Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mike Nurjana
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
907 PJKB 7:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fachrina Azura
"ABSTRAK
Artikel ini menelaah strategi penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan profanity dalam novel The Catcher in the Rye beserta efeknya pada penokohan si narator. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efek dari strategi penerjemahan tertentu terhadap unsur penokohan. Penelitian semacam ini akan menghasilkan keuntungan akademis dan praktis. Penelitian ini akan berfokus pada Bab 25, bab kedua dari terakhir di mana klimaks cerita terjadi. Untuk meneliti jumlah strategi yang dipakai, artikel ini menggunakan statistic, sedangkan metode kualitatif-deskriptif digunakan untuk meneliti efek strategi tersebut terhadap penokohan si narator. Strategi tersebut diklasifikasin berdasarkan sistem Baker 1992 , sedangkan dalam menilai unsur penokohan, argument Nida mengenai pentingnya penokohan akan menjadi dasar penilaian. Penelitian ini menemukan bahwa penerjemah novel tersebut utamanya menggunakan strategi softening dan omission. Hal ini berdampak pada penokohan si narator yang jauh berbeda dari versi aslinya, di mana ia menjadi lebih santun dan taat pada norma sosial. Namun, dikarenakan cakupan penelitian yang terbatas, penelitian lebih lanjut akan diperlukan untuk dapat menarik kesimpulan yang lebih dalam.

ABSTRACT
This paper investigates the translation strategies used in translating profanity in the novel The Catcher in the Rye and their effects on the narrator rsquo;s characterisation. The purpose is to see the effects that certain translation strategies have on characterisation, an important literary element. Such a study will provide academic and practical benefits. This paper will focus on Chapter 25, the penultimate chapter where the climax takes place. This paper uses statistics to examine the number of translation strategies used and the qualitative-descriptive method to examine the effects on the narrator rsquo;s characterisation. The strategies will be classified based on Baker rsquo;s 1992 proposed strategies, while Nida rsquo;s 2000 argument regarding the importance of characterisation will be the framework for evaluating the characterisation. This paper finds that the Indonesian translator overwhelmingly used the strategies of softening and omission. This results in a significantly different characterisation of the narrator, in which he becomes less irreverent and more conscious of social norms. However, as the scope of this study is limited, a further study of the whole novel will be necessary."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Yustitasari
"Media modern, termasuk film, merupakan sesuatu yang dikonsumsi masyarakat luas di seluruh dunia. Kecanggihan teknologi kini membantu produk media menjangkau lebih banyak konsumen dari mancanegara. Dalam hal film, terjemahan berkualitas dibutuhkan agar dapat memastikan bahwa penonton asing dapat memahami makna dan pesan yang ingin disampaikan oleh film tersebut. Namun, penerjemahan bisa menjadi pekerjaan yang sulit dilakukan, terutama ketika terdapat banyak penggunaan kata, frasa, dan kalimat tidak literal yang terikat dengan budaya tertentu. Makalah ini membahas jenis-jenis bahasa kiasan dan tata cara penerjemahannya yang terdapat dalam Babak 1 film musikal sejarah berjudul Hamilton (2020). Penelitian ini membandingkan dan menganalisa takarir (subtitle) resmi, dalam bahasa Inggris dan Indonesia, di platform resmi Disney+ Hotstar menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Penelitian ini didasarkan pada teori kategorisasi bahasa kiasan milik Kennedy dan teori strategi penerjemahan bahasa kiasan milik Pierrini. Penelitian ini menemukan bahwa hiperbola, personifikasi, metafora, dan simile merupakan jenis bahasa kiasan yang paling umum digunakan dalam film ini. Sementara itu, strategi penerjemahan yang paling sering diterapkan adalah penerjemahan literal. Hasil terjemahan bahasa kiasan dalam film ini secara keseluruhan dapat diterima, meskipun masih terdapat beberapa bagian terjemahan yang terdengar agak canggung. Selain itu, terdapat juga beberapa bagian terjemahan yang berpotensi menimbulkan kebingungan dan salah tafsir. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya pemahaman penerjemah terhadap bahasa kiasan atau kesalahan dalam memilih strategi penerjemahan yang sesuai. Secara keseluruhan, penonton masih dapat menikmati terjemahan bahasa kiasan ini terlepas dari potensinya yang masih bisa ditingkatkan.

