Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"The partial toxicity test of copper (Cu2+),zinc (Zn2+) and cyanide (CN-) for young cobia (Rachycentron canadum) fishes 45 days-ld were conducted in Doson station during ten days (Yr 2005)...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Febriyanti
"Jamu ?DNR? merupakan salah satu obat tradisional Indonesia yang telah digunakan untuk mengatasi diare. Jamu ini mengandung attapulgit, karbon aktif, ekstrak daun jambu biji, ekstrak rimpang kunyit, ekstrak buah mojokeling, ekstrak kulit buah delima, dan ekstrak biji jali. Untuk menjamin penggunaannya, maka perlu dilakukan penelitian terhadap keamanannya, salah satunya dengan melakukan uji toksisitas akut.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai LD50 dan mengetahui efek toksik terhadap fungsi hati ditinjau dari aktivitas aminotransferase dan fungsi ginjal ditinjau dari kadar urea dan kreatinin plasma. Penelitian menggunakan hewan uji mencit putih galur ddY, yang dikelompokkan menjadi lima kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 5 ekor mencit jantan dan 5 ekor mencit betina. Kelompok I, II, III, IV adalah kelompok perlakuan yang diberikan larutan uji dengan dosis berturut-turut 1650, 3300, 6600, dan 13200 mg/kg bb, sedangkan kelompok V adalah kelompok kontrol yang diberikan larutan CMC 0,5%. Penentuan nilai LD50 dilakukan dengan menghitung jumlah hewan yang mati selama 24 jam pemberian jamu ?DNR?.
Hasilnya adalah pada dosis tertinggi yang diberikan (13200 mg/kg bb) tidak menimbulkan kematian pada hewan uji. Selanjutnya, dilakukan pengambilan darah melalui sinus orbital mata pada 24 jam dan 14 hari setelah perlakuan. Darah tersebut digunakan untuk mengukur aktivitas aminotransferase dengan metode kolorimetri(Reitmann-Frankel), kadar urea plasma dengan metofe Jaffe termodifikasi, dan kadar kreatinin plasma menggunakan Diasetil Monoksim.
Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji statistik Analisis Varian Satu Arah dengan = 0,05. Pada hasil pengukuran tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antar kelompok dosis dengan kelompok kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa pada pemberian jamu ?DNR? sampai dosis tertinggi 13200 g/kg bb tidak mempengaruhi fungsi organ hati dan ginjal mencit putih. "
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S32738
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"In the response to the need for the development of biological assays for toxicity testing in tropical marine environments, the study explored the potential of the marine Black Tiger shrimp, Penaeus monodon, as a test organism for toxicity testing specially on the following: (a) standardization of laboratory conditions (b) determination of the appropriate larval stage for use in toxicity testing..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Affalia Maydi Hatika
"ABSTRAK
Seiring dengan berkembangnya industri dan banyaknya aktivitas manusia di perairan, perlu adanya tanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan khususnya di wilayah perairan. Akibat dari penangganan limbah yang kurang baik dari adanya kandungan toksik senyawa kimia logam berat. Ekosistem yang telah terlihat akibat pencemaran limbah dari logam berat yakni laut sebagai tempat akhir dari akumulasi toksikan. Fitoplankton merupakan produsen utama dalam memproduksi energi dan termasuk salah satu bentik yang berdampak langsung terhadap cemaran logam berat di laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas logam berat kadmium Cd dan tembaga Cu terhadap pertumbuhan sel dari fitoplankton Chaetoceros gracilis dan Tetraselmis sp. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi logam berat, densitas sel dari fitoplankton akan semakin menurun. Berdasarkan penelitian, diperoleh nilai IC50-96 jam kadmium Cd dan tembaga Cu terhadap pertumbuhan Chaetoceros gracilis 2,39 mgCd/L dan 0,09 mgCu/L serta Tetraselmis sp adalah 5,37 mgCd/L dan 0,21 mgCu/L. Logam berat tembaga Cu memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan kadmium Cd, sehingga tembaga Cu lebih toksik dari pada kadmium Cd terhadap kedua fitoplakton uji Chaetoceros gracilis dan Tetraselmis sp.

