Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
In the field of combinatorial optimization problems, the Vehicle Routing Problem (VRP) is one of the most challenging. Defined more than 40 years ago, the problem involves designing the optimal set of routes for fleets of vehicles for the purpose of serving a given set of customers. Interest in VRP is motivated by its practical relevance as well as its considerable difficulty. The Vehicle Routing Problem covers both exact and heuristic methods developed for the VRP and some of its main variants, emphasizing the practical issues common to VRP. The book is composed of three parts containing contributions from well-known experts. The first part covers basic VRP, known more commonly as capacitated VRP. The second part covers three main variants of VRP: with time windows, backhauls, and pickup and delivery. The third part covers issues arising in real-world VRP applications and includes both case studies and references to software packages.
Philadelphia : Society for Industrial and Applied Mathematics, 2002
e20442952
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Amin Suwarto
Abstrak :
Perkembangan mobilitas penduduk di Jakarta menuntut Pemerintah DKI Jakarta untuk menyediakan transportasi umum masal (mass transport) yang terjangkau oleh daya bell masyarakatnya. Transportasi umum masal yang paling tepat adalah angkutan kereta api yang mampu mengangkut ribuan penumpang setiap trip. Tetapi kereta api Jabotabek hanya mampu mengangkut 2 - 4 % dari kebutuhan angkutan, sehingga sisanya ditangani oleh angkutan bus kota, dan angkutan umum lainnya. Karena angkutan bus kota non AC tidak mampu memberikan pelayanan yang cepat, tepat, aman dan nyaman, maka Perkembangan angkutan pribadi meningkat lebih cepat dari kendaraan angkutan umum, sehingga pada jam jam sibuk angkutan pribadi yang hanya berpenumpang 1 - 3 orang memadati 75 % ruas jalan sedangkan angkutan bus yang memiliki kapasitas rata-rata 50 orang hanya memanfatkan 18 % dari, kapasitas jalan. Hal ini yang menyebabkan terjadinya kemacetan lalu lintas, yang bukan saja menyebabkan terjadinya pemborosan bahan bakar minyak, pemborosan waktu, tenaga dan biaya, tetapi juga menyebabkan pencemaran udara dan gangguan kesehatan bagi pengemudi, penumpang dan masyarakat di jalan. Di samping itu sebagian besar pengusaha angkutan tidak memahami pentingnya pendekatan dari segi manusia dalam mengelola kinerja perusahaannya. Bagi pengusaha bus non AC mereka memandang bahwa pengemudi sebagai alat produksi semata, sehingga mereka menetapkan sistem setoran kepada pengemudinya setiap ship ( 8 Jam operasi ) berkisar Rp 250.000,- untuk bus regulair. Jika pengemudi tidak mampu membayar setoran, bukan saja ia tidak memperoleh penghasilan untuk keluarga tetapi dianggap berhutang yang harus dibayar pada hari berikutnya. Jika dalam waktu 3 hari berturut-turut tidak mampu membayar maka pengemudi akan menanggung akibatnya yaitu diberhentikan. Hal ini yang menyebabkan pengemudi bus non AC bukan hanya tidak disiplin terhadap peraturan lalu lintas, tetapi juga tidak memperhatikan keselamatan penumpang dan kesehatan dirinya sendiri. Oleh karena itu pengemudi selalu memperlambat kendaraan atau berhenti dipertigaan atau perempatan jalan untuk menunggu penumpang, kemudian memacu kendaraan secepat-cepatnya untuk berebut penumpang dangan kendaraan lainnya dalan satu trayek bahkan kadang-kadang dalam perusahaan yang sama. Hal ini lah yang menyebabkan timbulnya kecelakaan lalu lintas. Hal ini sangat berbeda dengan pengemudi bus PATAS -AC yang cukup disiplin karena penumpannya terbatas dan konsumennya golongan menengah, yang memerlukan keamanan dan kenyamanan sekalipun tarifnya Rp.2.300,?
