Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
Lokita Mardanti
"Kabupaten Samosir merupakan daerah yang mempunyai berbagai objek wisata, baik itu objek wisata alam, sejarah, maupun budaya. Objek wisata yang paling terkenal dan diunggulkan dalam menarik wisatawan adalah danau toba. Di dalam industri pariwisata Kabupaten Samosir terdapat fasilitas pariwisata yang mendukung kegiatan pariwisata. Fasilitas sekunder dalam pariwisata merupakan faktor yang essensial dalam menunjang pariwisata tersebut, yaitu fasilitas akomodasi, fasilitas makan, dan fasilitas belanja. Dalam kurun waktu tahun 2004 dan 2010 fasilitas tersebut mengalami perkembangan. Perlu diketahui bagaimana perkembangan fasilitas pariwisata yang terjadi di Kabupaten Samosir demi kemajuan industri pariwisata daerah tersebut. Untuk membandingkan perkembangan fasilitas sekunder maka dibagi lagi menjadi tiga daerah, yaitu Daerah Tepian Danau Barat, Daerah Tepian Danau Tengah dan Daerah Tepian Danau Timur, lalu mengkorelasikan peta hasil yang didapat dan dijelaskan secara deskriptif perbandingannya. Secara keseluruhan daerah wisata tepian danau timur merupakan daerah yang berkembang dan paling lengkap fasilitasnya, hal ini karena daerah tersebut memiliki aksesibilitas paling tinggi.
Samosir District is an area that has many tourist attractions, both natural attractions, history, and culture. The most famous tourist attraction and seeded in attracting tourists is the Lake Toba. In the Samosir Regency’s tourism industry needs tourism facilities to support tourism activities. Secondary facilities in tourism is an essential factor in supporting tourism, the accommodation facilities, dining facilities, and shopping facilities. In the period of 2004 and 2010, the facility experienced growth. It is necessary to know about how the development of tourism facilities that occurred in Samosir regency for the progress of that particular regional tourism industry.To compare the development of secondary facilities will be further divided into three regions, namely the West Lake Region Edge, Edge Region Lakes Region of Central and Eastern shores of the lake, and then correlate the map results obtained and described by descriptive comparison. On the whole tourist area east shore is a growing area and the most complete amenities, this is because the area has the highest accessibility"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S135
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Sunan Junda Arsyi
"Baturraden merupakan kawasan wisata yang memiliki keindahan alam yang masih terjaga hingga sekarang. Perkembangan wisata Baturraden mendorong berdirinya berbagai fasilitas sekunder yang dapat menunjang kebutuhan wisatawan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pola persebaran fasilitas sekunder. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa observasi lapang dan wawancara mendalam kemudian dilakukan analisis spasial dan statistik. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pola persebaran fasilitas sekunder adalah seragam. Pola ini terlihat karena letak fasilitas wisata sekunder yang sejajar memanjang jalan. Pola persebaran fasilitas wisata sekunder mempengaruhi besaran pendapatan yang diperoleh. Jika dibandingkan antar jarak dari Lokawisata Baturraden maka semakin dekat dengan Lokawisata Baturraden semakin besar pendapatan yang diperoleh dan sebaliknya.
Baturraden is Tourism region which has a beautiful landscape. The Development of tourism Baturraden has motivate tourism facilities that can provided tourist need. The purpose of this study was to determine the distribution patterns of secondary facilities. The method used in this study of field observation and private interviews than conducted spatial analysis and statistics. The results showed that the pattern is a uniform distribution of secondary facilities. This pattern has showed because the location of secondary tourism facilities is along Baturraden street . The pattern distribution of secondary tourism facilities affect income them. If the comparison by distances from the Lokawisata Baturraden that the distances is shortest so the income is biggest."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1079
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Vasanthi
"Kota Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama Indonesia yang terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Yogyakarta memiliki beberapa objek wisata yang banyak menarik kunjungan wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan asing. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui karakteristik serta pola keruangan TBD di Kota Yogyakarta. Dengan menggunakan identifikasi sebaran fasilitas pariwisata dan aksesibilitas Kota Yogyakarta diperoleh empat jenis karakteristik TBD. Pertama adalah TBD yang berbasis kepada sejarah yang terletak di Candi Prambanan, yang kedua adalah TBD yang berbasis budaya yaitu Kraton Yogyakarta, yang ketiga adalah TBD bernuansa belanja yaitu di kawasan Malioboro, dan TBD bernuansa pendidikan yang terletak di Universitas Gadjah Mada. Pola keruangan Tourism Business District (TBD) yang ada di Kota Yogyakarta berbentuk menyebar di sisi timur poros kota Yogyakarta. Hal ini disebabkan tingkat aksesibilitas yang lebih memadai di sebelah timur kota Yogyakarta.