ABSTRACT
The development of industry and the number of human activities in the waters, the need for responsibility for environmental damage, especially in the territorial waters. As a result of unsubstantiated waste subscribers from the toxic content of heavy metal chemical compounds. Ecosystems that have been seen due to pollution of waste from heavy metals such as the sea as the end of the toxic accumulation. Phytoplankton is a major producer of energy production and is one of those benthic impacts on heavy metal contamination. This study aims to determine the toxicity of heavy metals cadmium Cd and copper Cu to cell growth from phytoplankton Chaetoceros gracilis and Tetraselmis sp. The results show that the higher the concentration of heavy metals, cell density of phytoplankton will decrease. Based on the research, IC50 96 hours cadmium Cd and copper Cu were obtained on growth of Chaetoceros gracilis 2,39 mgCd L and 0,09 mgCu L and Tetraselmis sp was 5,37 mgCd L and 0,21 mgCu L. Copper heavy metal Cu has a smaller value than cadmium Cd, so copper Cu is more toxic than cadmium Cd against both test phytopathtons Chaetoceros gracilis and Tetraselmis sp."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasril
"Pengendalian vektor penyakit Demam Berdarah sampai saat ini, masyarakat masih menggunakan insektisida dan larvasida sintetis. Penggunaan Insektisida sintetis yang tidak bijaksana dapat mengakibatkan timbulnya resistensi vektor, matinya hewan lain yang bukan sasaran dan mencemari lingkungan. Untuk mengurangi masalah ini perlu dicarikan alternatif lain dengan memanfaatkan pestisida nabati.
Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya daya bunuh ekstrak biji Sirsak terhadap larva Aedes aegypti, pada berbagai konsentrasi sehingga diketahui konsentrasi yang efektif untuk membunuh larva Aedes aegypti. Ekstrak biji Sirsak (Annona muricata Linn) mempunyai kandungan bioaktif yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Kandungan bioaktif yang terdapat di dalam biji sirsak adalah senyawa alkaloid yang terdiri dari Acetogenin dan Annonaine.
Jenis penelitian ini adalah experiment murni dengan rancangan post-test only control group design, dimana subjek dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan 5 konsentrasi ekstrak biji Sirsak dan lima replikasi. Konsentrasi yang digunakan yaitu konsentrasi 400 ppm, 500 ppm, 600 ppm, 700 ppm dan 800 ppm.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak biji Sirsak yang telah diberikan ternyata terdapat ada perbedaan kematian larva Aedes aegypti pada setiap konsentrasi yang telah diberikan. Kematian larva setelah 6 jam pengamatan pada konsentrasi terendah 400 ppm terdapat kematian sebanyak 20% dan pada konsentrasi tertinggi 800 ppm terdapat kematian sebanyak 75,5%. Sedangkan kematian larva setelah 12 jam pengamatan pada konsentrasi terendah 400 ppm terdapat kematian sebanyak 34% dan pada konsentrasi tertinggi 800 ppm terdapat kematian sebanyak 89%.
Dari hasil uji probit, nilai LC50 dari konsentrasi ekstrak biji Sirsak terdapat pada konsentrasi 503,230 ppm. Hasil uji anova pada Cl 95% menunjukkan ada perbedaan kematian larva Aedes aegypti yang signifikan setelah pemberian berbagai konsentrasi ekstrak biji Sirsak (p < 0,05). Setelah dilakukan Uji keamanan, Ekstrak Biji Sirsak tidak memberikan efek toksik terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpro L).
Dari penelitian ini terbukti bahwa ekstrak biji Sirsak mempunyai daya bunuh terhadap larva Aedes aegypti. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan jenis senyawa bioaktif yang paling toksik sebagai pestisida nabati dengan cara melakukan pemisahan zat bioaktif yang terkandung dalam biji Sirsak.

Toxicity Test of Sour sop (Annona muricata.Linn) Seed Extract to Aedes aegypti LarvaVector control of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), until now in society still use synthetic insecticide and larvicides. The use of insecticide synthetic which is unwise can cause resistant vector, the death of other animals which are not target, and environment pollution. In order to reduce this problem, it is necessary to find other alternative with the use of vegetable pesticide.
The purpose of this research is to know the effect of Sour sop seed extract toward Aedes aegypti larva. Extract of Sour sop (Annona muricata.Linn) seed has bioactive content which can use as effective vegetable pesticide. This bioactive is classified to the alkaloid compound like Acetogenin and Annonaine. Kind of this research is pure experiment with design post-test only control group design, that the subject devided into two groups with five treatments and five replication. The numbers of concentration which use in this research are 400 ppm, 500 ppm, 600 ppm, 700 ppm and 800 ppm.
