Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Susylowati
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian kali ini bertujuan untuk menganalisa fitokimia secara kuantitatif dan kualitatif; aktivitas antioksi dan ekometabolomik daun beluntas yang tumbuh pada lahan salin. Metode yang digunakan dalam uji aktivitas antioksidan adalah metode 2,2-diphenyl-1- picrylhydrazyl (DPPH) and High Performance Liquid Chromatography (HPLC) digunakan untuk menganalisa ekometabolomik. Hasil uji kualitatif fitokimia ekstrak metanol daun beluntas pada lahan salin menunjukkan negatif terhadap terpenoid dan steroid dan positif terhadap alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin. Hasil uji kualitatif fitokimia ekstrak metanol daun beluntas pada lahan non salin menunjukkan positif terhadap alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, terpenoid dan steroid. Kandungan total fenol dan flavonoid ekstrak metanol daun beluntas pada lahan salin lebih kecil daripada non salin. Rata-rata kadar total fenol ekstrak daun beluntas pada lahan salin dan non salin adalah 938,33 dan 966,83 mg GAE/100 mg berat kering. Rata-rata kadar flavonoid ekstrak daun beluntas pada lahan salin dan non salin adalah 836,74 dan 888,70 mg QE/ 100 gram. Kandungan total flavonoid dan fenol berbanding lurus aktivitas antioksidan. Ekstrak metanol daun beluntas pada lahan non salin memiliki mutu yang lebih bagus dengan luasan peak yang lebih tinggi pada beberapa senyawa yang sama namun jumlah senyawa yang dimiliki lebih sedikit.
ABSTRACT
The present study aims to analyze phytochemicals quantitatively and qualitatively; antioxidant activity and ecometabolomic of beluntas (Pluchea indica) leaves that grow on saline area, Blanakan. The method used in the antioxidant activity test were the 2,2- diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH); and High Performance Liquid Chromatography (HPLC) method used to analyze ecometabolomics. Qualitative test results of phytochemical methanol extract of beluntas leaves on saline area showed negative effects on terpenoids and steroids and were positive for alkaloids, flavonoids, tannins and saponins. Qualitative test results of phytochemical methanol extract of beluntas leaves on non-saline fields showed positive effects on alkaloids, flavonoids, tannins, saponins, terpenoids and steroids. The total content of phenol and flavonoids of methanol extract of P. indica leaves on saline fields was smaller than non-saline. The average total phenol content of P. indica leaf extract on saline and non-saline area was 938.33 and 966.83 mg GAE / 100 mg dry weight respectively. The average flavonoid levels of P. indica leaf extract on saline and non-saline fields were 836.74 and 888.70 mg QE / 100 grams respectively. The total content of flavonoids and phenol is directly proportional to antioxidant activity. The methanol extract of beluntas leaves on non-saline land has better quality with a higher peak area in some of the same compounds, but the number of compounds possessed were less.