Modern media, including movies, has been something widely consumed by everyone all over the world. The advanced technology now helps media products to reach wider and even foreign consumers. When it comes to movies, proper translation is needed to make sure that the foreign audience can still understand the meaning and message the movies deliver. However, translation can be something difficult to do, especially when non-literal, culturally-bounded words, phrases, and sentences are used. This paper discusses the types of figurative language and its translation procedures that can be found in the Act 1 of a musical historical movie Hamilton (2020). In order to do so, the official English and Indonesian subtitles provided on its official streaming platform, Disney+ Hotstar, are compared and analyzed using a descriptive-qualitative method. This study is based on Kennedy’s categorization of figurative language and Pierrini’s theory of figurative translation strategies. The research finds that hyperbole, personification, metaphor, and simile are the most common types of figurative language in this movie. Meanwhile, the translation strategy that is applied most often is literal translation. The translation as a whole can be accepted, although several parts sound a bit awkward. However, there are also some parts of the translation that potentially cause confusion and misinterpretation. It may have been caused by the translator's lack of understanding of the figurative language or mistakes in choosing the suitable translation strategies. Overall, the audience can still enjoy this translation of figurative language despite its possibility to be further improved."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jaysen Ekajuve Thiadi
"Kebangkitan Kecerdasan Buatan (AI) telah mendorong banyak sektor pekerjaan untuk berkembang atau berisiko menjadi kuno. Industri penerjemahan tidak terkecuali. Artikel ini bertujuan untuk mempraktikkan penerjemahan pascahumanis dengan Gemini. Studi ini bertujuan untuk menunjukkan kelebihan dan kekurangan dari terjemahan yang dihasilkan oleh AI melalui penerjemahan puisi tradisional: yang diperoleh dan yang hilang dalam terjemahan, serta bagaimana prompt engineering dapat mempengaruhi hasil terjemahan dari beberapa Pantun Nasihat, Agama, dan Adat yang dipilih dari Pantun Melayu: Masa Silam dan Masa Kini (2008). Untuk tujuan ini, modifikasi analisis multi-fitur dan empat pendekatan dalam penerjemahan puisi yang dikemukakan oleh Holmes (1970) dalam Eesa (2008) akan diterapkan. Temuan menunjukkan bahwa kinerja Gemini dalam menerjemahkan masih tidak konsisten, tetapi adanya potensi untuk menjadi alat yang kuat jika mendapat bimbingan yang tepat. Bimbingan ini, dalam bentuk masukan yang diterima, yang harus dilakukan oleh penerjemah manusia yang akrab dengan genre teks dan konvensi teks yang ingin mereka terjemahkan.

The rise of Artificial Intelligence (AI) has incited many job sectors to evolve or risk obsolescence. The translation industry is no exception. The article aims to put posthumanist translation into practice with Gemini. The study aims to show the advantages and drawbacks of AI-generated translations through the translation of traditional poetry: what is gained and what is lost in translation, and how prompt engineering could affect the results of the translation of select pantuns of Wisdom (Nasihat), Religion (Agama), and Customs (Adat) extracted from Pantun Melayu: Masa Silam dan Masa Kini (2008). For this purpose, a modification of the multi-feature analysis and the four approaches in poetry translation as propounded by Holmes (1970) in Eesa (2008) will be applied. Findings indicate that Gemini’s performance in translating is still inconsistent, but it does have the potential to be a powerful tool if it received the right guidance. This guidance, in the form of the input it receives, must be done by a human translator who is familiar with the textual genre and conventions of the text they wish to translate.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Tobing, Iona Stella
"ABSTRAK
Penterjemahan adalah proses pengalihan pesan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Tidak ada bahasa yang identik, sehingga dapat memunculkan masalah ketidaksepadanan. Untuk mengatasinya, penerjemah dapat menerapkan strategi penerjemahan. Dalam skripsi ini, penulis mengkaji hasil penerjemahan lagu dalam film The Lion King II: Simba rsquo;s Pride Le Roi Lion II ke dalam dua versi bahasa Prancis Eropa dan Kanada . Penulis menggunakan teori strategi penerjemahan sajak Lefevere 1975 dan strategi penerjemahan tingkatan kata Baker 1992 untuk mengkaji sisi semantis dan bentuknya. Dari analisis yang dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa strategi penerjemahan digunakan bukan karena adanya ketidaksepadanan, melainkan karena intepretasi penerjemah itu sendiri.