The result of this research shown that Sour sop seed extract added to the larva in this experiment cause a different death of larva in each concentration. The six hours death of the larva after treatment at the lowest concentration 400 ppm give 20% number of death, and at the higher concentration 800 ppm give 75.5% number of death. While at the twelve hours death of the larva after treatment, at the lowest concentration 400 ppm give 34% number of death and at the higher concentration 800 ppm give 89% number of death.
From the probit test result, the number of LC50 of Sour sop seed extract is given at concentration 503.230 ppm. The Anova result test with CI 95% shown the significant different number of death from Aedes aegypti larva after gave several concentration sour sop seed extract (p< 0,05). After doing the safety test, Sour sop seed extract didn't give the death effect to the gold fish (cyprinus carpio.L)
From this research proved that sour sop seed extract has killed potency to the death of Aedes aegypti larva, ft is important to do some advance research to get the specific bioactive compound which most toxic as vegetable pesticide, by the extraction of bioactive compounds which contain in Sour sops seed."
2000
T10350
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Warin Sangkitikomol
"Pengaruh pencegahan Vitamin A terhadap sifat-sifat karsinogenik dan toksik yang diinduksikan oleh Dimethylnitrosamine (DMN) terhadap hati tikus, telah diteliti melalui 2 (dua) pendekatan: pendekatan tes karsinogenitas dan pendekatan tes toksisitas subakut.
Pada penelitian pangaruh karsinogenitas DMN dalam tes prakarsinogenisitas, telah dipergunakan 60 (enam puluh) ekor tikus putih percobaan betina dari Lembaga Makanan Rakyat (LMR), masing-masing berumur satu bulan.
Berdasar penemuan dalam penelitian pendahuluan, Vitamin A diberi selama satu minggu sebelum dan delapan minggu selama pemberian dosis DMN. Dosis efektif Vitamin A yang dipergunakan sebesar 3,000 S.I./tikus secara berseling hari,dengan memasukkannya langsung ke dalam mulut tikus, sedangkan DMN diberikan pada dosis 30 ppm (mg per kg air), dilarutkan dalam air minum secara bebas (ad libitum).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa DMN menurunkan konsumsi air minum dan makanan pada tikus-tikus percobaan dan DMN, seperti juga sebagian besar jenis bahan beracun lain, dapat menurunkan kecepatan tumbuh dari tikus percobaan tersebut, sedangkan Vitamin A dapat mengurangkan tingkat pengaruh dari DMN itu.
DMN juga memberikan retensi air di dalam hati tikus dan meningkatkan berat basah dari hati dan ginjal binatang-binatang tersebut. Tikus yang diberi DMN and Vitamin A memperlihatkan peningkatan berat hati.
Penelitian fungsi hati: Tikus-tikus yang diberi DMN dengan tanpa Vitamin A memperlihatkan kadar Amino transferase aspartat (AST - Aspartate Amino Transferase) Amino transferase Y-glutamat (GGT - Y! Glutamyl Amino Transferase), dan Triglycerida (TG) dalam batas-batas normal, tetapi kadar Phosphatase lindi (AP - Alkaline Phosphatase) meningkat dua kali lipat, sedangkan kadar protein (albumin) terdapat pada tingkat dalam tingkat normal.
Pada kelompok yang diberi DMN bersamaan dengan Vitamin A, pada satu minggu pemberian DM, Vitamin A memberikan pengaruh terhadap induksi aktivitas Damethylase DMN, bila Vitamin A itu diberikan sebelum atau berbareng dengan pemberian DMN, tetapi pengaruh tersebut tidak tampak bila Vitamin A setelah pemberian DMN.
Penelitian di bawah mikroskap memperlihatkan bahwa kelompok-kelompok tikus yang diberi DMN dengan atau tanpa Vitamin A tidak memberikan gambaran hati yang berbeda secara makna statistik, bila diberi DMN untuk satu minggu, tetapi bila pemberian DMN dilakukan untuk waktu lebih lama, yaitu untuk 2 (dua) minggu, terlihat perbedaan pada gejala-gejala toksik yang didukung oleh hasil yang terdapat pada penelitian prakarsinigenisitas (diberi DMN) untuk selama 8 (delapan) minggu.
