) biasanya menghasilkan kualitas data seismik yang rendah jika diaplikasikan pada struktur geologi yang kompleks. Hal ini dapat terjadi karena metode PSTM menggunakan kecepatan rms yang merupakan kecepatan rata-rata dari beberapa lapisan, dan tidak seperti metode pre stack depth migration (PSDM) yang menggunakan kecepatan interval sebagai kecepatan sebenarnya dari tiap lapisan. Selain itu, metode PSTM juga tidak mampu mengoreksi efek hockey stick yang terdapat pada data gather di far offset akibat dari lapisan anisotropi. Untuk mengatasi kekurangan kualitas citra bawah permukaan dari metode PSTM, maka dilakukan penilitan menggunakan metode PSDM anisotropi dengan asumsi medium vertical transverse isotropy (VTI) yang melibatkan parameter anisotropi, yaitu parameter delta (d) dan epsilon (e). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data seismik dari Lapangan CR yang memiliki struktur geologi yang kompleks. Metode PSDM ansiotropi ini berhasil mengoreksi efek hockey stick di far offset pada Lapangan CR dengan nilai epsilon berkisar 0 hingga 0.27. Sehingga, kualitas citra bawah permukaan pada penampang seismik mengalami banyak peningkatan yang ditunjukkan oleh reflektor yang lebih kuat dan kemenerusan yang lebih konsisten.
Subsurface imaging using pre-stack time migration (PSTM) usually produces low quality in seismic data when it is applied to complex geology structures. This is because PSTM method uses rms velocity which is the average velocity of several subsurface layers, and unlike pre stack depth migration (PSDM) method that uses interval velocity which is the actual velocity of each subsurface layer. Moreover, PSTM method also cannot be used to correct hockey stick effect at far offset because of anisotropy layer. To enhance the subsurface images quality produced by PSTM method, then a study was has been performed using anisotropy PSDM method with vertical transverse isotropy (VTI) medium assumption. This anisotropy PSDM method involved the anisotropy parameters such as delta (d) and epsilon (e) parameters. Seismic data taken from geological complex area in CR field has been used to test the anisotropy PSDM method. The result of this study shows that the anisotropy PSDM method succeeds in correcting the hockey stick effect at far offset with epsilon parameter value ranges from 0 to 0.27. Therefore, the subsurface image quality at seismic section is increasing indicated by strong seismic reflectors and more consistent in reflector continuity.
2015
T44485
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wildan Zulfa Abdurrohman
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan sistem transduser dual transverse pada Ultrasonic Vibration Assisted Microforming (UVAM). Perancangan sistem transduser didasarkan pada dua gagasan terkait getaran yakni longitudinal dan transversal. Setiap sistem menggunakan transduser piezoelektrik Langevin, yang masing-masing dapat menciptakan getaran ultrasonik dengan amplitudo rendah. Pada gagasan longitudinal, getaran longitudinal yang dihasilkan oleh transduser diteruskan melalui sumbu yang sama menuju benda kerja. Sedangkan pada gagasan transversal, getaran longitudinal yang dihasilkan oleh dua transduser dalam fase yang sama diubah oleh sonotrode block berpori menjadi getaran dalam arah normal dengan permukaan benda kerja. Proses optimalisasi desain sistem transduser UVAM dilakukan dengan simulasi modal menggunakan metode Finite Element Analysis (FEA). Hasil analisis simulasi menunjukkan bahwa sistem transduser dual transverse dengan gagasan transversal memiliki frekuensi kerja yang lebih optimum dibandingkan gagasan lainnya, yakni sebesar 