2019
T53125
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Rahmawati
Abstrak :
Tanaman mengkudu (Morinda citrifolia) merupakan salah satu tanaman obat tradisional Polinesia yang penting. Adanya kandungan fenol total ekstrak buah mengkudu memungkinkan penggunaan ekstrak buah mengkudu sebagai pangan fungsional. Penelitian ini bertujuan menentukan kandungan fenol total ekstrak buah mengkudu yang diukur dengan metode kolorimetrik menggunakan larutan Folin-Ciocalteu dan dibandingkan dengan standar asam galat. Tahap pertama homogenat mengkudu diekstrak dengan menggunakan pelarut metanol 70%. Kemudian residu dilarutkan dengan metanol 50%, Tahap kedua dibuat serangkaian larutan standar asam galat dengan kadar 0; 0.1; 0.5; 1.0; 2.5; 5.0 µg/mL. Dengan metode Folin-Ciocalteu larutan-larutan tersebut diukur absorbansinya pada panjang gelombang 765 nm dengan menggunakan alat spektrofotometer. Dari hasil analisis didapatkan kadar fenol total mengkudu adalah 35,60 mg ekuivalen asam galat per 100 g berat mengkudu segar. Terdapat perbedaan hasil dengan penelitian sebelumnya yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti varietas buah, penanaman, bagian buah, musim tumbuh, kondisi lingkungan, praktik hortikultura, asal geografi, kondisi penyimpanan pascapanen, dan prosedur pemprosesan. ......Noni (Morinda citrifolia) is one of the important Polinesian traditional medicinal plant. The total phenol content of M. citrifolia makes it possible as functional food. This research aimed to determine the total phenol content of M. citrifolia using Folin-Ciocalteu colorimetry method. First, M. citrifolia homogenate was extracted using methanol 70% as a solvent. The residue was dissolved in methanol 50%. The second stage, series of gallic acid solution as a standard of measurement were made, with the concentration of 0; 0.1; 0.5; 1.0; 2.5; 5.0 µg/mL. Furthemore the solutions were analyzed by spectrometer and absorbance measured at 765 nm. The results of the analysis was obtained the total phenol content of M. citrifolia is 35,60 mg gallic acid equivalent per 100 g fresh weight. There are differences between this result with other reseach before which can be affected by many factors, such as cultivar, fruit part, growing season, environmental conditions, horticultural practices, geographic origin, postharvest storage conditions, and processing procedures.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hawa Deniati
Abstrak :
Ruang Iingkup dan cara penelitian: Beberapa penelitian membuktikan bahwa buah dan sayur berperan panting dalam mencegah berbagai penyakit degeneratif dan penuaan dini. Di dalam bahan slam pangan ini banyak terkandung senyawa fitokimia yang berperan sebagai somber antioksidan. Beberapa antioksidan terdapat di dalam bahan alam pangan, seperti vitamin C, vitamin E, karotenoid dan polifenol. Telah banyak dilaporkan bahwa kontribusi senyawa fenol terhadap aktivitas antioksidan lebih besar dibandingkan vitamin C, E dan karotenoid. Setiap bahan slam pangan memiliki jenis dan aktivitas antioksidan yang berbeda. Penelitian ini bertujuan menentukan aktivitas antioksidan dan kandungan fenol total yang terkandung dalam ekstrak bahan alam pangan, yaitu jahe, mengkudu, pisang, tomat, bawang merah, bawang putih dan minyak buah merah (MBM), serta menganalisis kontribusi senyawa fenol terhadap aktivitas antioksidan total ekstrak tersebut. Aktivitas antioksidan total ditentukan dengan metode penghambatan radikal bebas sintetik 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH'), sedangkan kandungan fend total diukur dengan metode Singleton dan Rossi menggunakan pereaksi Folln Ciocalteu. Analisis kontribusi senyawa fenol terhadap aktivitas antioksidan total ekstrak dilakukan dengan metode statistik analisis regresi. Pengujian diawali dengan mencelupkan bahan ke dalam alkohol mendidih kemudian bahan tersebut dilumatkan, ekstraksi dilakukan dengan aseton 80% atau metanol 70%, sedangkan MBM diekstraksi dengan campuran air dan heksan. Larutan ekstrak kerudian dikeringkan dan residu dilarutkan dengan metanol 50% seterusnya dilakukan pengukuran kandungan fenol total dan aktivitas