Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hari, Daoud
New York: Random House, 2008
962.404 HAR t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Sawitri
"Latar belakang dari tesis ini ialah dimulainya era Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA pada akhir 2015. Pertemuan antar berbagai warganegara yang berbeda bahasa tutur akan semakin meningkat, termasuk dalam pendokumentasian transaksi-transaksi bisnis maupun hubungan hukum dalam bidang hukum lainnya di antara mereka. Jika para pihak berkehendak untuk menuangkan kesepakatankesepakatan mereka ke dalam suatu perjanjian dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia, atau karena peraturan perundang-undangan, perjanjian tersebut wajib dibuat dalam akta notaris dalam bahasa Indonesia, maka notaris telah mempunyai pedoman untuk pembuatan akta tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 43 Undang-undang Jabatan Notaris (UUJN). Notaris berkewajiban untuk memastikan agar semua penghadap dan saksi memahami isi akta yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Jasa penerjemah resmi dapat digunakan. UUJN tidak mengatur lebih jauh ketentuan mengenai penunjukan penerjemah resmi dan bagaimana tanggung jawab notaris atas penunjukan tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan tesis ini adalah metode penelitian hukum kepustakaan.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa hubungan antara notaris dan penerjemah resmi merupakan hubungan profesional yang tegas berdasarkan kemitraan dan kesetaraan. Hubungan di antara mereka tidak relevan dengan hubungan peralihan tanggung jawab sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, karena tiap-tiap dari notaris maupun penerjemah resmi yang ditunjuk, mempunyai tanggung jawabnya sendiri-sendiri berdasarkan peraturan perundangundangan dan kode etik yang mengikat masing-masing. Kesimpulan tesis ini adalah bahwa notaris dan penerjemah resmi mempunyai tanggung jawab yang terpisah secara tegas. Tesis ini menyarankan agar penunjukan penerjemah resmi oleh notaris didasarkan pada daftar atau basis data yang diadakan oleh organisasi profesi, atau oleh instansi pemerintah terkait.

The background of this thesis is the commencement of the ASEAN Economic Community or AEC era at the end of 2015. Contacts among various citizens speaking distinct languages will be more frequent, including in documenting business transactions or legal relationship of other fields of law among them. If the parties desire to formulate their mutual understanding into a deed of agreement in Indonesian language before a notary, or if the agreement is by law must be drawn in a notarial deed in Indonesian, the notary has the guidance for such deed passing as provided in Article 43 of Law on Notaries (UUJN). The notary must ensure that every appearer and witness comprehend the content of the deed in Indonesian. The service of an official translator may be used. UUJN does not further provide the requirements for appointment of the official translator and how the notary is responsible for said appointment. The method of research used in the preparation of this thesis is legal literature research.
The finding of this thesis is that the relationship between the notary and the appointed official translator is decisively professional as they are partners and in equal positions. Their relationship is irrelevant to the transfer of responsibility as provided in Indonesian Civil Code, since each of the notary and the appointed official translator has his or her own responsibility pursuant to the laws and regulations, as well as the code of ethics applicable to each. This thesis concludes that the responsibilities of the notary and the official translator are unequivocally separated. The recommendation in this thesis is that the appointment of an official translator by a notary should be made based on a list or a database maintained by a professional organization, or by the relevant governmental agency."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T46275
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Klarissa Adzhaniqisthin Lamurvie
"Puisi merupakan bidang yang menantang didalam area penerjemahan karena bahasanya yang sulit. Selain bentuk dan bunyi, majas dari bahasa asal harus diterjemahkan ke bahasa sasaran tanpa mengubah makna dari puisi tersebut. Oleh karena itu, penerjemah mengambil andil yang besar dalam keputusannya menggunakan suatu prosedur penerjemahan tertentu karena interpretasi penerjemah akan memengaruhi makna puisi. Studi ini membahas prosedur penerjemahan menurut teori Vinay dan Darbelnet 1958 di puisi terjemahan oleh Harry Aveling berjudul 'Sermon'.
Puisi kontemporer ini ditulis pada tahun 1968 dengan judul 'Khotbah' oleh seorang penulis ternama dan berpengaruh di Indonesia, W.S. Rendra. Puisi ini merupakan syair bebas yang mengkritik ketidakpedulian orang-orang terhadap agama mereka sendiri di masa tersebut. Perubahan makna akan direkonstuksi dan kemudian dibandingkan dengan menggunakan analisis teori makna referensial dan konotatif oleh Nida dan Taber 1982 . Hasil dari studi ini akan membuktikan adanya pengaruh dari interpretasi penerjemah dalam menciptakan makna di puisi terjemahannya.

