Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Astri Suryandari
"Pada kasus gigi tiruan penuh, salah satu faktor yang mempengaruhi prognosis perawatan adalah retensi dan stabilitas. Dalam hal retensi dan stabilitas gigi tiruan penuh rahang bawah, posisi lidah memiliki peranan penting. Walaupun seseorang memiliki posisi lidah normal sejak lahir, namun kondisi itu dapat berubah dan menghasilkan posisi lidah abnormal (retracted tongue). Penyebab perubahan posisi lidah ini dapat dikaitkan dengan ketinggian dasar mulut. Sehingga diasumsikan bahwa posisi lidah mungkin berkaitan dengan resorpsi tulang alveolar. Resorpsi tersebut dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan 75 kartu rekam medik pasien gigi tiruan penuh rahang bawah yang datang ke klinik Prostodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia periode Januari 2005-Juni 2007 yang memenuhi kriteria penelitian. Dengan pendekatan deskriptif, analisis univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi variabel usia, jenis kelamin, dan posisi lidah menurut klasifikasi Wright. Sedangkan dengan pendekatan analitik, digunakan analisis bivariat dengan Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test untuk melihat hubungan antara usia dan posisi lidah menurut klasifikasi Wright serta untuk mengetahui perbedaan posisi lidah menurut klasifikasi Wright antara kelompok perempuan dan laki-laki. Nilai p yang diperoleh adalah 1,000 (p>0,05). Kesimpulan: (1) Posisi lidah kelas I merupakan posisi lidah yang paling banyak ditemukan dan yang paling jarang adalah posisi lidah kelas III. (2) Tidak terdapat hubungan antara usia dan posisi lidah menurut klasifikasi Wright. (3) Tidak terdapat perbedaan posisi lidah menurut klasifikasi Wright antara kelompok perempuan dan laki-laki."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatia Wulandari
"Tujuan: Mengetahui perbedaan tumbuh kembang dentokraniofasial anak umur 9–12 tahun pada kelompok OSA dan normal menggunakan pengukuran sefalometri lateral, serta mengetahui peranan faktor risiko terhadap terjadinya OSA. Metode penelitian: Analisis sefalometri dentokraniofasial dan parameter klinis dari faktor risiko dibandingkan antara 17 subjek OSA (14 laki-laki, 3 perempuan, median 11,92 tahun) dengan 17 subjek kontrol (8 laki-laki, 9 perempuan, median 10,42 tahun). Diagnosis OSA ditegakkan dengan kuesioner Pediatric Sleep Questionnaire (PSQ), pemeriksaan fisik, dan hasil polisomnografi (PSG). Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok OSA dan normal pada hasil kuesioner PSQ dan PSG, pada faktor risiko yang diperiksa melalui pemeriksaan fisik (postur lidah, ukuran tonsil, posisi hioid, lebar faring atas, dan ukuran adenoid) dan parameter skeletal horizontal dalam sefalometri (. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara umur, jenis kelamin, postur kepala, dan parameter vertikal sefalometri antara kelompok OSA dan normal, namun sudut postur kepala dan parameter vertikal pada kelompok OSA lebih besar dari normal secara klinis. Letak tulang hioid, lebar faring atas, posisi lidah, ukuran adenoid, dan ukuran tonsil klinis berperan terhadap terjadinya OSA. Kesimpulan: Parameter skeletal horizontal dan parameter dental yang berbeda signifikan pada penelitian ini dapat menjelaskan efek OSA terhadap pertumbuhan dentrokraniofasial pada usia 9–12 tahun lebih dominan pada arah horizontal dan belum pada arah vertikal. Adenoid berperan sebagai faktor risiko utama dalam terjadinya OSA.

Objectives: This study aimed to compare various cephalometric and risk factors of children with OSA and control. Methods: Dentocraniofacial cephalometric measurements and risk factor clinical parameter were compared between 17 OSA subjects (14 boys, 3 girls, mean age 11,92 years) and 17 control subjects (8 boys, 9 girls, mean age 10,42 years) based on Polysomnography results. Results: The results showed significant differences between the OSA group and the control group on PSQ and PSG result, several risk factors (Friedman Tongue Position, tonsil, hyoid position, upper pharyngeal diameter, adenoid), and cephalometric on horizontal parameters (NAPg, SNB, ANB, and UI-MxP). No significant differences were identified in age, sex, head posture, and cephalometric vertical parameter between OSA group and control. However, head posture angle and all cephalometric vertical parameters in OSA group was higher than control clinically. The location of the hyoid bone, the width of the upper pharynx, the position of the tongue, the size of the adenoids, and the size of the clinical tonsils contribute to the occurrence of OSA. Conclusions: The horizontal skeletal and dental parameter on cephalometric that were significantly different between the OSA and normal groups in this study indicated that the effect of OSA on dentocraniofacial growth and development at the age of 9–12 years was more likely to be dominant in the horizontal direction and not yet in the vertical direction. Adenoids play a role as a major risk factor for OSA on children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library