ABSTRACT
Translation is a process of transferring a message from a source language to its target language. There are no identical languages, which can cause non equivalence problems. To solve it, translators can apply translation strategies. In this study, the writer analyzes the translated songs of the film The Lion King II Simba rsquo s Pride Le Roi Lion II into two French versions European and Canadian . This study uses Lefevere rsquo s poetry strategy translation 1975 and Baker rsquo s translation strategy at word level 1992 and focuses on the semantic and physical aspects. The conclusion is that the strategies aren rsquo t applied because of non equivalence problems, but because of the translator rsquo s own interpretation."
2017
S69518
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Binar Candra Auni
"Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang membahas strategi penerjemahan Gottlieb (1992) dan tingkat graduation (Martin & White, 2005) pada drama Squid Game. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis strategi yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan ungkapan tabu dari bahasa Korea ke dalam bahasa Indonesia serta menganalisis tingkat graduation ungkapan tabu dalam terjemahan. Penelitian ini menggunakan teori strategi penerjemahan takarir dari Gottlieb (1992) dan teori tentang graduation (Martin & White, 2005) dalam teori appraisal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ungkapan tabu paling banyak diterjemahkan dengan strategi parafrasa (73,20%), lalu disusul oleh transfer (17,53%), penghapusan (8,25%), dan angkat tangan (1,03%). Hasil analisis terhadap tingkat graduation menunjukkan bahwa penerapan strategi penerjemahan mengakibatkan kenaikan, penurunan, dan persamaan tingkat graduation pada ungkapan tabu. Kenaikan graduation terjadi pada 8 ungkapan tabu (14,29%) yang diterjemahkan dengan strategi parafrasa. Persamaan tingkat graduation terjadi pada 3 ungkapan tabu (7,14%) yang diterjemahkan dengan strategi transfer. Sementara itu, penurunan tingkat graduation terjadi pada 86 ungkapan tabu (78,57%) yang diterjemahkan dengan parafrasa, transfer, penghapusan, dan angkat tangan.

This qualitative research examines Gottlieb's (1992) translation strategies and graduation rates (Martin & White, 2005) in the translation of taboo expressions in the subtitle of the drama Squid Game. This study aims to analyze the strategies used by translators in translating taboo expressions from Korean into Indonesian and to analyze the graduation rates of the taboo expressions found in the translated text. This study uses Gottlieb's (1992) theory of subtitle translation strategies and the theory of graduation (Martin & White, 2005) in appraisal theory. The result shows that most taboo expressions are translated using the paraphrasing strategy (73.20%), followed by transfer (17.53%), deletion (8.25%), and resignation (1.03%) strategies. The result of the analysis of the graduation rate reveals that there are raised, lowered, and neutral graduation levels due to the implementation of translation strategies. There are 8 taboo expressions (14.29%) with rising graduation rates translated using the paraphrasing strategy and 3 taboo expressions (7.14%) with maintained graduation rates translated using the transfer strategy. Also, it was found that there are 86 taboo expressions (78.57%) with lower graduation rates translated by paraphrasing, transferring, deleting, and resignation strategies."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Theodore Mario Billyarta
"Dewasa ini, channel YouTube milik Muse dianggap sebagai salah satu platform utama untuk menonton anime di banyak negara Asia, termasuk Indonesia. Menggunakan konsep Extralinguistic Culture-bound Reference (ECR) dan tujuh strategi penerjemahan yang diusulkan Pedersen (2005), penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi ideologi penerjemahan dominan dari takarir berbahasa Inggris dan Indonesia dari anime Hige wo Soru. Soshite Joshikousei wo Hirou. yang ditayangkan di channel Muse Asia dan Muse Indonesia dan menganalisis pemilihan ideologi terjemahan tersebut. 13 episode dari Hige wo Soru. Soshite Joshikousei wo Hirou. dianalisis oleh dua peneliti dengan keahlian berbahasa Jepang, Inggris, dan Indonesia, Kedua peneliti telah berdiskusi dan mencapai kesepakatan pada 91% data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima dari tujuh strategi yang diusulkan Pedersen ditemukan dalam takarir kedua bahasa. Selain itu, kedua bahasa juga memiliki ideologi dominan yang sama: Pengasingan. Meskipun begitu, kedua bahasa menunjukkan perbedaan yang fundamental dalam mengolah ECR. Terakhir, penelitian ini juga menarik kesimpulan bahwa tingkat keakraban para penonton dengan kultur Jepang, ketersediaan waktu dan tempat, serta pedoman penerjemahan yang berlandaskan pada faktor-faktor lain di luar bidang penerjemahan menjadi tiga hal yang memengaruhi pemilihan strategi penerjemahan.