antioksidan total. Kandungan fenol total dinyatakan sebagai mg ekivalen asam galat/l00 g bahan segar, sedangkan aktivitas antioksidan total dinyatakan sebagai pmo! ekivalen - TROLOX, butil hidroksi toluen (BHT), dan vitamin C/100 g bahan segar. Hasil dan kesimpulan: Kandungan fenol total dan aktivitas antioksidan total untuk semua bahan (kecuali MBM) yang diekstraksi dengan aseton 80% dibandingkan dengan metanol 70% tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Jahe mempunyai kandungan fenol total yang paling tinggi, diikuti mengkudu, bawang merah, bawang putih, pisang, tomat dengan pembanding asam galat. Sedangkan kandungan fenol total MBM hampir tidak terdeteksi. Antioksidan sintetik TROLOX mempunyai kekuatan antioksidan yang lebih besar dibandingkan vitamin C dan BHT dalam menangkal radikal bebas DPPH. Jahe mempunyai aktivitas antioksidan yang paling tinggi, diikuti mengkudu, pisang, bawang merah, bawang putih dan MBM bail( dengan pembanding TROLOX, BHT maupun vitamin C. Berdasarkan hasil analisis regresi dinyatakan korelasi antara kandungan fenol total dan aktivitas antioksidan total cukup kuat dengan koefisien korelasi, R2 = 0.81, terutama untuk jahe, mengkudu, pisang dan MBM. Dad hasii ini dapat disimpulkan bahwa senyawa fenol pada bahan alam tersebut memberikan kontribusi kuat terhadap aktivitas antioksidan, karena 81% kapasitas antioksidan dari bahan alam pangan tersebut berasal dari senyawa-senyawa fenol. Sedangkan senyawa fenol pada bawang merah, bawang putih dan tomat memberi kontribusi yang kurang kuat, yang mungkin disebabkan adanya kandungan antioksidan lain di dalam bahan alam tersebut yang lebih dominan seperti: karotenoid, vitamin C dan vitamin E.
Several studies have demonstrated that fruits and vegetables play an essential role in preventing degenerative diseases and aging process. Plant foods contain many phytochemicals which have an antioxidant effect, such as vitamin C, vitamin E, carotenoids and polyphenols. There were several reports that the contribution of phenol compounds to antioxidant activity was much greater than those of vitamin C, vitamin E and carotenoids. Plant foods contain many different classes and activity of antioxidant. The aim of this study was to determine the antioxidant activity and total phenols content in several plant food extracts, i.e. ginger, noni, tomato, banana, shallot, garlic and red fruit oil (RFC)), as well as to analyze the contribution of phenol compounds to total antioxidant activity of these extracts. The total antioxidant activity was determined using 1-diphenyl-2 pycrilhydrazyl (DPPH') free radical scavenging method, whereas the total phenols content was measured using Fofin Ciocalteu reagent based on Singleton & Rossi method. The contribution of phenol compounds was statistically analyzed using regression analysis method. The experiment was started by plunging the materials into boiling alcohol then blend and extracted the materials with 80% acetone and 70% methanol respectively, whereas RFO was extracted using H2O : hexane (1:1). Extract solution was evaporated until dryness then dissolved with methanol 50%. The total phenols content were expressed as galic acid equivalent/100 g fresh weight and the total antioxidant activity as TROLOX, Butyl hydroxy toluene (BHT) and vitamin C equivalent/100 g fresh weight. The total phenols content and total antioxidant activity of almost every plant foods (except RFO) extracted using 80% of acetone compared to 70% of methanol statistically showed no significant difference. Ginger extract has the highest total phenols content, followed by noni, shallot, garlic, banana and tomato. Surprisingly, the total phenol content of RFO extract was almost undetected. In scavenging the free radical of DPPH', TROLOX, an synthetic antioxidant, has an antioxidant capacity higher than other synthetic antioxidant, such as Vitamin C and BHT. The total antioxidant activity of ginger was the highest one, followed by noni, banana, shallot, garlic and RFO extracts, using either TROLOX, BHT or Vitamin C as a standard. The result of statistical regression analysis showed the good correlation between total phenols content and total antioxidant activity with a coefficient of R2 = 0.81, especially in ginger, noni, banana and RFO extracts. Therefore, we could conclude that the phenol compounds of these plant food extracts give a strong contribution to antioxidant activity, since 81% of antioxidant capacity of these extracts come from the phenol compounds. However, the contribution of phenol compounds in shallot, garlic or tomato extracts to total antioxidant activity was not dominant due to the presence of other essential natural antioxidants, such as carotenoids, vitamin C and vitamin E.