Poetry serves as a challenging subject in the area of translation for its use of a specialized language. Apart from the form and sound, the figurative language from the source language must be translated with the same meaning or sense to the target language. In this way, the translator rsquo;s decision to use certain translation procedures to translate the text to the target language, in which it includes his interpretation of the text, would affect the meaning in the poem. Facing the challenge, this study examines the translation procedures by Vinay and Darbelnet 1958 in a contemporary Indonesian poem translation by Harry Aveling titled 'Sermon'.
The poem was originally written in 1968 as 'Khotbah' by a famous and influencing Indonesian poet, W. S. Rendra. The poem is a free verse to criticize the religious ignorance of the people in the era. The alternation in translating the poetry is being analysed using referential and connotative meaning by Nida and Taber 1982 to reconstruct the meaning in the translation version of this poem, as well as the original form for the comparative analysis. In return, this alteration reveals the evident power of translator to use his interpretation in rewriting the poem to the target language.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
R. Tantie Kustiantie
"ABSTRAK
Ada dua hal yang dilakukan daiam tugas akhir ini, pertama menerjemahkan, kedua memberi anotasi. Penerjemahan High-Tech Heretic: Reflection of a Computer Contrarian bertujuan untuk menyadarkan masyarakat pengguna komputer akan dampak buruk komputer. Anotasi dibuat sebagai pertanggung jawaban atas padanan yang dipilih. Ada empat unsur yang dipermasalahkan dalam penerjemahan yang menjadi topik atnotasi, yaitu istilah komputer, nama diri, ungkapan, dan idiom. Penerapan sebelas prosedur penerjemahan dapat mengatasi keempat masalah itu untuk mencapai kesepadanan denotatif, konotatif, teks normatif, pragmatik, dan bentuk. Sementara itu, saya menggunakan metode penerjemahan komunikatif dan semantis.

ABSTRAK
There are two things to be cared out in this final task namely the translation and the annotation to the translation. Translation of High-Tech Heretic: Reflection of a Computer Contrarian is aimed at informing the computer user in Indonesia of the bad impact of computer. Annotation is made as a responsibility for the translator's chosen equivalent. There are four translation problems which are explained in annotation i.e. computer term, proper name, expression, and idiom. The implementation of eleven translation procedures solve translation problems to attain five equivalences in translation i.e. denotative, connotative, text formative, pragmatic and formal equivalence. Meanwhile, I used two translation methods, communicative and semantic methods.
"
2007
T17225
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Suriani Shiddiq
"Teks dengan media apapun sesungguhnya diam, tanpa sentuhan pembaca. Dari sinilah bermuara lahirnya interpretasi atau penafsiran. Setiap orang pasti berbeda-beda dalam memaknai suatu teks, ini disebabkan terdapat 'jarak' ruang dan waktu antara teks-bacaan dengan si penafsir (pembaca; interpretator). Apalagi jika teks yang dimaksud di sini adalah kitab suci, wahyu Tuhan, The Word of God yang diturunkan melalui perantaraan seorang "nabi" (interpretator) yang notabene sulit dilacak sumber awalnya. Hermeneutika dan tafsir Al- Qur'an adalah dua metode yang dipakai untuk dapat menjangkau aspek historis, pengalaman dan fenomena sosial yang melatarbelakangi lahirnya suatu teks.
Dalam kajian teks-teks kitab suci terutama lnjil, hermeneutika digunakan untuk memahami teks itu sendiri maupun relasi antara teks (inter-text) dengan sang penafsir dan problem sosial yang terjadi sewaktu teks tersebut lahir, yang selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Inilah yang kemudian melahirkan dua kecenderungan dalam hermeneutika yakni diachronic-subjective dan synchronic-objective.
Konsekuensi dari dua kecenderungan tersebut melahirkan tiga metode hermenutika, yakni: (1) Tradisional; (2) Dialektik; dan (3) Ontologis. Metode inilah yang kemudian rnemunculkan berbagai aliran hermeneutika, seperti hermeneutika pilologis-teologis (Wolf-Ast dan Schleirmacher), hermeneutika filosofis (Hans-Georg Gadamer), hermeneutika eksistensial-ontologis (Martin Heidegger), henneneutika fenomenologis (Paul Ricoeur) dan hermeneutika kritis (Karl Otto Apel).
Sebagai metodologi pemaknaan dan pemahaman terhadap teks, hermeneutika telah mengalami perubahan paradigma yang sangat signifikan. Pada awalnya problem hermeneutika hanya menyangkut problem pemaknaan teks kitab suci semata, maka pada era selanjutnya hermeneutika juga digunakan sebagai altematif metodologi pemahaman terhadap fenomena manusia, alam dan ragam sasial yang melatarinya.