Today, Muse YouTube channels are deemed to be the most prominent platforms for watching anime for people in many Asian countries, including Indonesia. Making use of the concept of Extralinguistic Culture-bound Reference (ECR) and seven translation strategies proposed by Pedersen (2005), this research sought to identify the dominant translation ideologies of the English and Indonesian subtitles of the anime series Hige wo Soru. Soshite Joshikousei wo Hirou. on Muse Asia and Muse Indonesia and analyze the choices of translation strategies found in the subtitles of both languages. The Indonesian and English subtitles of thirteen episodes of Hige wo Soru. Soshite Joshikousei wo Hirou. were analyzed by two judges with expertise in Japanese, English and Indonesian. The judges agreed on 91% of the data and discussed the rest to reach an agreement. The results indicated that five among seven translation strategies offered by Pedersen were found in the subtitles, and both the Indonesian and English subtitles share the same dominant ideology: Foreignization. In spite of the same dominant ideology, the two languages exhibited fundamental differences when it comes to rendering the ECRs. In addition, the research also drew an interpretive conclusion that the audiences’ familiarity with Japanese culture, time and space’s availability, and the guideline based on other factors outside of the field of translation were three reasonable components that had a part in the subtitling team’s choices of strategies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Yuniarsih
"Bahasa Korea merupakan salah satu bahasa yang kaya akan referensi budaya, terutama dalam aspek humor yang sering kali sulit diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Penerjemahan humor dan budaya Korea ke dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam bentuk takarir, membutuhkan strategi yang tepat agar makna dan kelucuan tetap tersampaikan dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis teknik dan strategi penerjemahan humor verbal dalam takarir bahasa Indonesia pada episode Dive into TTT dari acara ragam Going Seventeen. Pertanyaan penelitian ini adalah teknik humor apa saja yang digunakan dalam episode Dive into TTT dan bagaimana strategi penerjemahan humor yang digunakan dalam takarir bahasa Indonesia pada episode tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari 23 humor verbal yang ditemukan, teknik yang paling sering digunakan adalah permainan kata dan ironi. Kemudian, untuk mempertahankan efek humor dalam bahasa target, strategi penerjemahan yang paling dominan adalah compensation in kind dan delivery, then preparation.