Penelitian makroskopik maupun mikroskopik tidak memperlihatkan pertumbuhan yang bermakna pada ginjal tikus-tikus percobaan tersebut. Vitamin A mempunyai pengaruh melindungi melawan sifat karsinogenisitas dan toksisitas terhadap hati tikus percobaan yang diinduksi oleh DMN dalam dua cara: yang pertama melalui penghambatan bersaring terhadap enzim-enzim mikrosoma dan memblokade tingkat penting dari proses pengaktifan DI1N, dan yang kedua melalui peningkatan respons immunologik dari tikus-tikus percobaan itu terhadap benda-benda asing, penyakit-penyakit dan termasuk pula terhadap sel-sel hati yang mengalami perubahan pada masa proses proleferasi dan multiplikasi. Dan Vitamin A mempunyai juga pengaruh yang menghambat, terhadap peningkatan dari kegiatan Demethylase DMN yang bersangkutan dengan proses penggiatan metabolik dari DMN tersebut. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa Vitamin A dapat menghindarkan pengaruh DMN sebagai bahan toksik dan karsinagenik terhadap hati tikus, meskipun tidak secara mutlak.

The preventive effect of vitamin A on carcinogenicity and toxicity induced by dirnethylnitrosamine (DIN) on rat livers was studied through 2 tests, precarcinogenicity test and sub acute toxicity test.
To study on carcinogenic effect of DMN in the precarcinogenicity test, 60 albino female Lembaga Makanan Rakyat (LMR) Rats with the age of one-month were used.
Based on the preliminary study of this experiment vitamin A was given 1 week before and 8 weeks during DMN treatment. The effective dosage of vitamin A given was 3,000 IU'rat alternate days by dropping into the mouth and the DMN at a dosage of 30 ppm through drinking water adlib.
The results show that DM decreases water and food consumption of experimental rats and DMN, like most toxic agents, can decrease growth rate of experimental rats and that vitamin A can decrease the degree of this toxic effect induced by DM.N. DMN also causes water retention in the rat livers and kidneys causing weights increase.
In the DMN and vitamin A treated rats liver weights have also increased, Liver function tests show that serum levels of aspartate amino transferase (AST), glutamyl amino transferase (GGT) and triglyceride (TG) of the DMN with/without vitamin A treated rats are in the normal values, but alkaline phosphates (AP) levels rise 2-fold, and protein (albumin) levels are significantly low.
In the DMN and vitamin A treated rats globulin levels are high, and DIN demethylase activity of the liver is also increased.
Macroscopic findings show that 18 out of 20 rats in the DMN treated group developed red discolored lesions of the livers, but only 6 out of 19 rats in the DMN and vitamin A treated group. It also shows that 10 out of 20 rats of DMN treated group developed hepatocyte nodules but no nodules were found in the DMN and vitamin A treated group. Macro and Microscopic findings show no significant changes of the kidneys."
1990
D299
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Fitri Testa Nuridayanti
"ABSTRAK
Rambut jagung untuk peluruh air seni, penurun tekanan darah tinggi, dan penurun kadar kolesterol belum diketahui keamanan penggunaannya, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai keamanannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keamanan penggunaan ekstrak air rambut jagung yang ditinjau dari nilai LD50 dan pengaruhnya terhadap fungsi hati dilihat dari dari aktivitas alanin aminotransferase (ALT) dan alkali fosfatase (ALP) plasma serta fungsi ginjal dilihat dari kadar urea dan kreatinin plasma. Hewan uji berupa mencit jantan dan betina galur DDY, sebanyak 50 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok 1, 2, 3, dan 4 diberi ekstrak air rambut jagung dengan dosis berturut¬turut 3,84; 7,68; 15,36; 30,72 g/kg bb, sedangkan kelompok 5 diberi larutan CMC 0,5%. Nilai LD50 ditentukan dengan menghitung jumlah hewan yang mati selama 24 jam setelah pemberian ekstrak. Pengukuran fungsi hati dan ginjal dilakukan pada 24 jam dan 14 hari setelah perlakuan. Penilaian fungsi hati ditinjau dari aktivitas ALT dan ALP menggunakan metode kolorimetri, penilaian fungsi ginjal ditinjau dari kadar urea menggunakan metode Fearon dan kadar kreatinin menggunakan metode Jaffe yang dimodifikasi. Hasilnya menunjukkan pemberian ekstrak air rambut jagung sampai dosis tertinggi 30,72 gram ekstrak/kg bb tidak menimbulkan kematian dan tidak mempengaruhi fungsi hati dan ginjal mencit.