Seperti halnya hermeneutika, kajian terhadap teks Al Qur'an juga terus mengalami perkembangan. Ini disebabkan terus berkembangnya metodologi penafsiran sepanjang waktu. Lahirlah, kemudian, dua kecenderungan penafsiran, yaitu penafsiran tekstual (tafsir bi al ma'tsur) yang secara teoritik menyangkut aspek teks dengan problem semiotika dan semantiknya, dan model penafsiran kontekstual-rasional (tafsir bi al ra'yi) yang secara teoritik menyangkut aspek konteks di dalam teks yang mereprentasikan ruang-ruang sosial budaya yang beragam di mana teks itu muncul. Konsekuensi dari dua kecenderungan tersebut melahirkan empat metodologi penafsiran yakni (1) Tahlili; (2) Ijmali; (3) Mugaran; dan (4) Maudlu'.
Keempat metodologi penafsiran tersebut menjadi sangat penting dibahas mengingat dari sinilah kemudian lahir berbagai problematika pemaknaan dalam memahami teks Al Qur'an termasuk di dalamnya adalah metodologi hermeneutika Al Qur'an yang hingga sekarang masih mengalami kontroversi. Kontroversi itu menyangkut adanya prosupposisi bahwa metode hermeneutika tidak dapat dipakaikan untuk menafsirkan at Qur'an.
Secara umum, antara hermeneutika dengan tafsir yang selama ini dikenal relatif hampir lama dari sisi penerapannya. Hanya saja, keduanya memiliki karakteristiknya sendirisendiri yang sangat khas. Hermeneutika yang berlatarbelakang teologi Kristen dan Al Qur'an yang berlatarbelakang Islam secara substansial sumbernya jelas berbeda.
Namun demikian, keduanya secara harfiah memiliki fungsi yang sarna, yakni memaknai, menterjemahkan atau menafsirkan. Akan tetapi secara historis keduanya memiliki rnakna yang relatif berbeda. Kalaupun ada persamaan semata menyangkut logika Bahasa dan pemaknaan terhadap fenomena yang melatarbelakanginya. Secara metodologis antara hermeneutika dan tafsir Al Qur'an juga tidak berbeda. Sebab, keduanya sama-sama dipakai dalam konteks untuk memahami teks yang secara historis berbeda jarak ruang dan waktunya. Keduanya bahkan dipandang dapat pula saling melengkapi."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22033
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pryanti Sindhunatha
"Penerjemahan idiom bahasa Indonesia ke dalam bahasa Prancis. (Di bawah bimbingan J. Tanamal, SS). Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1987. Masalah yang dikemukakan dalam skripsi ini adalah bagaimana idiom bahasa Indonesia diterjemahkan dalam bahasa Prancis dengan melihat bentuk padanan bahasa Prancis dan penyampaian pesan yang terkandung dalam idiom bahasa sumber ke bahasa sasaran. Dasar teori yang diterapkan pada analisis adalah teori terjemahan dan teori semantik khususnya mengenai makna idiomatis. Data yang diperoleh dengan metode penelitian korpus berjumlah 229 idiom bahasa Indonesia yang telah diterjemahkan dalam bahasa Prancis. Hasil analisis komponen makna dan pergeseran menunjukkan bahwa 73% idiom bahasa Indonesia diterjemahkan ke dalam bukan idiom bahasa Prancis. Penyampaian pesan yang terkandung dalam idiom bahasa Indonesia ke dalam bahasa Prancis 82% memadai. Pergeseran bentuk yang paling sering terjadi adalah pergeseran tingkatan. Perbedaan latar belakang sosial budaya dan sistem bahasa antara bangsa Indonesia dengan bangsa Prancis merupakan penyebab utama dari masalah di atas."
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aveling, Harry
"Tulisan ini mengemukakan pentingnya pemahaman penerjemah mengenai ?kata? dari sebuah karya. Kata ?coloniser? dan ?colonised? yang muncul dalam karya Albert Memmi memiliki relevansi dengan pengertian kolonial yang bersifat metaforis. Oleh karena itu, seorang penerjemah, dalam melihat kedua kata itu, haruslah terfokus pada teks itu sendiri dan merefleksikannya. Secara singkat ada banyak cara untuk melihat karakteristik yang beragam dari hubungan antara penerjemah beserta terjemahannya dan penulisnya"
Depok: Faculty of Humanities University of Indonesia, 2006
Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M.A. Yunita Triwardani Winarto
"It is a reality that our environment has become degraded due to various human activities without any concerns for the long-term sustainable implication on both nature and the people who have for generations developed social-cultural institutions to protect their environment in a sustainable manner. The problems have been more severe due to the alienation of local people in their own habitat and the replacement of their roles by those who have power and authority in introducing various kinds of development programmes. There have been no linkages between the physical and natural processes as the consequences of those programmes with people?s empirical knowledge. It is now high time to ?humanize people? again in their own environment. An interdisciplinary approach is indeed necessary. Anthropology can play a significant role in providing the ?knot? in the network of science-technology-policy on the one hand, and people?s lives on the other hand. Trans-disciplinary research and collaboration with local people have to be developed further. Anthropologists can be the ?cultural translators? for various parties who have different objectives, knowledge, perspectives, and strategies in resource management. This inauguration paper addresses this issue by exemplifying the problems faced by farmers in Indonesia who have been alienated in their own lands since the onset of the Green Revolution in food crop production and how an anthropologist can contribute to the return of farmers? dignity and creativity."