Yogyakarta city is one of Indonesia's main tourist destination located in Yogyakarta Special Province. Yogyakarta city has several interesting tourist objects that many tourists visit both public and tourists from outside Yogyakarta city itself. The purpose of the research is to identify the characteristics and the spatial pattern of TBD in Yogyakarta City. Using identification of tourism facilities distribution and accesibility of Yogyakarta city, there are four types of characteristics TBD. First is TBD based on the history of which is located in Candi Prambanan, the second is TBD based cultural destination that is in Kraton Yogyakarta, the third is TBD based on shopping destination that is located in Malioboro district, and the fourth type is TBD based on educational destination that is located in Universitass Gadjah MadaThe spatial pattern of TBD that is formed in Yogyakarta city has dispersed pattern that is spreading on the eastern part of the city axis. That is because this part of the city has a more adequate level of accesibility."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42146
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Sabilla Astaniajanti
"Kota Pekalongan terletak di dataran rendah pantai utara Pulau Jawa dan dikenal sebagai Kota Batik, sehingga atraksi-atraksi batik menjadi objek wisata yang menarik di kota Pekalongan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh karakteristik dan pola TBD dengan melihat persebaran fasilitas wisata di Kota Pekalongan, dengan sebelumnya mencari tahu di mana CBD di Kota Pekalongan karena TBD merupakan satu kesatuan dengan CBD. Data yang digunakan berupa persebaran fasilitas wisata primer, sekunder, dan kondisional. CBD diidentifikasi dari keberadaan gedung pemerintahan dan perdagangan dalam peta sarana dan prasarana yang di-overlay dengan peta penggunaan tanah, kemudian TBD diperoleh ketika dalam suatu CBD terdapat fasilitas primer dan fasilitas pendukung wisata dengan penarikan garis region baik CBD maupun TBD mengacu pada jaringan jalan. Metode yang digunakan adalah analisis spasial dengan teknik overlay yang kemudian dijelaskan secara deskriptif. Pola sebaran TBD di Kota Pekalongan mengikuti keberadaan jalur jalan utama yang menjadi satu kesatuan dengan CBD. Ada empat TBD yang berada di Kota Pekalongan yang diperoleh berdasarkan kesamaan jenis fasilitas primernya, yaitu TBD bernuansa Wisata Batik, TBD bernuansa Wisata Sejarah dan Budaya, TBD bernuansa Wisata Buatan, dan TBD bernuansa Wisata Pesisir.
Pekalongan City is located in the lowlands of the northern coast of Java Island and is known as the City of Batik, so that the attractions of batik become interesting attractions in the city of Pekalongan. The purpose of this study is to obtain the characteristic and pattern of TBD by looking at the spread of tourist facilities in Pekalongan City, by previously finding out where the CBD in Pekalongan City because TBD is in one unity with CBD. The data used are the location of primary, secondary, and conditional tourism. CBDs are identified from the presence of government and trade buildings in facilities and infrastructure map which then overlaid with land use map, then TBD is obtained when there is any primary facilities and supporting tourism facilities in a CBD, with both CBD and TBD region delineation referring to the road network. The method used is spatial analysis with overlay technique which then explained descriptively. The pattern of TBD distribution in Pekalongan City follows the existence of main road lane which is in one unity with CBD. There are four TBDs in Pekalongan City that are obtained based on the similarity of primary facility types, namely Batik Tourism based TBD, History and Cultural Tourism based TBD, Man Made Tourism based TBD, and Coastal Tourism based TBD."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Jupriyadi
"Kota Semarang mempunyai perbedaan bentang alam sehingga dikenal dengan adanya Kota Atas dan Kota Bawah. Perbedaan ini menyebabkan pariwisata urban menjadi menarik untuk dikaji. Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh pola TBD serta karakteristiknya dengan memerhatikan persebaran fasilitas wisata yang ada di Kota Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis spasial yang dijelaskan secara deskriptif. Terdapat tiga TBD yang berada di Kota Semarang yaitu, TBD Basis Peninggalan Budaya, TBD Basis Pemerintahan, dan TBD Basis Penginapan. Pola Sebaran TBD di Kota Semarang menyebar dengan mengikuti jalur jalan utama yang melintasi CBD. Masing ? masing TBD memiliki karakteristik fasilitas wisata yang berbeda. Dari semua TBD, terdapat satu TBD yang keluar satu arah dari region CBD-nya dengan mengikuti arah perjalanan keluar kota.