31,3 kHz dan memiliki amplitudo di permukaan dies pada sumbu normal sebesar 6,32 μm. Pada penelitian ini juga dilakukan validasi sistem transduser yang telah dikembangkan melalui uji amplitudo terhadap variasi getaran ultrasonik. Hasil dari skripsi ini adalah sistem transduser dual tansverse UVAM beserta microforming tool. ......The purpose of this study is to develop a dual transverse transducer system for Ultrasonic Vibration Assisted Microforming (UVAM). The design of the transducer system is based on two ideas related to vibration, namely longitudinal and transverse. Each system uses Langevin piezoelectric transducers, each of which can create low-amplitude ultrasonic vibrations. In the longitudinal idea, the longitudinal vibration generated by the transducer is transmitted through the same axis toward the workpiece. Whereas in the transverse idea, the longitudinal vibrations generated by two transducers in the same phase are converted by the porous block sonotrode into vibrations in the direction normal to the surface of the workpiece. The process of UVAM transducer system design optimization was done by modal simulation using Finite Element Analysis (FEA) method. The simulated analysis result shows that the transducer system with the transverse concept has a more optimum working frequency than the other ideas, which is 31,3 kHz and has an estimated total displacement on the normal axis of 6,32 µm. This study also validated the transducer system that had been developed by testing the amplitude with ultrasonic vibrations variation. The results of this thesis is dual transverse  UVAM transducer systems and microforming tool.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firmansyah Muhammad
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Keterlibatan vertebra servikal akibat trauma, penyakit degeneratif dan neoplasma sering diperlukan tindakan intervensi pembedahan. Pengetahuan anatomis yang detail tentang vertebra servikal sangat dibutuhkan akan tetapi terdapat perbedaan pada dimensi vertebra pada beberapa ras. Pengetahuan dimensi elemen vertebra sangat penting untuk perkembangan instrumentasi pada tulang belakang servikal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data mengenai morfometrik vertebra servikal pada populasi orang IndonesiaMetode Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada 66 spesimen kering vertebra servikal dimana 33 berjenis kelamin laki-laki dan 33 perempuan yang didapatkan dari Departemen Anatomi pada enam fakultas kedokteran. Hanya vertebra yang intak, tanpa osteofit atau metastasis tumor diperiksa pada penelitian ini. Semua parameter linear diukur dengan menggunakan caliper digital vernier dengan akurasi 0,01 mm, caliper tersebut mempunyai depth gauge yang digunakan untuk mengukur dimensi vertebra servikal. Pengukuran angular dengan menggunakan goniometri standard. Semua pengukuran vertebra servikal dilakukan oleh tiga orang. Semua struktur yang simetris diukur secara bilateralHasil Penelitian. Secara umum tidak terdapat perbedaan signifikan pada beberapa komponen vertebra servikal. Vertebra servikal pada spesimen laki-laki secara umum mempunyai ukuran rerata yang lebih besar meskipunpada beberapa komponen pada perempuan lebih tinggi. Perbedaan yang signifikan ditemukan pada lebar pedikel pada C3, 4, 5 dan 7 untuk pedikel sisi kanan dan kiri.Kesimpulan. Penelitian morfometrik ini yang dilakukan pada populasi orang Indonesia akan sangat berarti untuk instrumentasi yang baik pada tulang belakang servikal dimana dimensi berukuran kecil pada vertebra servikal mempunyai tantangan tersendiri pada ahli bedah selama pemasangan plate dan screw.
