Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Retno Handini
"Disertasi ini membahas budaya megalitik Sumba dalam perspektif pembangunan berkelanjutan. Budaya megalitik di Sumba telah menembus batas periode secara teoritis, dan berlangsung hingga kini sebagai sebuah tradisi. Budaya megalitik menyatu dalam keseharian masyarakat Sumba, dengan latar belakang konsepsi religi yang dipandang sebagai warisan nenek moyang yang harus dipegang teguh. Ciri-ciri budaya megalitik yang berintikan pemujaan kepada arwah leluhur (ancestor worship) itu tidak saja terlihat dari pendirian dan pemakaian kubur batu tersebut, tetapi juga dapat dilihat dalam keseharian mereka yang dipengaruhi kepercayaan Marapu, yang merupakan kepercayaan asli orang Sumba. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan partisipasi, wawancara mendalam, studi pustaka dan metode multidimensional scaling (mds) dengan lokus penelitian di Desa Anakalang, Kecamatan Katikutana, Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian membuktikan bahwa kubur batu berfungsi sebagai identitas etnik masyarakat Sumba yang belum tergantikan sampai sekarang. Tanpa kubur batu orang Sumba akan kehilangan identitasnya. Kubur batu adalah bukti nyata dari rasa hormat keluarga dan kerabat terhadap leluhur mereka, sehingga mereka mencurahkan segala kemampuan demi mendirikan kubur batu yang layak bagi orang tua atau leluhurnya. Leluhur orang Sumba dengan kearifan lokal telah membuat rambu-rambu yang mengatur pengambilan batu sehingga keberlanjutan tradisi ini dapat terus terjaga sampai generasi mendatang dengan meminimalisir kerusakan lingkungan.

This dissertation discusses the megalithic culture of Sumba from the Sustainable
Development Perspective. The megalithic culture of Sumba itself has surpassed the theoretical periodic boundaries, and take place as a tradition until recently. This culture is integrated into the daily life of people in Sumba with the religious conception background that has been seen as the heritage to be upheld firmly. The characteristic of this practice with the ancestor worship at the core is not only visible from the establishment and the use of stone graves, but also can be seen in the daily life of the community that influenced by Marapu as the traditional belief of Sumbanese People.
The data for this research was collected by the participatory observation, in-depth interview, bibliographical studies, and multidimensional scaling (MDS) methods at the research locus of Anakalang Village, Katikuna District, Central Sumba Regency, in the Provincial of East Nusa Tenggara. This research demonstrates that the stone grave has the function as the irreplaceable ethnic identity of People in Sumba until recently. Without the stone grave, the Sumbanese people will lose their identity. Hence, the family and kinsman will provide their best resources to establish the proper stone grave for parents and ancestors as the representation of one respect. At last, the practice itself may be understood as the local wisdom, as the ancestor of Sumbanese people has passed down the costumes to manage the use of stone resources properly; both to have the relation with nature in harmony and to preserve this invaluable heritage for the future generation
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Tahapan Deddy Zulfian
"Wadah kubur adalah salah satu media yang penting dalam upacara kematian. Pada kelompok masyarakat yang masih memperlihatkan tradisi megalitik, wadah kubur memiliki peran sebagai media perantara antara dunia orang mati dan dunia mereka. Adanya media perantara seperti wadah kubur bersumber pada gagasan bahwa antara dunia orang mati, dalam hal ini khususnya para nenek moyang. dengan dunia mereka atau diri mereka sendiri terdapat hubungan yang saling timbal balik. Masvarakat itu membutuhkan nenek movang untuk menjaga hidup mereka dari bencana atau bahaya yang lain, sementara para nenek moyang tidak mampu lagi untuk hidup mandiri di dunianva. Mereka membutuhhan para keturunannya yang masih hidup untuk turut memelihara hidup mereka melalui sesaji atau persembahan yang lain. Salah satu kelompok masyarakat yang masih mempertahankan tradisi megalitik tersebut adalah masyarakat Batak Toba di Pulau Samosir. Tradisi itu dapat diamati pada berbagai macam upacara dan secara khusus pada wadah-wadah kubur yang tersebar di pulau itu. Hal yang menarik adalah bahwa Pulau Samosir adalah unit geografis yang khusus dari seluas 50.000 km2 tanah Batak dan wadah-wadah kubur yang terdapat di Pulau itu memperlihatkan bentuk dan hiasan yang beragam. Bentuk dan ragam hias yang terdapat pada wadah-wadah kubur tradisi megalitik di Pulau Samosir adalah data utama dalam penelitian ini karena bentuk dan ragam hias adalah komponen yang penting dalam mengamati sebuah wadah kubur tradisi megalitik dari Pulau Samosir secara utuh, selain karena bentuk dan ragam bias itu memiliki ciri dan variasi yang beragam."
2000
S12019
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library