ABSTRACT
Corn silk for diuretic, antihypertension, and antihyperlipidemia is unknown its safety of use, so that research was needed to find out its safety of use. This study was intended to find out the safety of use of aqueous extract of corn silk reviewed from LD50 and its effect on liver function in terms of alanin aminotransferase (ALT) and alkali phosphatase (ALP) activity and renal function in terms of urea and creatinine level. Fifty DDY male and female mice were used and divided into 5 groups. First to fourth groups were given the aqueous extract of corn silk with dose respectively 3.84; 7.68; 15.36; 30.72 g/kg bw, while fifth group was given 0.5% of CMC solution. LD50 value was determined by calculating dead mice for 24 hours of administration of extract. Measurements of liver and renal function were carried out in 24 hours and 14 days after treatment. Assessment of liver function in terms of ALT and ALP was using colorimetry method, assessment of renal function in terms of urea level was using Fearon method and creatinine level was using modified Jaffe method. Results showed that administration of aqueous extract of corn silk until dose of 30.72 g/kg bw did not cause death and did not affect liver and renal function of mice."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S673
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marchello
"Asam oleat merupakan salah satu asam lemak yang terbukti memiliki aktivitas antimikroba. Modifikasi gugus fungsi pada asam lemak dapat meningkatkan aktivitas antimikroba. Oleh karena itu, penelitian ini memodifikasi asam oleat menjadi lipoamida menggunakan tiga tahap: esterifikasi, hidrasi, dan amidasi. Produk yang disintesis diidentifikasi menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT), dan karakterisasi asam oleat, metil oleat, metil oleat terhidrasi, dan sintesis lipoamida dilakukan menggunakan Fourier Transform Infra-Red (FT-IR). Puncak spektral senyawa lipoamida turunan oleat terhidrasi-etanolamina yang muncul pada bilangan gelombang 3311 cm-1 (N-H stretching) menunjukkan bahwa sintesis lipoamida berhasil. Lipoamida turunan oleat terhidrasi-etanolamina diuji untuk aktivitas antimikroba terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus menggunakan metode difusi cakram dan hasil tidak menunjukkan adanya aktivitas antimikroba terhadap kedua bakteri. Uji toksisitas lipoamida turunan oleat terhidrasi-etanolamina terhadap Daphnia magna yang diuji menggunakan metode uji toksisitas akut dan hasil uji memiliki nilai LC50 sebesar 107,87 ppm, yang tergolong toksik sedang berdasarkan indeks toksisitas Clarkson.

Oleic acid is one of the fatty acids proven to have antimicrobial activity. Modifications of functional groups in fatty acids could increase antimicrobial activity. Therefore, this research modified oleic acid into lipoamide using three steps: esterification, hydration, and amidation. The synthesized products were identified using the Thin Layer Chromatography (TLC) method, and characterization of oleic acid, methyl oleate, hydrated methyl oleate, and lipoamide synthesis was carried out using Fourier Transform Infra-Red (FT-IR). The spectral peak of the hydrated oleic derivative lipoamide-ethanolamine at wave number 3311 cm-1 (N-H stretching) indicated that the lipoamide synthesis was successful. The hydrated oleic derivative lipoamide-ethanolamine was tested for antimicrobial activity against Escherichia coli and Staphylococcus aureus using the disk diffusion method, and the results showed no antimicrobial activity against both bacteria. The toxicity test of the hydrated oleic derivative lipoamide-ethanolamine against Daphnia magna was tested using the acute toxicity test method, and the result had an LC50 value of 107.87 ppm, which is classified as moderately toxic based on Clarkson’s toxicity index."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah Khansa Naziha
"Asam risinoleat merupakan salah satu asam lemak tak jenuh yang memiliki gugus hidroksil pada atom karbon ke-12 yang membuatnya memiliki keunikan dibanding asam lemak tak jenuh lainnya. Bioaktivitas turunan asam risinoleat sudah banyak diteliti, salah satunya sebagai antimikroba. Penelitian ini diawali dengan reaksi esterifikasi menggunakan metanol untuk memebentuk metil risinoleat. Selanjutnya, dilakukan reaksi reduksi untuk menghasilkan metil risinoleat tereduksi. Reaksi reduksi dilakukan menggunakan etanol dengan bantuan katalis Pd/C yang disertai dengan pengadukan kuat. Setelah itu, dilakukan reaksi amidasi untuk menghasilkan turunan amida dengan menggunakan dietanolamina. Produk yang dihasilkan dari setiap reaksi dimurnikan menggunakan kromatografi kolom dan dikarakterisasi menggunakan FTIR. Produk hasil sintesis juga diuji aktivitas antimikrobanya dengan metode difusi cakram dan diuji toksisitasnya. Bakteri uji yang digunakan adalah S. aureus dan E. coli, sedangkan pada uji toksisitas digunakan Daphnia magna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk turunan amida yang terbentuk memiliki sifat toksik paling tinggi diantara prekursor lainnya dengan nilai LC50 sebesar 5,09 ppm. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa produk amida yang dihasilkan termasuk ke dalam golongan toksik sedang. Sementara itu, untuk uji antimikroba, semua sampel uji tidak menunjukkan aktivitas antimikroba pada konsentrasi yang digunakan.