ABSTRACT
Introduction. The predilection of the cervical spine to a wide array of traumatic, degenerative and neoplastic disease necessitates frequent surgical intervention. A detailed anatomical knowledge of the cervical spine is required but variability in vertebral dimension exists amongst different races. Knowing the dimensions of the vertebral elements is very important for the development of instrumentation to the cervical spine. The aim of the study was to present a morphometric reference database for cervical vertebra of the Indonesian population.Methods. The study was conducted on 66 dried human cervical vertebra of 33 males and 33 females collected from the Department Anatomy of six medical colleges were examined. Only intact vertebrae, free from any osteophytes or metastatic tumors were excluded in the study. All linear parameter were measured using a digital vernier caliper accurate to 0.01 mm, the caliper had a depth gauge which was used to measured the dimensions of cervical vertebra. The angular measurements were made using a standard goniometer. All measurements were made by three observers. All symmetrical structure were measured bilaterally.Results. Generally we find no significant difference between measurement components. Men cervical specimen generally had higher number of mean, although for several components women were higher. Significance difference were found for pedicle width C3, 4, 5 and 7, for both right and left pedicles .Conclusions. The present morphometric study in Indonesian population would be valuable for the successful instrumentation of the cervical spine as smaller dimension of the cervical vertebrae pose a challenge to the surgeon during application of plates and screw
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marsha Anjanie
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh lama perendaman dalam larutan pembersih gigi tiruan terhadap kekuatan transverse resin akrilik polimerisasipanas. Spesimen direndam dalam larutan pembersih gigi tiruan dan akuades selama 7 hari 14 jam 30 menit, 10 hari 3 jam 20 menit dan 12 hari 16 jam 10 menit sebagai simulasi perendaman 5-menit selama enam, delapan dan sepuluh tahun. Kekuatan transverse diukur menggunakan uji 3-point bending. Uji T tidakberpasangan dan one-way ANOVA menunjukkan penurunan kekuatan transverse resin akrilik dengan p0,05 pada perendaman dalam larutan pembersih, sebaliknya perendaman dalam akuades mengalami penurunan dengan p0,05 pada kelompok delapan dan sepuluh tahun dibandingkan larutan pembersih. ...... This study investigates the effect of immersion time in denture cleanser to transverse strength of heat-cured acrylic resin. Specimens were immersed in denture cleanser and aquadest for 7 days 14 hours 30 minutes, 10 days 3 hours 20 minutes and 12 days 16 hours 10 minutes simulating 5-minutes immersion for six, eight, and ten years. Transverse strength was measured using 3-point bending test. Independent T-test and one-way ANOVA showed the transverse strength of specimens immersed in denture cleanser does not decrease, contrary to aquadest. Consequently, the strength of specimens in aquadest are lower than in denture cleanser after year 8.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Sumarta
Abstrak :
Telah dilakukan pengamatan mengenai dinamika domain wall pada bahan Permalloy berbentuk nanowire dengan menggunakan software simulasi mikromagnetik OOMMF berdasarkan persamaan Landau-Lifshitz-Gilbert (LLG). Pengamatan dinamika domain wall dilakukan pada nanowire dengan panjang 2000 nm, variasi lebar dari 100 sampai 200, dan variasi ketebalan 2,5 nm dan 5,0 nm dibawah pengaruh medan magnet luar dalam bentuk pulsa. Kecepatan domain wall bertambah ketika medan magnet luar yang diberikan di perbesar dan kemudian mengalami penurunan scara drastis setelah medan magnet luar yang diberikan melampaui medan magnet kritis yang di sebut medan Walker breakdown. Sebelum medan magnet luar yang diberikan melebihi nilai medan Walker breakdown, domain wall bergerak dengan mempertahankan struktur transverse. Setelah melampaui nilai medan Walker breakdown, struktur transverse pada domain wall mengalami perubahan menjadi struktur vortex/anti-vortex. ......We have investigated the domain wall dynamics in Permalloy material with nanowire shape using public micromagnetic simulation software, OOMMF based on the Landau-Lifshitz-Gilbert equation. We have observed domain wall dynamic for different thickness and width respect to external magnetic field. Domain wall velocity increases as the external magnetic field increase and abruptly decreases after critical field which is called Walker breakdown field. Before Walker breakdown, domain wall moving while keeping transverse inner structure, and after Walker breakdown, transverse inner structure transform to vortex/anti-vortex inner structure.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1065
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Francisca Lindawati Soetanto
Abstrak :
ABSTRAK
Dengan semakin bertambahnya kasus Hepatistis B dan AIDS dewasa ini maka penanganan alat dan bahan kedokteran gigi harus lebih teliti karena dapat menjadi media penularan penyakit. Gigi tiruan merupakan media penularan penyakit apabila pembuatannya tidak termonitor dengan bailkdalam hal sterilisasi.

