Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Indarti
Abstrak :
ABSTRAK
Untuk mengetahui pengaruh kolkisin terhadaP hasil per-tananian tomat ( Lycopersicum esculentum (L.) Mill.) varietas Ratna, dilakukan perendanian akar keoambah tanainan tomat berumur 21 hari dalam berbagai konsentrasi kolkisin yaitu 0, 50, 100, 150, 200, dan 250 ppm selaina 3 dan 6 jam. Kecambah tersebut kemudian ditanam dalam kantung piastik polietilen hitain. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok. Hasil pengujian nonparametrik Friedman pada taraf nyata a 0,01 inenunjukkàn konsentrasi kolkisin pada perendaman akar kecambah 3 jam tidak berpengaruh terhadap jumlah buah/tanainan, jümlah biji/buah, danberat basah buah. Konsentrasi kolkisin pada perendaman akar kecambah 6 jam berpengaruh pada berat basah buah. Berat basah tertinggi terdapat pada perlakuan kolkisin 50 ppm, yaitu 33,43 g dan terendah terdapat pada kontrol yaitu 22,16 g. Uji perbandingan berganda Newman Keuls terhadap berat basah buah inenunjukkan adanya perbedaan nyata antara perlakuan kolkisin 50 ppm dengan kontrol dan 100 ppm, dan antara 150 ppm dengan 250 ppm.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Widyasanti
Abstrak :
ABSTRAK
Tomat termasuk komoditas tanaman yang banyak dijumpai di Indonesia, namun memiliki nilai ekonomiyang rendah dan mudah rusak. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah denganmengolah tomat menjadi berbagai produk olahan salah satunya adalah pembuatan bubuk tomat. Pembuatan bubuksuatu bahan dapat dilakukan dengan metode pengeringan pembusaan. Penelitian bertujuan untuk mengetahuipengaruh penambahan maltodekstrin sebagai bahan pengisi terhadap karakteristik fisikokimia bubuk tomat yangdihasilkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan analisisdeskriptif. Perlakuan yang dicoba adalah penambahan maltodekstrin (10%, 15% dan 20% b/b), dengan tiga kaliulangan. Parameter yang diamati meliputi: rendemen, warna, laju pengeringan, dan karakteristik fisikokimia bubuktomat yang meliputi warna, kadar air, kadar abu, kelarutan, indeks penyerapan air, bulk density, foam density,kadar vitamin C, dan higroskopisitas. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar air awal campuran jus dan pulptomat hasil proses mixing adalah 82,68% (bb) hingga 94,9% (bb). Nilai kadar air bubuk tomat berkisar antara5,86% (bb) hingga 15,28% (bb). Pada penelitian ini hasil terbaik terdapat pada bubuk tomat dengan perlakuanpenambahan maltodekstrin 20% dengan hasil rendemen 15,29%; kadar air 5,86%; kadar abu 6,24%; foam density0,57 g/cm3; bulk density 0,77 g/cm3; kelarutan 95,23%; indeks penyerapan air 12,96%; tingkat higroskopisitas11,36%; kadar vitamin C 75,49 mg/100g. Karakteristik warna bubuk tomat pada perlakuan penambahanmaltodekstrin maupun kontrol menghasilkan warna kromatis merah.Kata kunci: bubuk tomat, maltodekstrin, pengeringan pembusaan, tomat
Universitas Jenderal Soedirman. Fakultas Pertanian, 2018
630 AGRIN 22:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Harya Pradhana
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S32650
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syafran Jail
Abstrak :
Penelitian ini bertujun menelaah pengaruh konservasi emulsi lilin terhadap daya simpan buah tomat (Lypoersicum esculentum l.). Hasil penelitian menunjukan bahawa pelapisan lilin pada konservasi 7% dapat memperpanjang daya simpan hingga 14 hari setelah panen.