The growth of Jakarta residence mobility has demanded the Municipal Government of DKI Jakarta for providing achievable mass transport for the societies. The appropriate mass transport is railways, whose capacity is thousands passengers per trip. However, since the Jabotabek railway only accommodate 2 - 4 % of the total demand for transportation services, therefore the rest of the passengers are served by city buses, and other public transportation modes. Since the non air-conditioned city buses do not provide fast, punctual, secure and safe services, it causes the growth of private cars higher than that of public transport vehicles. Hence, in the peak hours, the private cars -- with 1 - 3 passengers --- occupy 75 % of the road, in the contrary, public transportation vehicles whose capacity per bus is 50 passengers in average, occupy only around 18%. This phenomenon leads traffic jam, which does not only waste fuel, time, energy and cost, but also creates air pollution and threat the health of the drivers, passengers as well as societies on the road. In addition, most of the transportation operators do not consider the importance of humanity approach in managing the company operation. The non air-conditioned buses' operators treat the drivers as a production mean, therefore they establish a rental fee system to their drivers with the amount of Rp 250,000,- for one shift (i.e. 8 hours operation) per regular bus. If the drivers can not pay the rental fee on that day, it means they do not only earn money for their family, but they also shoulder the debt which have to be paid on the day after. If it happens for 3 days at a stretch, the drivers will be fired. It causes the non air-conditioned buses' drivers do not only obey the traffic regulations, but they also do not care of the passengers safety and their own health as well. Therefore, the drivers always slow their buses down or stop at three-way intersections or intersections to wait for passengers, and afterwards they drive as fast as possible in order to seize the passengers of other buses in the same line, even sometimes in the same company. It can be said that these driving habits evoke accidents. On the other hand, these habits are not conducted by the air-conditioned buses' drivers, since their passengers are limited and most of them are from middle-class societies, who are willing to pay Rp 2,300,- for security and comfortability. A traffic accident is an unpredicted and unintentionally incident on the road, which involves vehicles with or without other road users resulted in human victims or property loss. In general, traffic accident is caused by 3 (three) factors, namely driver, vehicle, and road. The three factors are influenced by the environment.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Heru Sukotjo
Abstrak :
Dalam penelitian ini secara khusus akan dibahas mengenai belum optimalnya ketersediaan uang kembalian dalam pelayanan transaksi digerbang tol Ruas Cawang-Tomang-Cengkareng (C-T-C), sehingga PT. Jasa Marga merasa perlu membuat usulan kenaikan pagu uang kembalian pada ruas tersebut. Uang kembalian adalah uang yang disediakan untuk mengembalikan kelebihan uang pembayaran tol yang telah ditransaksikan. Ketersediaan uang kembalian sangat diperlukan, tidak terpenuhinya kebutuhan uang kembalian dapat mempengaruhi kinerja pelayanan transaksi di gardu tol. Secara umum penelitian ini ingin mengetahui pengaruh ketersediaan pagu uang kembalian terhadap kinerja pelayanan transaksi di gerbang tol, serta langkah-langkah penanggulangan yang dilakukan pihak Jasa Marga bila tidak terpenuhinya kebutuhan pagu uang kembalian di gerbang tol. Dalam penulisan tesis Ini, penulis menggunakan model data panel. Analisis data panel adalah data yang mencakup sample individual i selama periode waktu t. Jadi data panel merupakan gabungan data keratlintang (cross-sectional) dan deret-waktu (time-series). Jumlah gerbang sebanyak duapuluh satu gerbang dalam ruas C-T-C merupakan data kerat-lintang dan banyaknya shift (tiga shift) sebagal data deret-waktu. Model persamaan yang digunakan adalah sebagal berikut :