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Widiyanti Kusumaningati
Abstrak :
Jahe (Zingiber officinale Roscoe), merupakan salah satu bahan alam yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka banyak penelitian yang telah membuktikan kemampuan jahe sebagai antioksidan alami. Aktivitas antioksidan suatu bahan alam tidak terlepas dari kadar komponen fenolik total yang terkandung di dalamnya. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kadar fenol total ekstrak jahe dengan menggunakan metode Folin-Ciocalteau. Tahap pertama homogenat jahe diekstrak dua kali dengan menggunakan pelarut metanol 70%. Kemudian residu dilarutkan dengan metanol 50%, Tahap kedua dibuat serangkaian larutan standar asam galat dengan kadar ; 0.25; 0.5; 1.0; 2.5; 5.0; 7.5. µg/mL Dengan metode Folin-Ciocalteau kedua larutan tersebut diukur serapannya pada panjang gelombang 765 nm dengan menggunakan alat spektrofotometer. Dari hasil analisis didapatkan kadar fenol total jahe adalah 92,98 mg Equivalen Asam Galat per 100 g berat jahe segar. Dari hasil perbandingan dengan penelitian lain yang menganalisis kadar fenol total tomat dan mengkudu, dapat disimpulkan bahwa jahe memiliki kadar total fenol tertinggi. ......Ginger (Zingiber officinale Roscoe), one of the important natural sources in the life of Indonesian community. Along with science and technology andvancement, there are many recent studies have shown ginger properties as a natural antioxidant. Antioxidant activity of natural source related to its total phenolic content. In this study, total phenolic content was determined using Folin-Ciocalteau method. First ginger homogenate was extracted 2 times using methanol 70% as a solvent. The residue was dissolved in methanol 50%. The second stage, we made a series of gallic acid solution as a standard of measurement, with the level of; 0.25; 0.5; 1.0; 2.5; 5.0; 7.5. µg/mL Furthemore the two solutions were analyzed by spectrometry and absorbance measured at 765 nm. The results of the analysis was obtained the level of total phenol ginger is 92,98 mg Gallic Acid Equivalent per 100g fresh weight. Compare to the results of another total phenol research, tomato and noni, ginger has a highest result.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Viranda Putri Mariska
Abstrak :
Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan salah satu tumbuhan yang mengandung fitonutrien yang merupakan antioksidan, yang berkontribusi dalam menghasilkan efek protektif terhadap penyakit kronik, seperti kanker dan penyakit kardiovaskular. Di antara semua fitonutrien tersebut, polifenol mendapat perhatian khusus, disebabkan aktivitas antioksidannya yang besar dan konsumsinya yang paling banyak dalam diet. Pada penelitian ini, kandungan fenol total ditentukan dengan metode Folin-Ciocalteau. Homogenat tomat diekstrak dengan metanol 70% sebagai pelarut. Residunya dilarukan dengan metanol 50%. Dibuat pula larutan asam galat sebagai standar pengukuran dengan kadar 0; 0.5; 1.0; 2.5; 5.0 µg/mL. Kemudian, kedua larutan diuji absorbansinya dengan spektrofotometri dengan panjang gelombang 765 nm. Hasil kandungan fenol total tomat adalah 9,405 mgGAE/100g berat segar. Terdapat perbedaan hasil dengan penelitian sebelumnya yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor pertanian, masa penyimpanan sampel, dan varietas tomat. Tomat juga memiliki kandungan fenol total yang terendah d mengkudu dan jahe dari hasil penelitian lain yang menggunakan alat dan larutan penguji yang sama pada waktu yang bersamaan.