Palembang: Kopertis wilayah II Palembang, 2007
507 MANDIRI 9:3 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tiefrani
Abstrak :
ABSTRAK
Perlakuan ekstrak daun bayam duri (Amaranthus spinosus L.) dan daun putri malu (Mimosa pudica L.) kadar (1:10); (1:15); (1:20); (1:25); (1:30) bk/v; serta kontrol bertujuan mengetahui pengaruh optimum ekstrak terhadap perkecambahan dan pertumbuhan kecambah benih tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) var. Ratna. Percobaan dilakukan di Laboratorium Fisiologi Jurusan Biologi FMIPA UI Depok selama delapan hari, perlakuan di awal percobaan, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (6 perlakuan dan 5 ulangan bagi setiap jenis ekstrak). Perlakuan ekstrak daun bayam duri menunjukkan prosentase perkecambahan 99% terdapat pada kontrol dan perlakuan kadar (1:30) bk/v; yang terendah (9%) kadar (1:10) bk/v. Panjang akar kecambah tertinggi (15,8 mm) terdapat pada kontrol; yang terendah (0,3 mm) kadar (1:10) bk/v. Panjang batang kecambah tertinggi (29,74 mm) terdapat pada kontrol; yang terendah (1,3 mm) kadar (1:10) bk/v. Berat basah kecambah tertinggi (18,01 mg) terdapat pada kontrol; yang terendah (6,16 mg) kadar (1:10) bk/v. Berat kering kecambah tertinggi (2,12 mg) terdapat pada perlakuan kadar (1:20) bk/v; yang terendah (2,01 mg) kadar (1:30) bk/v. Perlakuan ekstrak daun putri malu menunjukkan prosentase perkecambahan tertinggi (99%) terdapat pada kontrol dan perlakuan kadar (1:30) bk/v; yang terendah (64%) kadar (1:10) bk/v. Panjang akar kecambah tertinggi (4449 mm) terdapat pada perlakuan kadar (1:30) bk/v; yang terendah (2,23 mm) kadar (1:10) bk/v. Panjang batang kecambah tertinggi (95,15 mm) terdapat pada perlakuan kadar (1:30) bk/v; yang terendah (10,90 mm) kadar (1:10) bk/v. Berat basah kecambah tertinggi (47,25 mg) terdapat pada perlakuan kadar (1:30) bk/v, yang terendah (7,63 mg) kadar (1:10) bk/v. Berat kering kecambah tertinggi (2,20 mg) terdapat pada perlakuan kadar (1:15) bk/v; yang terendah (2,01 mg) terdapat pada kontrol. Uji Kruskal-Wallis menunjukkan ekstrak kedua macam tanaman tersebut berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan, panjang akar, panjang batang, serta berat basah kecambah tomat tersebut, namun tidak berpengaruh terhadap berat kering. Uji Perbandingan Berganda menunjukkan pada data prosentase perkecambahan kedua macam ekstrak tersebut tidak terlalu berbeda nyata terhadap kontrol, berbeda nyata pada data panjang akar, panjang batang, dan berat basah kecambah tersebut, namun tidak berbeda nyata pada data berat kering kecambah.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Indra Muhiardi
Abstrak :
Ikan kancra Tor soromerupakan ikan air tawar yang digemari oleh masyarakat untuk dikonsumsi dan digunakan untuk upacara adat. Sehingga permintaan konsumen terhadap ikan kancra meningkat. Hal tersebut menyebabkan terjadinya penangkapan ikan kancra yang berlebih di alam sehingga populasi ikan kancra menurun. Oleh karena itu, perlu dilakukan pelestarian ikan kancra dengan cara kriopreservasi spermatozoa. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan enam ulangan. Empat perlakuan terdiri atas sari buah tomat 0% + DMSO 10% (SBt 0%); sari buah tomat 10% + DMSO 10% (SBt 10%); sari buah tomat 20% + DMSO 10% (SBt 20%); dan sari buah tomat 30% + DMSO 10% (SBt 30%). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemberian sari buah tomat Lycopersicon esculentumsebagai antioksidan alami terhadap spermatozoa ikan kancra 24 jam pascakriopreservasi. Parameter uji kualitas spermatozoa meliputi motilitas, viabilitas, abnormalitas, dan kemampuan fertilisasi. Data hasil penelitian yang diperoleh diuji dengan menggunakan uji Analisis Variansi (ANAVA) satu faktor. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan nyata (P < 0,05) pada nilai rata-rata persentase viabilitas dan kemampuan fertilisasi serta tidak adanya perbedaan nyata (P > 0,05) pada nilai rata-rata persentase motilitas dan abnormalitas. Hasil penelitian membuktikan bahwa penambahan konsentrasi 10% sari buah tomat dalam ekstender memberikan pengaruh yang cukup positif terhadap kualitas spermatozoa ikan kancra 24 jam pascakriopreservasi, yaitu dengan ditunjukkan nilai rerata persentase motilitas (32,57 ± 5,94%); viabilitas (14,5 ± 4,88%); abnormalitas (74,16 ± 2,13%); dan kemampuan fertilisasi (81,25 ± 6,07%).  