The Korean language is rich in cultural references, particularly in the realm of humor, which is often challenging to translate into other languages. Translating Korean humor and culture into Indonesian, especially in the form of subtitles, requires appropriate strategies to ensure that both meaning and humor are effectively conveyed. This study aims to analyze the techniques and strategies used in translating verbal humor in the Indonesian subtitles of the Dive into TTT episode from the variety show Going Seventeen. The research questions focus on identifying the types of humor techniques employed in the Dive into TTT episode and the strategies used to translate them into Indonesian subtitles. This study adopts a qualitative approach with a descriptive analysis method. The results of this study reveal that among 23 instances of verbal humor identified, the most frequently used techniques were wordplay and irony. To retain the humor effect in the target language, the most dominant translation strategies were compensation in kind and delivery, then preparation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Zahra
"Penerjemahan subtitle memiliki peran penting dalam menjembatani kesenjangan linguistik dan budaya bagi penonton global yang mengonsumsi konten media. Studi ini menganalisis Extralinguistic Culture-bound References (ECRs) dalam subtitle bahasa Inggris dari serial Netflix "Gadis Kretek". Studi ini bertujuan untuk mengklasifikasikan ECRs menggunakan teori Newmark (1988), serta menganalisis strategi penerjemahan dan mengidentifikasi ideologi dominan menggunakan teori Pedersen (2005). Temuan mengidentifikasi 119 elemen yang mempunyai referensi budaya, bersama dengan 134 strategi penerjemahan yang menunjukkan foreignization sebagai ideologi dominan dalam penerjemahan subtitle pada serial tersebut. Faktor-faktor seperti pengetahuan budaya penerjemah mempengaruhi pertimbangan penerjemah dalam memutuskan prosedur penerjemahan yang tepat. Studi ini memberikan wawasan yang mendalam mengenai tantangan dalam menerjemahkan elemen budaya yang sangat relevan untuk pemahaman mendalam tentang praktik subtitling pada media digital.

Subtitle translation plays a crucial role in bridging linguistic and cultural gaps for global audiences consuming media content. This study analyzes Extralinguistic Culture-bound References (ECRs) in the English subtitles of the Netflix series "Gadis Kretek". It aims to classify ECRs using Newmark's (1988) theory, as well as analyzing translation strategies and identify the dominant ideology using Pedersen's (2005) theory. Findings identify 119 elements with cultural references, along with 134 translation strategies showcasing foreignization as the dominant ideology in subtitling for the series. Factors such as translator’s cultural knowledge influence translator’s considerations in deciding appropriate translation procedures. This study provides profound insights into the challenges of translating cultural elements, highly relevant for a deep understanding of subtitling practices in digital media."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mike Nurjana
"Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penerjemahan kata budaya dalam novel Laskar Pelangi ke bahasa Jepang, dalam novel Niji no Shoonentachi. Penelitian ini menggunakan ancangan deskriptif dengan model komparatif. Kata budaya dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan klasifikasiyang dikemukakan oleh Newmark. Dalam penelitian ini telah dikumpulkan 186 data dari dua kategori unsur budaya saja, yaitu materi dan ekologi.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak, artinya membaca kedua teks itu. Analisis komparatif atas data menggunakan alat kerja berupa kamus baik cetak maupun daring. Sebagai hasilnya, ditemukan terjemahan 161 kata budaya yang sepadan dan 25 tidak sepadan.
Strategi yang digunakan oleh penerjemah adalah penerjemahan harfiah, kata umum, penyulihan budaya, kuplet, naturalisasi bahasa Indonesia, penghilangan, deskriptif, naturalisasi bahasa Inggris, dan kalki. Sementara itu, gaya bahasa penerjemah cenderung mengikuti gaya bahasa pengarang atau mempertahankan nilai estetis teks sumber. Dengan begitu, penerjemah menerjemahkan Laskar Pelangi berdasarkan ideologi penerjemahan pengasingan dan telah menghasilkan terjemahan yang berkualitas.

This research aims to clarify the method and technique of the translation of cultural words in ldquo Laskar Pelangi rdquo into Japanese novel, ldquo Niji no Shoonentachi. rdquo This research uses descriptive approach with comparative models. Cultural words in this study are determined based on the classification proposed by Newmark rsquo s models. In this research 186 data have been collected according to the two cultural categories, namely, material one and ecological one.
The data collection is done by comparing Japanese the target language, and Indonesian the source language. This comparative analysis of the data uses work tools such as dictionaries, both prints and online.As a result, there are 161 equivalences and 25 not equivalences found out of the 186 data in the translation.
The strategy used by the translator consists of literal translation, using general words, cultural substitution, couplet, naturalization from Indonesian, omission, descriptive, naturalization from English and calque. Meanwhile, style of a translator tends to follow that of literal expression of an author, trying to bring out the aesthetic value of the source language. Following this tendency and attitude, the translator of ldquo Laskar Pelangi rdquo has produced the quality of translation.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T47296
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>