Yit = a + b JGit + c JMit + eit. Dari hasil pembahasan diperoleh kesimpulan: pertama, tidak terpenuhinya kebutuhan uang kembalian di gardu tol akan berakibat menurunnya kinerja transaksi pelayanan di gardu tol yang mengalami kekurangan ketersediaan uang kembalian tersebut, sehingga akan memberikan kontribusi terhadap kemacetan atau perlambatan arus kendaraan yang melalui gerbang tol. Kedua, dengan Analisis Data Panel diperoleh hasil estimasi pagu uang kembalian sebesar Rp. 337.720.184,-bandingkan dengan pagu uang kembalian yang berlaku saat ini sebesar Rp. 337.000.000,- terdapat perbedaan sebesar Rp. 720.184,-. Dari tabel perbandingan besaran pagu estimasi dan pagu yang berlaku saat ini, dapat diketahui adanya gerbang tol yang kekurangan pagu uang kembalian dan ada yang kelebihan. Tidak meratanya pengalokasian distribusi pagu di dua puluh satu. ruas tol ini, pada akhirnya akan berakibat pada kinerja pelayanan gerbang tol, terutama bagi gerbang yang kekurangan kebutuhan uang kembalian.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13222
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Hagni Puspito
Abstrak :
Kemacetan yang umum terjadi pada ruas-ruas jalan dalam suatu kawasan dapat dipengaruhi oleh banyak hal, seperti kapasitas jalan yang tidak dapat menampung volume kendaraan yang melalui ruas tersebut, hal seperti ini dikarenakan adanya ketidak seimbangan antara pemenuhan dan permintaan (Supply and Demand). Dalam suatu sistem transportasi untuk wilayah perkotaan sangat perlu dipikirkan bagaimana sistem tersebut dapat memberikan kenyaman, baik untuk pengguna maupun penyedia. Sistem transportasi tidak lepas dari pergerakan yang timbul akibat adanya kegiatan, pergerakan tersebut dapat berupa kegiatan individu atau kelompok dalam zona atau antar zona dan dalam wilayah atau antar wilayah. Pergerakan keberangkatan dalam melakukan aktivitas sangat tergantung aktivitas apa yang mereka lakukan dalam satuan waktu (misal 24 jam), seperti sekolah, bekerja dan lain-lain (S,P,L). Pergerakan ini sangat berkaitan dengan banyaknya pergerakan dalam satu ruas jalan, bila dalam satu ruas jalan yang melewati melebihi kapasitas jalan tentu akan mempengaruhi kinerja jalan tersebut, seperti timbulnya kemacetan. Adapun hipotesis dari gambaran kondisi jaringan tersebut (kenerja jaringan), apakah setelah dilakukan penanganan dengan penjadualan dapat lebih baik kinerjanya atau tidak terjadi perubahan ? Oleh karena itu perlu dipikirkan bagaimana cara mengatasi kemacetan yang terjadi tersebut. Dalam penulisan tesis ini saya akan melakukan pengaturan terhadap pergerakan pada jam jam tertentu, seperti pada jam sibuk, usaha ini berupa mengatur jadual pemberangkatan (scheduling) untuk setiap aktivitas. Pengaturan penjadualan tersebut hams sesuai dengan karakteristik individu pelaku juga terhadap zona. Tools yang dapat mengamodasi penjadualan tersebut masih belum dapat memenuhi sehingga perlu membangun program yang dapat mengatur penjadualan tersebut. Mengingat salah satu program yang berhubungan dengan sistem jaringan jalan yakni, Model Stochastic Taxonomy User Equilibrium (STUE) dapat dimanfaatkan ,tetapi belum dapat mengatur penjadualan. Untuk itu dibangun model yang mengamodasi kebutuhan tersebut dan dapat berinteraksi dengan program STUE, membangun model tersebut dengan memanfaatkan bahasa visual basic. Dan data-data yang tersedia (data Jabodetabek) dilakukan skenario simulasi untuk dapat mengatur pergerakan (penjadualan) pada jam sibuk pagi (06.00 - 10.00) agar sebaran pergerakan tersebut lebih merata untuk setiap jamnya. Simulasi ini dilakukan berdasarkan skenario yaitu sebarannya dibuat merata pada jaringan jalan di DKI Jakarta dengan data O-D matriknya Jabodetabek. Dari hasil yang didapat kondisi jaringan jalan di Jakarta setelah dilakukan penjadualan terhadap aktivitas sekolah, bekerja dan lain-lain menjadi lebih baik (tersebar merata pada sekmen waktu yang ditentukan/waktu sibuk), dengan jumlah ruas yang rasio v/c < 0.8 bertambah banyak yang menandakan kemacetan pada ruas jalan di Jakarta berkurang serta terjadi penghematan waktu perjalanan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14700
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library