Kancra fish Tor soro are freshwater fish that are favored by the community for consumption and use for traditional ceremonies. So that consumer demand for kancra fish increases. This causes the occurrence of over-fishing in the wild which causes the population of fish to decrease. Therefore, it is necessary to preserve kancra fish by cryopreservation of spermatozoa. The study used a completely randomized design with four treatments and six replications. Four treatments consisted of 0% tomato juice + 10% DMSO (0% SBt); 10% tomato juice + 10% DMSO (10% SBt); 20% tomato juice + 10% DMSO (20% SBt); and 30% tomato juice + 10% DMSO (SBt 30%). The purpose of this study was to determine the administration of tomato juice Lycopersicon esculentum as a natural antioxidant on spermatozoa of kancra fish 24 hours post cryopreservation. Spermatozoa quality test parameters include motility, viability, abnormality, and fertilization rates. The research data obtained were tested using the one-factor Variance Analysis (ANOVA) test. The results showed a significant difference (P < 0.05) in the average value of the percentage of viability and fertilization rates, and no significant difference (P > 0.05) in the average value of the percentage of motility and abnormality. The results of the study prove that the addition of 10% concentration of tomato juice in the extender has a quite positive influence on the quality of spermatozoa of kancra fish 24 hours post cryopreservation, that is indicated by the mean value of the percentage of motility (32.57 ± 5.94%); viability (14.5 ± 4.88%); abnormalities (74.16 ± 2.13%); and fertilization ability (81.25 ± 6.07%).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabilla Syafa Marwa Laksmana
Abstrak :
Latar Belakang: Perawatan untuk perubahan warna gigi yang banyak dipilih masyarakat saat ini ialah tooth bleaching atau pemutihan gigi. Teknik home bleaching kerap menjadi pilihan masyarakat karena lebih murah serta tidak menimbulkan efek hipersensitivitas yang tinggi. Penggunaan bahan alami seperti buah-buahan dapat dimanfaatkan pada bidang kesehatan dan kecantikan termasuk untuk tooth bleaching. Buah tomat dapat dimanfaatkan sebagai agen pemutih tambahan untuk produk home bleaching karena mengandung agen pengoksidasi yang dapat mempercepat proses pemutihan gigi. Tujuan: Membuat material home bleaching hidrogen peroksida 3% dengan penambahan jus buah tomat dan mengetahui perbedaan warna gigi setelah aplikasi bahan bleaching. Metode: Dua puluh empat gigi premolar pasca ekstrasi diberi paparan bahan home bleaching. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok dengan masing-masing terdiri dari 6 sampel. Kelompok A dipaparkan bahan bleaching hidrogen peroksida 3%, kelompok B hidrogen peroksida 3% dengan tambahan jus tomat 30%, kelompok C hidrogen peroksida 3% dengan tambahan jus tomat 75%, dan kelompok D dipaparkan bahan home bleaching komersial opalescence whitening gel PF 10%. Setiap kelompok dipaparkan 8 jam/hari selama 7 hari. Perubahan warna diukur sebelum dan sesudah paparan menggunakan kolorimeter dengan metode CIEL*a*b. Analisis data dengan uji statistik One-Way ANOVA dan Post Hoc Bonferroni. Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa keempat kelompok dapat memutihkan gigi. Hasil perubahan warna ∆E*ab kelompok dengan hidrogen peroksida 3% 5,89, hasil ∆E*ab kelompok hidrogen peroksida 3% dengan tambahan jus tomat 30% 27,93, hasil ∆E*ab kelompok hidrogen peroksida 3% dengan tambahan jus tomat 75% 23,27, hasil ∆E*ab kelompok opalescence whitening gel PF 10% 10,67. Hasil ∆E*ab penambahan jus tomat lebih tinggi dibandingkan bahan hidrogen peroksida 3% dan bahan home bleaching komersial opalescence whitening gel PF 10%. Hasil ∆E*ab setiap kelompok terdapat perbedaan bermakna (p<0,05). Kesimpulan: Terdapat pengaruh penambahan jus buah tomat pada bahan bleaching hidrogen peroksida 3% terhadap perubahan warna gigi yang lebih cerah. ......Background: Tooth bleaching is one of the treatment that many people choose in the management for tooth discoloration. Home bleaching technique often chosen because cheaper and do not cause high hypersensitivity effects. The use of natural ingredients such as fruits can be utilized in the health and beauty sector, including for tooth bleaching. Fruits, such as tomato can be used as an additional whitening agent