2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Fahmi Fajrin
"Plagiarisme merupakan tindakan mengakui hasil karya orang lain sebagai hasil karya pribadi tanpa izin pemilik asli karya tersebut. Tindakan plagiarisme dalam bentuk dokumen sudah sangat banyak terjadi saat era digital seperti ini. Pada skripsi ini dibuat sistem pendeteksi plagiarisme otomatis pada karya tulis digital dwibahasa (Indonesia - Inggris) dengan bahasa Indonesia digunakan sebagai karya tulis yang akan diuji dan bahasa Inggris sebagai karya tulis referensinya. Sistem pendeteksi plagiarisme terdapat dua bagian penting, yaitu akurasi dan kecepatan yang dihasilkan oleh sistem.
Pada skripsi ini dilakukan pengembangan terhadap sistem pendeteksi plagiarisme dengan menambahkan penerjemah Microsoft Translator API dan menerapkan similar word. Penerapan penerjemah Microsoft Translator API dapat meningkatkan akurasi yang cukup signifikan yaitu sebesar 14,93 % dibandingkan penerjemah Googletrans API dan penerapan similar word dapat meningkatkan akurasi sistem dari 0,24% hingga 15,37%. Parallel processing diterapkan untuk mengatasi permasalahan waktu eksekusi yang lama ketika jumlah dokumen referensi yang digunakan banyak. Hasil pengujian dengan menerapkan parallel processing dapat meningkatkan kecepatan 1,06 hingga 6,71 kali lebih cepat dari program yang berjalan secara serial.

Plagiarism is the act of acknowledging the work of others personal work without their permissions. The prevalence of plagiarism is high in this digital era. In this thesis, an automatic plagiarism detection system on bilingual digital paper (Indonesian-English) is created with Indonesian paper as the tested paper and English paper as the reference paper. The plagiarism detection system has two important parts, namely the accuracy and speed produced by the system.
In this thesis, a plagiarism detection system is developed by adding a Microsoft Translator API translator and applying a similar word. The application of the Microsoft Translator API translator can increase the accuracy of the significant amount of 14.93% compared to the Googletrans API translator and the application of similar word can increase system accuracy from 0.24% to 15.37%. Parallel processing will be applied to overcome the problems of a long execution time when the number of reference documents that are used a lot. The test results by applying parallel processing can increase the speed of 1.06 to 6.71 times faster than programs running in serial.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Satria Putra Artha
"Penelitian ini membahas pengaruh ideologi penerjemahan pada teks terjemahan dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran serta menganalisis bagaimana hasil penerjemahan dengan prosedur penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber (bahasa Jerman) dan bahasa sasaran (bahasa Indonesia). Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif melalui studi pustaka dengan korpus data artikel berjudul “Asparagus dari Papua” yang merupakan terjemahan dari teks berbahasa Jerman berjudul Der Spargel aus Neuguinea yang ditulis oleh Wulf Schlefenhoevelpada majalah NADI 2019. Fokus penelitian adalah pembuktian teori kecondongan hasil terjemahan dari Munday (2001) berdasarkan pada klasifikasi prosedur penerjemahan model Vinay dan Darbelnet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keseluruhan kalimat yang ada dalam artikel, terdapat 10 kalimat yang mengalami kesalahan penerjemahan, 8 di antaranya melalui penerjemahan langsung dan dua secara tidak langsung. Penerjemahan dengan ideologi foreignisasi atau prosedur langsung lebih berisiko mengalami kesalahan penerjemahan dengan dua alasan utama, yakni penerjemah yang terlalu berpegang pada teks sumber dan kurangnya pemahaman terhadap konteks dan latar belakang budaya bahasa sasaran.

This study discusses the ideology of translation’s influence on the translated text in the target language and analyzes how the translation results with translation procedures oriented to the source and target languages. The research was conducted using a qualitative method through a literature study with a corpus of data on articles with the title "Asparagus from Papua" which is a translation of the German text Der Spargel aus Neuguinea written by Wulf Schlefenhoevel in the 2019 NADI magazine. The focus of the research is to prove Munday's theory of translation result bias (2001) based on the classification of the translation procedure of the Vinay and Darbelnet models. The results showed there were 10 sentences with mistranslation, 8 of them through direct translation and two through indirect translation. Translation with foreignization ideology or direct procedures is more at risk of mistranslation for two main reasons, namely the translator who is too attached to the source text and the lack of understanding of the target languages’ context and cultural background."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>