Ricinoleic acid is one of the unsaturated fatty acids which has a hydroxyl group on the 12th carbon atom which makes it unique compared to other unsaturated fatty acids. The bioactivity of ricinoleic acid derivatives has been widely studied, one of which is as an antimicrobial. This research begins with an esterification reaction using methanol to form methyl ricinoleate. Next, a reduction reaction was carried out to produce reduced methyl ricinoleate. The reduction reaction was carried out using ethanol with the help of a Pd/C catalyst accompanied by strong stirring. After that, an amidation reaction was carried out to produce amide derivatives using diethanolamine. The products resulting from each reaction were purified using column chromatography and characterized using FTIR. The synthesized product was also tested for antimicrobial activity by disc diffusion method and tested for toxicity. The test bacteria used were S. aureus and E. coli, while the toxicity test used Daphnia magna. The results showed that the amide derivative product formed had the highest toxic properties among other precursors with an LC50 value of 5.09 ppm. This value indicates that the resulting amide product belongs to the moderately toxic group. Meanwhile, for the antimicrobial test, all test samples did not show antimicrobial activity at the concentrations used."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu Widya Ningrum
"Hingga saat ini di Indonesia belum ada metode uji toksisitas akut limbah yang terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Organization for Economic Cooperation & Development (OECD) merupakan salah satu organisasi yang sudah mengeluarkan prosedur standar pengujian toksisitas lingkungan OECD 425 secara internasional.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis apakah metode OECD 425 memenuhi persyaratan validasi yaitu akurasi dan presisisi serta dapat digunakan sebagai metode standar pengujian toksisitas akut limbah di Indonesia. Pada penelitian ini digunakan tembaga (II) sulfat pentahidrat sebagai reference toxicant untuk mengetahui nilai LD50 dan pengaruh pemberian larutan tersebut pada hati dan ginjal. Hewan uji berupa mencit betina galur DDY sebanyak 120 ekor. Kelompok perlakuan diberi tembaga (II) sulfat pentahidrat dengan dosis berturut-turut 840 dan 2150 mg/kg bb, sedangkan kelompok kontrol diberi akuades. Nilai LD50 ditentukan dengan software AOT425StatPgm, kemdian dilakkan validasi nilai LD50 tersebut.
Hasil uji toksisitas akut oral OECD 425 menunjukkan nilai LD50 tembaga (II) sulfat pentahidrat 1344 mg/kg bb yang sesuai dengan literatur. Pemeriksaan histologi hati dan ginjal menunjukkan adanya pengaruh pemberian dosis 840 mg/kg bb dan 2150 mg/kg bb. Metode pengujian toksisitas akut oral OECD 425 memenuhi persyaratan akurasi dan presisi serta dapat menjadi metode acuan untuk pengujian toksisitas akut oral limbah di Indonesia.

Up to this time in Indonesia, an acute oral toxicity test of waste hasn?t been accreditated by the National Accrediatation Committee (KAN). Organization for Economic Cooperation & Development (OECD) is one of the organization which published an OECD 425 guideline method for environmental toxicology testing internationally.
This study was intended to find out whether the OECD 425 method can satisfy the accuracy and precision of validation criteria and can be used as the standard acute toxicity test for waste in Indonesia. Copper (II) sulphate pentahydrate was used as a reference toxicant in order to determine the LD50 value and determine the effect of the solution on liver and kidney. One hundred and twenty DDY female mice were used in the trial. Treated groups were given the reference toxicant solution of copper (II) sulphate pentahydrate with dose of 840 and 2150 mg/kg bw, while control group was given the aquadest. LD50 value was determined by AOT425StatPgm software.
The results of the acute oral toxicity OECD 425 test showed that LD50 value of copper (II) sulphate pentahydrate was 1344 mg/kg bw which was in agreement with literature. The histology examinations data showed that administration of the reference toxicant solution dose 840 mg/kg bw and 2150 mg/kg bw affect the liver and kidney of mice. Acute oral toxicity OECD 425 method has proved its accuracy and precision of validation criteria, thus can be used as the reference acute toxicity method for waste in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42763
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>