for home bleaching products because it contains an oxidizing agent which can speed up the teeth whitening process. Objective: To make 3% hydrogen peroxide bleaching at home with the addition of tomato juice and find the difference in tooth colour after application of the bleaching agent. Methods: Twenty four post-extraction premolars were exposed to home bleaching agents. The sample was divided into 4 groups with 6 samples each. Group A was exposed to 3% hydrogen peroxide bleaching agent, group B was exposed to 3% hydrogen peroxide with the addition of 30% tomato juice, group C was exposed to 3% hydrogen peroxide with the addition of 75% tomato juice, and group D was exposed to commercial home bleaching agent opalescence whitening gel PF 10% . Each group was exposed 8 hours/day for 7 days. Colour changes were measured before and after exposure using a colorimeter with the CIEL*a*b method. Data analysis with One-Way ANOVA and Post Hoc Bonferroni statistical tests. Results: Research shows that all four groups can whiten teeth. Color change results in hydrogen peroksida 3% ∆E*ab 5,89, ∆E*ab % hydrogen peroxide with the addition of 30% tomato juice 27,93, ∆E*ab % hydrogen peroxide with the addition of 75% tomato juice 23,27, and ∆E*ab opalescence whitening gel PF 10% 10,67. The results of the discoloration of the ∆E*ab group with 3% hydrogen peroxide and the addition of tomato juice were higher than those of 3% hydrogen peroxide without addition of tomato juice and exposed to commercial home bleaching agents, opalescence whitening gel PF 10%. Color change results between groups significantly different (p<0,05). Conclusion: There is an effect of adding tomato juice to 3% hydrogen peroxide bleaching agent on teeth discoloration that is brighter.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanna Herdayunita
Abstrak :
Di masa pandemi, tubuh membutuhkan nutrisi yang baik untuk menangkal berbagai penyakit, termasuk COVID-19. Tomat merupakan salah satu buah yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, karena kandungan nilai gizinya yang tinggi. Adanya peningkatan kebutuhan tomat dari tahun ke tahun mengakibatkan terjadinya peningkatan dalam produksi tomat. Sayangnya, tomat rentan mengalami kerusakan. Oleh sebab itu, diperlukan upaya untuk memperpanjang umur simpan tomat. Penelitian ini bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas tomat, serta memperpanjang masa simpan tomat. Metode yang digunakan adalah Hydrocooling dan Ozonasi, yang terdiri dari tiga dosis (1 ppm, 3 ppm, 5 ppm) dan dua suhu penyimpanan (suhu ruang berkisar 20℃, dan suhu kulkas berkisar 10℃). Parameter yang diamati meliputi: angka lempeng total (ALT) untuk total bakteri mesofilik aerobik (TBMA), kandungan vitamin C, perubahan pH, penurunan massa, dan organoleptik sampel (warna, aroma, dan tekstur) pada tomat selama 14 hari. Perlakuan hydrocooling yang dilanjutkan dengan pengembusan gas ozon berdosis 5 ppm dan sampel disimpan pada suhu kulkas (10℃) mampu menghasilkan jumlah TBMA 5,01 x 103 CFU/g, menghambat penurunan kandungan vitamin C terbaik, yaitu 30,9% dan peningkatan pH terendah, yaitu 2,09% dari kondisi awal, memiliki penyusutan massa 1,63%, serta menghasilkan nilai uji organoleptik di akhir penyimpanan yang lebih baik dibandingkan sampel lain. ......Human body needs good nutrition to prevent from various diseases during COVID-19 pandemic. Demand of tomatoes for consumption tend to be high, notably by Indonesian people, due to its high nutrition. Every year the demand of tomatoes increases and consequently tomato’s production has to rising up. Unfortunately, tomato is susceptible to damage. Therefore, prolong of its shelflife is needed. This study aims to prevent decreasing quality of tomato and to prolong shelf life as well. Hydrocooling and Ozonation methods are used, consists of three doses (1 ppm, 3 ppm and 5 ppm) and two storage temperature (room temperature about 20℃, and cold temperature about 10℃). Parameters observed viz. total plate count (TPC) for total mesophilic aerobic bacteria (TMBA), vitamin C content, pH alteration, weight loss, and organoleptic (color, aromatic, and texture) in tomato for 14 days. Hydrocooling followed by 5 ppm ozone gas treatment and storage in cold temperature gives better score than control and single treatment with 5,01 x 103 CFU/g TMBA, inhibiting the decrease in vitamin C content as low as 30,9%, pH alteration as much as 2,09%, weight loss as low as 1,63%, and gives better organoleptic values than other samples at the end of the storage.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zahrotul Karimah