Tomato (Lycopersicum esculentum) is one of the plants containing phytonutrients, which are antioxidants; which contribute in producing protective effect to chronic disease, such as cancer and cardiovascular disease. Among all the phytonutrients, polifenol gets more attention, because it has good activity of antioxidant and it is the most phytonutrient consumed in diet. In this study, total phenolic content is determined with Folin-Ciocalteau method. Homogenate of tomato is extracted with metanol 70% as a solvent. The residues is dissolved with metanol 50%. We also made gallic acid solution as a measurement standard with the level of 0; 0.5; 1.0; 2.5; 5.0 µg/mL. Furthermore, we test the absorbance of both solution with spectrophotometry with wave length 765 nm. The results of total phenol content assay is 12,325 mgGAE/100g fresh weight. There is differences between this result with other reseach before which can affected by many factors, such as cultivating, sample storage, and tomato`s varieties. Tomato also has the lowest total phenol content among non and ginger from other research that used the same tools and test solution in the same time.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Ananda
Abstrak :
Bakteri patogen Aeromonas hydrophila merupakan bakteri patogen yang dapat menyebabkan ikan sakit bahkan kematian pada ikan. Ikan yang tidak sehat juga dipengaruhi oleh stres oksidatif. Kandungan senyawa fenolik pada tanaman diketahui dapat berkontribusi pada aktivitas antioksidan dan antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menguji ekstrak etanol 70% herba Ludwigia adscendens (L.) H. Hara yang diekstraksi dengan menggunakan metode ekstraksi UAE terhadap aktivitas antioksidan dan antibakteri, serta penetapan kadar fenol total dan flavonoid total. Metode Folin-Ciocalteu dilakukan pada penetapan kadar fenol total dengan standar asam galat dan metode kolorimetri AlCl3 digunakan pada penetapan kadar flavonoid total dengan standar kuersetin. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH dan FRAP sedangkan pada uji aktivitas antibakteri digunakan dengan menggunakan metode difusi cakram. Hasil yang diperoleh dari penetapan kadar flavonoid total sebesar 39,33±0,18 mg EK/ gram dan fenol total 64,80±0,35 mg EAG/gram. Pada uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH didapat nilai IC50 sebesar 7,625 µg/mL sedangkan dengan metode FRAP sebesar 105,79±0,39 g Fe2SO4 ekivalen/100 g ekstrak. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram terhadap bakteri patogen Aeromonas hydrophila dan didapatkan hasil rata-rata diameter zona hambat sebesar 8,65 mm. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70% herba tapak dara air yang berasal dari Nusa Tenggara Timur memiliki aktivitas antioksidan yang kuat serta aktivitas antibakteri yang sedang. ......Pathogenic bacteria Aeromonas hydrophila is a pathogenic bacterium that can cause fish illness and even fish death. Unhealthy fish are also affected by oxidative stress. The content of phenolic compounds in plants is known to contribute to antioxidant and antibacterial activity. This study aimed to examine the 70% ethanolic extract of Ludwigia adscendens (L.) H. Hara was extracted using the UAE extraction method for antioxidant and antibacterial activity, as well as the determination of total phenol and total flavonoid levels. The Folin-Ciocalteu method was used to determine the total phenol content with gallic acid standard and the AlCl3 colorimetric method was used to determine the total flavonoid content with quercetin standard. The antioxidant activity test was carried out using the DPPH and FRAP methods while the antibacterial activity test was used using the disc diffusion method. The results obtained from the determination of total flavonoid levels were 39.33±0.18 mg EK/gram and total phenol was 64.80±0.35 mg EAG/gram. In the antioxidant activity test using the DPPH method, the IC50 value was 7.625 g/mL while the FRAP method was 105.79±0.39 g Fe2SO4 equivalent/100 g extract. The antibacterial activity test was carried out using the disc diffusion method against the pathogenic bacteria Aeromonas hydrophila and the average diameter of the inhibition zone was 8,65 mm. It can be concluded that the 70% ethanol extract of L. adscendens herbs from Nusa Tenggara Timur has strong antioxidant activity and moderate antibacterial activity.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helmy Mubarak