Untuk sterilisasi gigi tiruan, ADA merekomendasikan perendaman gigi tiruan dalam desinfektan selama sepuluh jam. Bahan desinfektan yang direkomendasi oleh ADA adalah alkalin glutaraldehid sedangkan desinfektan yang lazim digunakan rumah sakitrumah sakit di Indonesia adalah chlorhexidine.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh desinfektan terhadap transverse strength basis gigi tiruan resin akrilik. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran nilai sorpsi cairan dan nilai transverse strength resin akrilik yang pengerasannya dengan pemanasan (Heat cured acrylic resin) setelah perendaman dalam air, chlorhexidine serta alkalin glutaraldehid selama 24 jam dan 72 jam

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai sorpsi cairan dipengaruhi oleh lama perendaman dan Jenis larutan perendam tetapi transverse strength tidak dipengaruhi oleh lama serta jenis larutan perendam. Pertambahan jumlah sorpsi cairan tidak mempengaruhi transverse strength bahan. Dapat disimpulkan bahwa perendaman dalam air, chlorhexidine, alkalin glutaraldehid sampai jangka waktu tiga hari tidak mempengaruhi transverse strength resin akrilik yang pengerasannya dengan pemanasan.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priyo Wibowo
Abstrak :
Transverse electromagetic cell (sel TEM) merupakan perangkat alternatif pengujian EMC (Electromagnetic Compatibility). Namun, frekuensi operasi maksimumnya sangat terbatas sedangkan pengujian EMC mensyaratkan pengujian dilakukan hingga frekuensi 1 GHz. Beberapa pengembangan sel TEM untuk meningkatkan frekuensi operasi malah memperkecil luas keseragaman medan sedangkan peningkatan luas keseragaman medan tidak dapat dilakukan hingga frekuensi tinggi. Coplanar waveguide dapat digunakan sebagai sumber medan yang seragam dan sangat berpotensi untuk digunakan dalam perancangan sel TEM dengan rentang frekuensi yang sangat lebar. Pada tesis ini dilakukan perancangan sel TEM sederhana dengan lempeng coplanar waveguide (CPW) untuk membangkitkan medan elektromagnetik seragam yang dapat beroprasi pada frekuensi 30 MHz - 1.GHz. Hasil simulasi menunjukan sel TEM dapat disusun dari dua buah lempeng CPW identik berukuran 510 mm x 750 mm dengan lebar hot-line s = 440 mm, gap w = 7,69 mm dengan jarak antara lempeng CPW sebesar h = 550 mm. Hasil pengukuran menujukan kesesuaian antara hasil pengukuran dengan simulasi. sel TEM menghasilkan uniform area 30 cm x 50.cm dan memenuhi ketentuan standar IEC 61000-4-20. ...... A transverse electromagnetic cell (TEM cell) is an alternative device for EMC (Electromagnetic Compatibility) test. The highest operating frequency of TEM cell is limited while EMC test requires testing performed up to 1 GHz. The TEM cell developments to increase the operating frequency has decrease the TEM cell field uniformity area while increasing field uniformity area cannot be done to higher frequency. Meanwhile, coplanar waveguide can be used to generate uniform field and potentially can be used to design a TEM Cells with very wide frequency range. In this thesis, a simple TEM cell was designed with coplanar waveguide plates (CPW) for generating uniform electromagnetic field at frequency 30 MHz - 1.GHz. The simulation results show that the TEM cell can be made by two identical CPW plates which has 510 mm x 750 mm in size, wide of hot-line s = 440 mm, gap w = 7.69 mm and the distance between the CPW plates h = 550 mm. The measurement results show in agreement with the simulastion. The TEM cell produces a uniform area of 30 cm x 50 cm which is in accordance with IEC 61000-4-20 standard.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42285
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>