Abstrak :
Sistem intercropping merupakan sistem budidaya tanaman yang dilakukan dengan menanam lebih dari satu jenis tanaman secara bersamaan pada areal lahan yang sama. Sistem intercropping dinilai mampu meningkatkan hasil pendapatan dan mengurangi resiko kerugian akibat gagal panen pada salah satu tanaman produksi. Penanaman bersama tanaman bunga matahari dan tomat merupakan salah satu contoh sistem budidaya tanaman menggunakan sistem intercropping. Namun, penelitian yang mengkaji tentang sistem intercropping tanaman bunga matahari dan tomat dalam upaya meningkatkan hasil panen masih sangat terbatas. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi efektivitas sistem intercropping bunga matahari dan tomat terhadap pengendalian gulma, produktivitas dan pertumbuhan tanaman produksi. Tanaman bunga matahari dan tanaman tomat ditanam dalam waktu yang bersamaan dengan pola yang berselang seling selama 13 pekan dengan rasio 1:1 sebanyak dua kali pengulangan. Berdasarkan evaluasi hasil panen, sistem intercropping bunga matahari dan tomat menyebabkan hasil panen buah tomat dan yield bunga matahari menurun (LER= 0,652<1). Hal tersebut disebabkan oleh persaingan interspesifik yang didominasi oleh tanaman tomat (A= +0,165, CR=1,677). Berdasarkan uji Mann Whitney, berat yield bunga matahari/individu tanaman pada sistem intercroppping lebih rendah dibandingkan dengan sistem monocropping sehingga memiliki perbedaan yang signifikan (P<0,05). Oleh karena itu, penggunaan tanaman bunga matahari sebagai tanaman pendamping pada sistem intercropping tomat dinilai kurang tepat apabila transplantasi dilakukan secara bersamaan. Meskipun demikian, sistem intercropping bunga matahari dan tomat memiliki efektivitas yang lebih baik dibandingkan dengan sistem monocropping dalam menghambat pertumbuhan gulma dan infeksi hama serta menurunkan peristiwa retak buah tomat. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan evaluasi terkait waktu dan rasio yang tepat dalam pengaplikasian tanaman bunga matahari sebagai tanaman pendamping pada sistem intercropping tomat. ......The intercropping system was a plant cultivation system that was carried out by planting more than one type of plant simultaneously on the same land area. The intercropping system had been considered to be able to increase income yield and reduce the risk of loss due to crop failure in one of the production plants. The co-planting of sunflower and tomato plants was an example of a crop cultivation system using an intercropping system. However, research that examines the intercropping system of sunflower and tomato plants in an effort to increase yields was still very limited. Therefore, the aim of this study was to evaluate the effectiveness of sunflower and tomato intercropping systems on plant productivity and weed control. Sunflower and tomato plants were transplanted at the same time and planted in a pattern that was alternated for 13 weeks at a 1:1 ratio of two times. Based on the evaluation results, the sunflower and tomato intercropping system caused the tomato fruit yield and sunflower yield to decrease (LER = 0.652 <1). This was caused by interspecific competition which was dominated by tomato plants (A = +0.165, CR = 1.677). Based on the Mann Whitney test, the yield weight of sunflower / individual plants in the intercroppping system had a lower weight than the monocropping system so that it had a significant difference (P <0.05). Therefore, the use of sunflower plants as companion plants in the tomato intercropping system was considered inappropriate if the transplants were carried out simultaneously. However, the sunflower and tomato intercropping system had better effectiveness than the monocropping system in inhibiting weed growth and pest infection and reducing the incidence of tomato fruit cracking. This research was expected to provide appropriate considerations regarding the use of sunflowers as a companion plant in the tomato intercropping system in an effort to increase plant productivity and weed control.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>