Abstrak :
Ekstrak biji anggur memiliki kandungan senyawa fenol aktif yang melimpah. Senyawa fenol dalam ekstrak biji anggur memiliki permasalahan penetrasi melalui kulit karena bersifat hidrofilik. Tujuan penelitian ini yaitu membuat fitosom ekstrak biji anggur yang selanjutnya diformulasikan dalam serum untuk memperbaiki permasalahan penetrasi. Fitosom dibuat dalam tiga formula berdasarkan perbandingan massa antara ekstrak dan fosfatidilkolin, yakni 1:0,5; 1:1; dan 1:2, menggunakan metode hidrasi lapis tipis. Fitosom kemudian dikarakterisasi morfologi, distribusi ukuran partikel, potensial zeta dan efisiensi penjerapannya. Formula terpilih selanjutnya diformulasikan ke dalam serum berbasis gel, kemudian dievaluasi. Uji penetrasi secara in vitro dilakukan dengan sel difusi Franz pada sediaan serum fitosom dan serum tanpa fitosom sebagai kontrol. Hasil menunjukkan bahwa fitosom dengan perbandingan 1:1 merupakan formula paling optimal dengan karakteristik bentuk partikel yang sferis, Dmean volume sebesar 4147,83 nm, indeks polidispersitas 0,486, potensial zeta -25,2 mV dan efisiensi penjerapan sebesar 75,01 0,25 . Evaluasi sediaan yang dilakukan menunjukkan serum memiliki karakteristik yang baik. Persentase kumulatif zat terpenetrasi dari sediaan serum fitosom dan non fitosom sebesar 27,25 0,67 dan 11,97 0,49 . Serum fitosom memiliki nilai fluks sebesar 243,11 7,94 ?g/cm2.jam, sementara serum kontrol hanya 68,56 5,54 ?g/cm2.jam. Dapat disimpulkan bahwa serum fitosom ekstrak biji anggur dapat berpenetrasi lebih baik dibandingkan dengan serum tanpa fitosom. ...... Grape seed extract GSE contains abundant phenolic compounds. Phenolic compounds in GSE have an inadequate penetration because they are hydrophilic. The objective of this research was to make GSE phytosome which was then formulated into serum to improve the penetration problem. Phytosomes were prepared in three formulas based on the mass ratio between the extract and the phosphatidylcholine, 1 0.5, 1 1, and 1 2 using a thin layer hydration method. Phytosomes were then characterized in terms of morphology, particle size distribution, zeta potential and their entrappment efficiency. The selected formula was then formulated into a gel based serum, then evaluated. An in vitro penetration study was performed with Franz diffusion cells on phytosomal serum and non phytosomal serum as control. The results showed that the 1 1 ratio was the optimal formula among three with spherical shape, Dmean volume was 4147.83 nm, polydispersity index 0.486, zeta potential 25.2 mV and entrapment efficiency of 75.01 0.25 . The total cumulative phenol penetrated from the phytosomal serum and control were 27.25 0.67 and 11.97 0.49 respectively. The phytosomal serum had a flux value of 243.11 7.94 g cm2.hour, while the control serum was 68.56 5.54 g cm2.hour. It could be concluded that GSE phytosomal serum could penetrate better than non phytosomal serum.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69674
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Shabira Anjani
Abstrak :