Semarang city has different landscapes and became known by Upper City and Lower City. This difference causes the urban tourism is interesting to be studied. The purpose of this study is to obtain the characteristic and pattern of TBD by looking at the spread of tourist facilities in the city of Semarang. The method used in this study is the spatial analysis by described descriptively. There are three TBD residing in the city of Semarang which are, the Cultural Heritage Based TBD, Administration TBD, and Lodge Based TBD.The TBD distribution pattern in the city of Semarang spread by following the main route across the CBD. Each TBD have the characteristics of different tourist facilities. Of all the TBD, there is one TBD that comes out in one direction from its CBD region by following the direction that heading out of Semarang City."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1575
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Rindang Muharza Viawan
"Salah satu produk wisata Kota Bandung yang berpotensi berkembang pesat adalah kuliner. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran tentang bagian-bagian Kota Bandung sebagai model yang menjelaskan sebaran produk wisata kuliner yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan berupa suasana menikmati kuliner bagi wisatawan. Memahami lokasi dan pola ruang produk wisata ini akan dapat membantu dalam mengenal kapasitas wilayah dalam pembangunan wisata kuliner melalui perspektif ruang. Secara khusus penelitian ini dilakukan untuk memperoleh pola keruangan wisata kuliner yang dikaitkan dengan fasilitas wisata, aksesibilitas, dan organisasi keruangan kota. Analisis yang dipergunakan adalah analisis proses keruangan dari wilayah dalam membentuk suasana dan pola ruang dari variabel fasilitas wisata dan aksesibilitas dalam penentuan lokasi. Hasil penelitian mendapatkan tiga suasana, yaitu terbentuk suasana sejarah (historic ambient), transisi perkotaan (urban transition), dan gentrifikasi peripheral (gentrification-perpheral). Produk wisata kuliner di Kota Bandung menyebar dari pusat kota dengan suasana sejarah menuju arah timur laut pinggir kota dengan suasana gentrifikasi peripheral dan pada kawasan transisi kotanya merupakan wisata kuliner dengan suasana transisi perkotaan. Produk wisata Kuliner dengan suasana sejarah membentuk pola acak, suasana transisi perkotaan membentuk pola mengelompok linear dan suasana gentrifikasi peripheral membentuk pola acak.
Culinary is one of potentially developing tourism product in Bandung City. This study is aiming to provide an overview of part of city spaces as a model to describe distribution of culinary tourism product which meets needs and desire of tourist to experiencing ambient cluster to enjoying the culinary. Understanding the spatial patterns and location preferences of culinary tourism product would escalated knowledge of carrying capasities in developing culinary tourism through space perspectives. In particular, this study is carried on in order to figure out spatial patterns where this research observing with city spatial organization, accessibility, tourism facilities as variable. It uses spatial process analysis to detemine how and where the ambient clustered and pattern analysis to describe the spatial interaction between variable. This study come to outcome that has been three ambient which is called as historic, urban transition, and gentrification-peripheral ambient. Culinary tourism product spreading in one direction from city core on historic ambient to peripheral zone in east north on gentrification-peripheral ambient and in transition zone on urban transition ambient. Historic ambient culinary tourism product forming a random pattern, urban transition ambient form a linear clusttered pattern, and gentrification-peripheral forming random pattern."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library