Candida spp. Adalah spesies jamur patogen oportunistik pada manusia yang dapat menyebabkan infeksi superfisial maupun sistemik. Dari seluruh spesies Candida spp., Candida albicans merupakan isolat yang paling sering ditemukan dan bertanggung jawab terhadap 70% infeksi jamur dunia. Sedangkan, Candida krusei memiliki resiko infeksi tinggi pada pasien dengan imunodefisiensi. Terapi lini pertama bagi infeksi kandidiasis adalah flukonazol, akan tetapi pemakaian jangka panjang dapat menimbulkan resistensi. Agen standar lain dalam penanganan kandidasis adalah amfoterisin B, namun memiliki efek samping terhadap fungsi ginjal. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mencari tanaman yang memiliki aktivitas antijamur sehingga dapat dimanfaatkan untuk menangangani infeksi C. albicans dan C.krusei. Tanaman ketepeng cina (Senna alata L.) sudah banyak dimanfaatkan sejak dahulu sebagai pengobatan antijamur tradisional. Akan tetapi, penelitian terhadap aktivitas antijamur bagian bunga dan bijinya belum banyak dieskplorasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antijamur ekstrak etanol 70% bunga dan biji ketepeng cina (Senna alata L.) terhadap jamur Candida albicans dan Candida krusei, dan untuk memperoleh kadan fenol dan flavonoid total ekstrak. Ekstraksi dilakukan dengan metode ultrasound-assissted extraction (UAE). Uji antijamur dilakukan dengan metode difusi sumuran agar dan mikrodilusi. Penetapan kadar dilakukan dengan spektofotometri UV-VIS dimana penetapan kadar fenol total menggunakan pereaksi Folin-Ciocalteu dan penetapan kadar flavonoid total menggunakan pereaksi AlCl3. Hasil uji antijamur menunjukkan bahwa pada konsentrasi 6.250 μg/mL - 100.000 μg/mL ekstral etanol 70% bunga dan biji ketepeng cina (Senna alata L.) tidak menunjukkan adanya aktivitas antijamur terhadap C. albicans dan C. krusei. Hasil penetapan kadar fenol total pada ekstrak etanol 70% bunga ketepeng cina sebesar 80,09 ± 0,088 mgEAG/gr sedangkan pada biji sebesar 8,99 ± 0,099 mgEAG/gr. Hasil penetapan kadar flavonoid total ekstrak etanol 70% bunga ketepeng cina sebesar 27,95 ± 0,26 mgEK/gr sedangkan pada biji sebesar 1,93 ± 0,02 mgEK/gr. ......Candida spp. is an opportunistic pathogen fungi species that can cause supercial or systemic infections. From all Candida spp. species, Candida albicans is the most common isolate and is responsible for 70% of the world's fungal infections. On the other hand, Candida krusei posses a high infection rate for patient with immunodeficiency. The first-line therapy for candidiasis infection is fluconazole, but long-term use can cause resistance. Another standard agent that is used in the treatment of candidiasis is amphotericin B, but it has side effects on kidney function. Therefore, it is necessary to conduct research in order to find plants that have antifungal activity so that they can be used to treat C. albicans and C. krusei infections. Candle bush (Senna alata L.) has been used for a long time as a traditional antifungal treatment. However, research on the antifungal activity of flowers and seeds part of candle bush has not been widely explored. This study aimed to determine the antifungal activity of the 70% ethanolic extract of flowers and seeds of candle bush (Senna alata L.) against Candida albicans and Candida krusei, and also to obtain the total phenol and flavonoid content of the extract. Extraction was carried out using the ultrasound-assisted extraction (UAE) method. The antifungal test was conducted by agar-well diffusion and microdilution methods. The assay was carried out by UV-VIS spectrophotometry in which the determination of the total phenol content uses the Folin-Ciocalteu reagent and the determination of the total flavonoid content uses the AlCl3 reagent. The antifungal test results showed that at a concentration of 6.250 g/mL - 100.000 g/mL 70% ethanol extract of candle bush (Senna alata L.) flowers and seeds did not show any antifungal activity against C. albicans and C. krusei. The results of the determination of total phenol content in the 70% ethanol extract of candle bush flowers were 80.09 ± 0.088 mgEAG/gr, while the seeds were 8.99 ± 0.099 mgEAG/gr. The results of the determination of total flavonoid content of the 70% ethanol extract of candle bush flower were 27.95 ± 0.26 mgEK/gr while in the seeds it was 1.93 ± 0.02 mgEK/gr.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library